Labuan Bajo 02 Februari 2022 Benuanews.com Ratusan Masa Demontrasi di Kota super premium tergabung dari Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Ruteng dan Kota jajakan Labuan Bajo bersama masyarakat Wae Sano yang korban atas kepentingan dibalik pembangunan Geothermal, masa Aksi itu tiba di kantor Bupati kabupaten Manggarai Barat sekitar pukul 10:00 WITA.
Pantuan Media Benuanews.com di depan kantor Bupati Manggarai Barat masa aksi dihadang oleh aparat keamanan dan Pintu Gerbang Kantor Bupati Manggarai Barat ditutup. Masa Aksi sekitar 4 jam lamanya orasi penolakan pembangunan Geothermal di Wae Sano di Depan Kantor Bupati Manggarai Barat sambil goyangkan Pagar Pintu masuk yang sedang ditutupi sampai roboh, Menariknya saat Pintu Gerbang Roboh oleh masa demonstran baru Pemerintah dipersilahkan masa Demonstran itu untuk masuk ke Kantor Bupati Manggarai Barat, Saat itu pula PEMDA meminta kepada para demontrasi masuk didalam ruangan Kantor Bupati di batasi 5 orang dari PMKRI dan 5 Orang Masyarakat Wae Sano.
Masa Demontrasi tidak keberatan itu asalakan pokok pikiran menolak pembangunan Geothermal ini didengar langsung oleh pamangku kekuasaan Manggarai Barat. Usai ditentukan orangnya masuk kedalam Ruangan Bupati masa di luar ruangan tetap melakukan Orasi, Masa Demonstran yang diutus 10 Orang diterima langsung oleh Wakil Bupati dr. Yulianus Weng dan SEKDA Manggarai Barat Drs Fransiskus Sodo Manggarai Barat. Pertemuan itu berlangsung dimulai oleh Wakil Bupati Manggarai Barat.
Wakil Bupati juga saat pertemuan itu baca spintas hasil riset yang dipegang oleh PEMDA MABAR lalu lebih banyak diam Sementara hasil riset itu sekitar 7 atau 8 halaman tebalnya dan langsung memberi kepada masa pendemo oleh PEMDA hasil Riset itu. Sementara Masa Demonstrasi yang di Wakili oleh Ketua PMKRI Yohanes Nardi Nandeng untuk bicara Terkait penolakan pembangunan Gwothermal itu.
Ketua PMKRI Yohanes Nardi Nandeng Menjelaskan bahwa dasar penolakan kami tentu kami punya hati karena kami lihat langsung di Wae Sano terkait pembangunan itu tidak terlalu jauh dari Ruamah Warga, Sekolah, Tempat ibadah dan perkuburan Jelasnya.
Nardi sapaan akrabnya menyampaikan bahwa ketika Pembangunan Geothermal itu terjadi pertanyaan bagaimana dengan warga yang sudah puluhan tahun hidup disitu, apakah menjamin dengan kesejahteraan masyarakat sekitar itu ungkapnya. Sambung Nardi Sementara itu pemerintah juga menggunakan riset sebagai dasar persetujuan pembangunan Geothermal.
Kedatangan kami hari menyampaikak kepada pemerintah bahwa kami menolak Geotermal dikarenakan tidak ada satupun pembangunan Geothermal yang sukses mensejahterakan masyarakat bahkan yang hanya kenyang perut para pemangku kekuasaan Jelas Nardi. Maka dari itu sikap Menolak kami berikut isi tuntutan
Mendesak menteri ESDM melalui pemerintah dan DPRD Kabupaten Manggarai Barat sekuruh proses ekstraksi panas bumi juga WKP lain di flores dan cabut semua izin panas bumi yang yelah dikeluarkan.
Mendeaak Bank Dunia agar batalkan kerja sama dan pemberian dana hibah kepada PT SMI juga ( PT GeoDipa) termasuk hentikan s3luruh proses dalam lapangan yang diluruskan rencana pembangunan panas bumi di Wae Sano
Mendesak kantor Staf kepresidenan (KSP) agar terhenti terlibat dalam urusan panas bumi Wae Sano
Sementara itu salah satu Masyarakat Wae Sano Rofinus rabun Desa Wae Sano- kampung dasa, dusun dasa menjelaskan bahwa
Sentara itu SETDA MABAR Fransiskus Sodo menyampaikan pembangunan Geotermal itu sudah melakukan sesuai tahapannya. Saya hpir satu minggu ke Desa Wae Sano untuk duduk bersama terkait pembangunan itu dalam bahasa budaya Manggarai Lonto Leok, saat Lonto Leok itu ini hasilnya dengan menunjukan surat sekitar 7 atau 8 halaman tebalnya yang akan diberikan kepada masa Demonstran itu. Semntara itu Fransiskus Sodo juga menjelaskan bahwa saat pertemuan itu (Lonto Leok) memang melahirkan pro kontra di sana dan banyak tidak hadir mengikuti pertemuan jelasnya.
Salah satu Warga yang berasal dar Desa Wae Sanoi kampung dasa, dusun dasa, Rofinus Rabun menyampaikan bahwa pemerintah manggarai Barat melakukan pertemuan dengan Warga disana banyak yang tidak hadir atau tidak setuju itu dikarenakan pertemuan itu tidak akan menerima pemikiran dari kami sebagai masyatakat Jelasnya
Rofinus Rabun juga menjelaskan surat yang sudah ada itu tebal sekitar 7 atau 8 halaman saya tahu bahwa itu bukan hasil pertemuan Warga Desa Wae Sano atau hasil Lonto Leok warga Wae Sano tapi itu buatnya disini. Setelah disini sudah selesai baru adakan agenda untuk pertemuan masyarakat Wae Sano dengan Modus membahas bagamanana dengan pembangunan Geotheal ini ternyata itu adalah bohong, pertemuan itu hanya bagi surat yang sudah disini lalu suruh membaca. Sambung Rofinus Rabun Kami sebagai Masyarakat Wae Sano menolak pembangunan Geothermal itu tutupnya.