Pilkada Solo Raya Kurang Menarik, Publik Hanya Kenal Lewat Media

WhatsApp-Image-2020-11-18-at-20.27.26.jpeg

Soloraya (benuanews.com) — Pilkada Solo Raya sepi dari perbincangan masyarakat dan ini tidak seperti biasanya di tahun-tahun lalu. “Sepi pilkada sekarang mungkin karena musim pendemi”, kata Suwanto seorang pendukung pada salah satu pasangan kandidat di Solo kepada reporter benuanews beberapa waktu lalu. Pernyataan yang sama juga dilontarkan oleh masyarakat di Jogonalan Klaten “Kalau dulu penyelenggaraan Pilkada pasti ramai”, jelas Joko Warsito.

Di tempat terpisah, Suci Handayani Divisi Sosialisasi Pendidikan Pemilih Partisipasi Masyarakat dan SDM KPU Kabupaten Sukoharjo menyatakan “Untuk mematangkan materi debat pilkada KPU Sukoharjo mengadakan focus group discussion (FGD) yang juga mengundang beberapa organisasi masyarakat untuk mendapatkan masukan dan saran”, katanya. “Tema debat selanjutnya berkisar tentang pelayanan public” pungkasnya.

Sementara Wandyo Supriyatno Komisioner Divisi Pendidikan Pemilih Partisipasi Masyarakat dan SDM KPU Klaten menyatakan”Rencana debat lanjutan diadakan pada Jumat (20/11/2020) dengan mengangkat tema Pengembangan Layanan Publik dan Kesejahteraan Masyarakat”, katanya kepada reporter benuanews Rabu (18/11/2020). “Acara debat akan disiarkan langsung oleh TVRI Jogja dan RRI Daerah dan debat hanya dihadiri oleh masing masing pasangan calon. Ada tiga pasangan calon masing masing Sri Mulyani-Yoga Hardaya sebagai nomer urut 1, pasangan Krisnata-Muhamad Fajri sebagai nomor urut 2 dan pasangan Arif Budiyono-Harjanto sebagai nomer urut 3” lanjutnya.

Berdasarkan pengamatan reporter benuanews di wilayah Solo Raya yang mencakup Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sragen dan Kota Solo berkaitan dengan ‘daya kenal public terhadap kandidat peserta pilkada’, menyatakan bahwa pada umumnya masyarakat mengenal calon Bupati dan Wakil Bupatinya hanya melalui baliho yang terpasang di tempat tempat tertentu atau media online.

Kampanye melalui media hanya dikuasai oleh kandidat yang memiliki modal kuat karena biaya media dianggap mahal. Hal ini mengakibatkan public pemilih kurang mengenal secara mendalam. Dari segi wajah asli, penampilan dan karakter calon kandidat pilkada hanya dikenal secara tidak langsung. “Kami hanya kenal melalui baliho karena calon bupati dan wakil bupati ini sebagai pasangan baru tampil”, kata Ibu Hj. Sutanti seorang penggerak PKK di daerahnya Sukoharjo. “Kalau nonton kampanye pilkada di youtube maupun lewat siaran televise malas” lanjutnya.

Lain lagi dengan para pedagang di car free day di Solo “kami bingung mau pilih siapa, soalnya kami kurang mengenal mereka, apalagi lapak jualan kami selalu di kejar kejar oleh Satpol PP”, kata Purwanti salah seorang pedagang nasi uduk di jl. Slamet Riyadi Solo. “Kami ndak berminat lihat debat pilkada karena belajar pilkada tahun lalu, akhirnya lapak jualan kami ya digusur oleh Satpol PP Kota Solo”, keluh kawanya.

Kontributor:barry

scroll to top