Lumajang,Benua News.com-Batik bukan sekadar kain bermotif indah, melainkan simbol jati diri bangsa yang sarat makna dan nilai filosofis. Semangat menjaga warisan luhur itulah yang tampak dalam kegiatan Gerakan Nasional Raudhatul Athfal Membatik (Gernasratik) yang dibuka oleh Bupati Lumajang Indah Amperawati bersama Wakil Bupati Yudha Adji Kusuma, Selasa (29/10/2025).
Kegiatan ini digelar dalam rangka memperingati Milad Ikatan Guru Raudhatul Athfal (IGRA) ke-32, mengusung tema “Melalui Gerakan Nasional RA Membatik (Gernasratik), Kita Tumbuhkan Generasi Cinta Budaya Bangsa.”
Dalam sambutannya, Bunda Indah menegaskan bahwa Gernasratik bukan sekadar kegiatan seni anak-anak, melainkan gerakan kebudayaan yang menghidupkan kembali kesadaran akan pentingnya mencintai produk dan budaya bangsa sendiri.
“Anak-anak kita harus dikenalkan pada batik bukan hanya sebagai karya estetika, tetapi sebagai simbol identitas dan filosofi kehidupan. Dalam setiap goresan malam dan warna, ada cerita tentang kesabaran, ketekunan, dan cinta tanah air,” ujarnya.
Menurut Bunda Indah, membatik adalah bentuk penghargaan terhadap warisan nenek moyang yang berhasil menjadikan kain sebagai media ekspresi nilai dan moral. Ia menilai, memperkenalkan batik sejak dini merupakan cara efektif menanamkan karakter bangsa yang berakar pada kebudayaan lokal.
“Melalui kegiatan seperti ini, kita menanamkan rasa bangga kepada anak-anak bahwa budaya kita luar biasa. Mereka harus tumbuh dengan rasa memiliki dan tanggung jawab untuk melestarikannya,” tambahnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Lumajang Yudha Adji Kusuma menyampaikan bahwa kegiatan Gernasratik menjadi bukti nyata kolaborasi antara dunia pendidikan dan kebudayaan. Anak-anak tidak hanya belajar tentang warna dan motif, tetapi juga memahami nilai-nilai luhur yang terkandung dalam setiap corak batik.
“Batik mengajarkan kesabaran, ketelitian, dan cinta terhadap keindahan yang diciptakan dari proses panjang. Inilah pelajaran budaya yang tidak bisa digantikan oleh teknologi,” kata Yudha.
Ia menambahkan, pelestarian batik merupakan bagian dari upaya membangun karakter bangsa di tengah arus globalisasi yang serba instan. Dengan membatik, anak-anak belajar menghargai proses, bukan sekadar hasil.
Kegiatan Gernasratik di Lumajang juga menjadi momentum penting dalam penguatan identitas budaya daerah. Lumajang sendiri dikenal memiliki potensi batik khas yang terus berkembang sebagai produk ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal.
Melalui gerakan ini, pemerintah daerah berharap dapat melahirkan generasi yang bangga dan aktif melestarikan budaya bangsa. Pembelajaran membatik di tingkat RA dianggap sebagai langkah awal memperkenalkan nilai-nilai budaya dengan cara yang menyenangkan dan bermakna.
Selain anak-anak, para guru RA dan pengurus IGRA turut mengambil peran penting sebagai agen pelestari budaya. Mereka tidak hanya mengajarkan teknik membatik, tetapi juga menanamkan makna filosofis di balik setiap motif dan warna.
Suasana kegiatan berlangsung meriah dan sarat makna. Ratusan anak terlihat antusias mengikuti proses membatik, sementara hasil karya mereka dipamerkan sebagai wujud ekspresi cinta terhadap budaya Indonesia.
“Kita ingin anak-anak tidak hanya memakai batik, tetapi memahami bahwa setiap lembar batik adalah cerita tentang bangsa kita. Jika sejak kecil mereka sudah mencintainya, maka budaya ini akan terus hidup,” ujar Bunda Indah menutup sambutan.
Melalui Gernasratik, Kabupaten Lumajang meneguhkan komitmennya untuk menjadikan kebudayaan sebagai pondasi pembangunan karakter dan peradaban. Membatik bukan hanya warisan masa lalu, tetapi juga jembatan menuju masa depan yang berakar kuat pada nilai-nilai budaya bangsa.
(M.HADI)