Suara Perlawanan,Nasib Jangkat Surga Terakhir Kabupaten Merangin

1000543480.jpg

Merangin,(Benuanews.com)-Suara perlawanan terhadap perusakan lingkungan menggema dari Kecamatan Jangkat, wilayah yang dijaga sebagai “surga terakhir” Kabupaten Merangin.

Kekhawatiran yang telah membara selama beberapa waktu terakhir kini mencapai titik didih menyusul kabar mobilisasi sejumlah alat berat ke kawasan tersebut. Kuat dugaan, mesin-mesin perusak itu dipersiapkan untuk memulai aktivitas Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) yang telah meluluhlantakkan banyak wilayah lain di Merangin. Minggu, (15/06/2025).

Sebagai benteng ekologis terakhir, Jangkat memiliki arti yang tak ternilai. Keindahan alamnya yang perawan, dengan hamparan lembah hijau dan udara bersih, bukan sekadar objek wisata, melainkan jantung kehidupan bagi masyarakat yang bergantung pada pertanian. Hilangnya Jangkat akibat kerakusan PETI bukan hanya berarti hilangnya satu kecamatan, melainkan, seperti yang diyakini banyak pihak, akan menjadi tanda “lengkap sudah kehancuran Merangin”.

Kecurigaan publik berawal dari laporan warga dan pantauan di lapangan yang mengindikasikan adanya pergerakan alat berat jenis ekskavator menuju titik-titik yang jarang diakses di pedalaman Jangkat. Pola ini sangat identik dengan operasi senyap yang biasa dilakukan para cukong PETI sebelum menggali dan mencemari alam. Kabar ini menyebar cepat, memicu keresahan dan kewaspadaan di tengah masyarakat.

Ancaman ini terasa begitu nyata karena dampak destruktif PETI sudah menjadi pemandangan umum di wilayah lain Merangin. Sungai-sungai yang dulu jernih kini keruh dan tercemar merkuri, lahan pertanian produktif berubah menjadi kubangan tandus, dan konflik sosial kerap terjadi. Masyarakat Jangkat menolak keras masa depan suram seperti itu menimpa tanah kelahiran mereka yang selama ini dijaga dengan kearifan lokal.

Penolakan paling keras datang dari para tokoh masyarakat Jangkat. Dengan satu suara, mereka menegaskan akan berdiri di garda terdepan untuk menghalau segala upaya perusakan. Mereka memperingatkan bahwa jika aktivitas ilegal ini dibiarkan, Jangkat dipastikan akan menjadi zona merah PETI selama puluhan tahun, mewariskan bencana ekologis dan kemiskinan bagi generasi mendatang.

Gelombang perlawanan ini mendapat energi baru dari barisan generasi muda. Kelompok yang menamakan diri “Pemuda Peduli Lingkungan Merangin” turut angkat bicara dan menyatakan siap mengawal isu ini. Melalui media sosial dan jaringan komunitas, mereka menyerukan konsolidasi untuk melindungi Jangkat, menegaskan bahwa masa depan mereka sedang dipertaruhkan oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab.

“Kami tidak akan diam saja. Jangkat adalah rumah dan masa depan kami. Kami menolak keras segala bentuk aktivitas PETI di tanah kami. Ini adalah panggilan untuk semua pemuda Merangin agar tidak apatis. Jika Jangkat hancur, kita kehilangan identitas dan warisan paling berharga,” tegas salah seorang koordinator Pemuda Peduli Lingkungan Merangin.

Seruan ini menggarisbawahi betapa krusialnya posisi Jangkat. Ketika banyak kawasan lain telah menjadi korban, Jangkat berdiri sebagai harapan terakhir. Kehancurannya akan menjadi preseden buruk yang menunjukkan ketidakmampuan kolektif dalam mempertahankan aset paling vital, sekaligus menjadi noda hitam dalam sejarah kepemimpinan daerah.

Kini, seluruh mata dan harapan tertuju pada tindakan nyata dari Pemerintah Kabupaten Merangin dan aparat penegak hukum. Ketegasan untuk menghentikan alat berat, menyelidiki dalangnya, dan memberikan sanksi hukum yang berat sangat dinantikan. Sikap abai atau respons yang lambat dari pihak berwenang akan dianggap sebagai bentuk pembiaran terhadap kejahatan lingkungan yang terstruktur.

Pada akhirnya, nasib Jangkat berada di persimpangan jalan yang genting. Di satu sisi ada iming-iming kekayaan instan bagi segelintir orang, dan di sisi lain ada keberlanjutan hidup dan alam untuk ribuan warga. Pertarungan antara keserakahan dan kelestarian sedang berlangsung, dan hasilnya akan menentukan apakah “surga terakhir” Merangin ini akan tetap abadi atau tinggal nama dalam sebuah cerita pilu.

(Red)

scroll to top