Sisi kehidupan para pengrajin anyaman Lasugi di Bontonompo Kab. Gowa.

IMG_20220605_100148-scaled.jpg

Gowa]BenuaNews.Com. Sekelompok pengrajin anyam Lasugi/ Wallasugi, yang dikomandoi oleh Dg. Angka dan teman-temannya, masih tetap eksis dan bertahan seiring dengan perkembangan zaman. Bontonompo Gowa Sulawesi Selatan.Jumat[10/6/2022].

Sangkala atau biasa disebut dalam kesehariannya Dg. Angka, ditemua awak media, ditempat mangkalnya untuk melakukan aktifitas kerja sehari-harinya dalam menyelesaikan order Lasugi, dirinya mengungkapkan bahwa setiap mendapat order Lasugi kami pasti kerja tim, yang terdiri :
1. Orang yang bertugas memotong-motong bambu,
2. Orang yang membelah menjadi beberapa bilah,
3. Orang yang bertugas meraut bambu sampai halus,
4. Orang yang membuat / merangkai, kontruksinya untuk ditempati anyaman, hal ini biasa disebut (desainer) lasugi.

Menurut Dg. Angka tugas-tugas di atas tidak selamanya berjalan bersama tim, tapi terkadang sendiri, jadi tergantung dari banyak orderannya, karena otomatis kita menggaji para pekerja.

Adapun motifnya bervariasi antara lain, seperti lasugi dengan bentuk segi empat besar dan segi empat kecil, serta anyaman takraw, tetapi disini kita buatkan rata- rata yang pesan adalah motif segi empat kecil, karena itu ciri khasnya anyaman Lasugi buatan Bontonompo Borongatala, dan menjadi daya penarik bagi pelanggan kita.

Dalam Prosedur Pembuatan lasugi yang bahannya terbuat dari bambu hijau dan masi basah, biasanya pesanan dibuat satu sampai dua minggu sebelum acara pestanya, tapi itupun tergantung seberapa banyak pesanan, dan kerumitan anyamannya, serta strata sosialnya, jadi kita kondisikan. Ungkap Angka, disela-sela kerjanya dalam penyelesaian akhir anyaman Lasuginya.

Suka dukanya selama, menggeluti kerajinan anyam Lasugi/walasuji, sudah banyak dia lalui, karena pekerjaan ini sudah puluhan tahun dia geluti, dan karya-karya hasil buatannya banyak diminati, oleh kalangan pejabat pengusaha sukses, dan masyarakat biasa.

Yang paling terdampak dukanya yaitu disaat Vandemi 19 melanda, disaat itu nyaris tidak ada orderan, karena pesta dan kegiatan yang sifatnya berkumpul,dilarang saat itu, untung saja kita masih bisa mengandalkan hasil dari bertani dalam menutupi kebutuhan keluarga sehari-harinya.

Dari pantauan media dilokasinya kerjanya, dirinya berharap banyak, mudah-mudahan Vandemi ini lenyap sesegera mungkin, supaya kita bisa normal kembali bekerja, terutama kita ini yang kerjanya cuma mengandalkan skill keterampilan menganyam Lasugi, untuk kebutuhan pelengkap pernak pernik hiasan pengantin yang masih diminati oleh berbagai kalangan masyarakat, dan sebagai simbol adat yang di saklarkan, bagi suku Makassar dan bugis.

Harapannya kepada pihak pemerintah, demi melestarikan budaya ini, hendaknyalah memikirkan dan banyak berkontribusi kepada perajin lasugi, terutama bantuan peralatan yang mendukung dalam proses pembuatan karyanya.

Karya ini adalah salah bagian dari karya seni Rupa, dan termasuk kategori karya klasik yang tidak tergusur oleh perkembangan Zaman, dia merangkak dan tetap eksis sebagai karya anyaman yang masih tetap terpakai, ketika ada acara-acara pesta budaya / acara penting lainnya nyaris tidak terlupakan.

karya Budaya ini dapat lestari adanya,
karena mengandung makna filosopi, sebagai acuan untuk mengukur tingkat kesempurnaan yang dimiliki seseorang, yakni keberanian, kebangsawanan, kekayaan, dan ketampanan/kecantikan, serta ini budaya khas Sul-Sel, yang unik dan, tak dimiliki oleh suku-suku lain yang ada di Indonesia ini.(RB#).

Laporan. Ruslan.

scroll to top