Tanjung Jabung Timur, Benuanews.com ,- hampir kurang lebih tiga tahun lamanya, warga dari dua RT yakni RT 13 dan RT 14 di Kelurahan Simpang Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung Jabung Timur – Jambi, berharap janji adanya pemasangan jaringan listrik yang hingga kini belum ada kejelasan secara pasti meski warga telah mengeluarkan biaya hingga jutaan rupiah untuk pemasangan jaringan, amper dan instalasi listrik.
Yang ironisnya, hingga kini warga hanya menerima pemasangan instalasi saja, sementara amper dan jaringannya belum juga terealisasikan.
Dari keterangan salah satu warga bernama Sahid yang saat itu turut menyerahkan uang guna pemasangan jaringan listrik lengkap beserta dengan instalasi dan amper, bahwa pada tahun 2019 lalu waktu sebelum datangnya bulan puasa, sekitar 40 KK di janjikan akan adanya pemasangan jaringan listrik bagi rumah-rumah yang yang membayar biaya kurang lebih 4 jutaan.
Saat itu, memang Sahid sedang tidak berada dirumah, akan tetapi ia mendengar dari warga lainnya terkait akan adanya pemasangan jaringan listrik.
Karena baginya jaringan listrik sangat dibutuhkan, ia pun tanpa pikir panjang turut ikut bersama warga lainnya dalam rencana pemasangan jaringan listrik tersebut.
Memang Sahid tidak tahu secara pasti dengan orang yang saat itu menjanjikan akan adanya pemasangan jaringan listrik, akan tetapi ia kenal dengan orang yang mendampingi dan menerima uang dari warga yang ikut pemasangan jaringan listrik. Karena tergiur dengan janji tersebut, akhirnya ia pun menyerahkan uang sebesar 1juta rupiah tanpa bukti serah terima sebagai pembayaran awal kepada warga bernama Muhlisin yang merupakan salah satu PNS bertugas di Kecamatan Berbak.
Setelah membayar 1juta, pembayaran berikutnya dilakukan oleh istri Sahid sebesar 700 ribu yang juga diserahkan kepada Muhlisin, dengan total pembayaran yang ditelah diberikan sebesar 1juta 700ribu rupiah.
Janjinya, bagi warga yang membayar sebesar 4juta 200ribu, akan menerima pemasangan jaringan lengkap, dengan arti kata warga terima beres.
“Hampir seluruh warga di dua RT ini yang ikut, cuma membayarnya perpariasi, ada yang baru bayar sekitar 2jutaan dan mungkin ada juga telah lunas sesuai kemampuan, “ungkap Sahid.
Warga sudah berupaya berulang kali bertanya kepada Muhlisin yang saat itu menerima pembayaran dari warga, namun alasan Muhlisin terkendala Covid-19 dan belum bisa mengurus.
Sahid mengungkapkan kekecewaannya karena sudah sekian lama menunggu kepastian pemasangan jaringan listrik tersebut. Dan bila diukur jarak dari kabel induk yang ada di desa tetangga mungkin hanya sekitar 2 kilo, tapi hingga kini belum juga terealisasikan, ia pun berharap apa yang telah dijanjikan kepada masyarakat agar segera ditepati mengingat uang yang sudah diserahkan dan selama ini masyarakat menggunakan mesin diesel pribadi untuk penerangan.
Sementara itu, Ketua RT 14 Sutrisno membenarkan hal tersebut, Sutrisno mengungkapkan pada awalnya ia tidak tahu, sebab waktu itu ia baru dipercaya untuk menjabat sebagai RT setempat.
Sutrisno pun mengungkapkan ceritanya, ia mempunyai teman yang bernama Muhlisin yang konon katanya memiliki kenalan yaitu Harahab yang bertempat tinggal di Rasau Desa, kemudian Harahab tersebut memiliki kenalan pula seseorang dari pihak PLN yang bernama Ruli.
Setelah dilakukan komunikasi, bahwa dimana dalam wilayah dua RT tersebut belum teraliri listrik akhirnya diadakanlah survey, dan setelah survey dilakukan maka disebutlah bahwa wilayah tersebut bisa dimasukkan jaringan listrik akan tetapi bukan dari pemerintah, melainkan melalui perluasan jaringan, kemudian terjadilah pemasangan instalasi listrik yang saat ini ada di rumah-rumah warga.
Sutrisno juga mengungkapkan, sebelumnya memang telah dilakukan musyawarah dirumah Muhlisin, yang kebetulan saat itu ia juga turut hadir dalam pertemuan tersebut.
Dalam musyawarah, telah sepakat untuk pemasangan jaringan listrik, dan dalam kesepakatannya berhubung akan adanya pemasangan instalasi, maka salah satu syaratnya warga diminta untuk membayar 1 juta/KK guna pemasangan instalasi dengan menyalurkan ke kantor PLN, namun hingga sekarang tidak ada kejelasannya.
Disinggung terkait informasi biaya yang harus dibayar warga sekitar 4 jutaan/KK, Sutrisno menjelaskan, itu anggaran sebenarnya sebesar 4juta 200ribu.
Karena mungkin waktu itu berhubung masyarakat sangking senangnya akan masuknya jaringan listrik, mungkin ada sebagian yang sudah melunasi dengan biaya 4juta 200ribu untuk pemasangan instalasi, amper dan jaringan, “intinya masyarakat tinggal beres, “papar Sutrisno.
Dalam rencana pemasangan jaringan listrik tersebut, Sutrisno juga juga ikut turut membayar, kalau dihitung ia lebih banyak membayar karena untuk menalangi warga-warga yang belum memiliki dana.
“Kalau dihitung untuk keseluruhan, saya sudah membayar sekitar 6 jutaan, saya sudah lebih duit, karena saat itu saya dipercaya oleh warga disini, dari pada susah-susah minta dengan orang yang belum punya jadi saya tomboki dulu, “ujarnya saat dikonfirmasi awak media dikediamannya beberapa hari lalu.
Lebih lanjut Sutrisno menyebutkan, kalau untuk berjumpa dengan Muhlisin itu sudah sering, namun Corona-corona terus yang dibahas, dan ia pun juga sempat datang ke kantor PLN pusat Provinsi Jambi dengan modal sendiri tanpa minta kepada masyarakat bersama Muhlisin untuk menyampaikan terkait hal tersebut.
Sutrisno berharap, kalau bisa, biarpun uang saya tenggelam, yang terpenting lampu disini bisa hidup, itu tidak masalah bagi saya, karena kalau dipikir-pikir kecewa juga tapi mau bagaimana lagi, “pungkasnya.(Ari)