Muaro Jambi.(Benuanews.com)-Ratusan warga dan keturunan Buyut Ranggo berkumpul dalam suasana penuh khidmat di pemakaman Desa Pudak, Kecamatan Kumpeh Ulu, Senin (7/7/2025), dalam rangka memperingati Haul Syech Raden Abdul Syafi’ atau yang lebih dikenal sebagai Datuk Ranggo—tokoh pendiri sekaligus leluhur utama desa tersebut.
Acara ini dihadiri oleh berbagai unsur masyarakat dan pemerintah, mulai dari para keturunan langsung Datuk Ranggo, warga Desa Pudak, perangkat Desa Pudak, hingga unsur Forkopimcam seperti Kapolsek Kumpeh Ulu, perwakilan Kantor Urusan Agama (KUA), Babinsa, dan Bhabinkamtibmas setempat.
Kepala Desa Pudak, Aminto, mengungkapkan rasa syukurnya atas suksesnya penyelenggaraan haul yang dipenuhi nuansa religius dan kekeluargaan. Ia menilai kegiatan ini sebagai momen penting dalam merawat nilai sejarah dan budaya desa.
“Alhamdulillah, acara ini sukses dan dihadiri oleh semua keturunan dari Datuk Ranggo. Ini menjadi tonggak sejarah yang harus selalu dikenang dan diwariskan ke generasi selanjutnya,” ungkap Aminto.
Melihat antusiasme tinggi warga dan keluarga besar Datuk Ranggo, Aminto berencana menetapkan kegiatan ini sebagai agenda tahunan resmi Pemerintah Desa Pudak.
“Insya Allah, tahun depan kita akan laksanakan lagi dan lebih baik. Ini bukan sekadar acara seremonial, tapi sebagai sarana mempererat silaturahmi serta menumbuhkan kesadaran akan sejarah desa,” tambahnya.
Senada dengan itu, salah satu keturunan langsung, Mas Roni, mengucapkan terima kasih atas partisipasi semua pihak yang telah menyukseskan kegiatan ini.
“Terima kasih atas dukungan semua pihak. Semoga kegiatan ini terus terlaksana agar sejarah tak hilang dan tetap dikenang anak cucu kita,” ujarnya singkat.
Dalam momen tersebut, para tokoh masyarakat turut menyampaikan kembali sejarah hidup Syech Raden Abdul Syafi’, yang lahir di Banten tahun 1825 M (1240 H) dan wafat di Desa Pudak tahun 1902 M (1319 H). Beliau adalah putra dari Syech Raden Abdullah Rahman dan cucu dari Datuk Syech Paku Haji. Semasa hidupnya, beliau dikenal sebagai tokoh ulama kharismatik dan panutan masyarakat.
Datuk Ranggo memiliki dua istri, yakni Nyai Menda dan Siti Ayu Kumala, dan meninggalkan keturunan yang saat ini tersebar di berbagai daerah namun masih menjaga nilai-nilai luhur yang diwariskan sang leluhur.
Haul ini tidak hanya menjadi ritual keagamaan, tetapi juga momentum penguatan identitas dan sejarah lokal di tengah modernitas. Pemerintah Desa berharap, kegiatan serupa akan terus berlanjut dan menjadi salah satu pilar budaya spiritual masyarakat Pudak.