Lumajang, Benua News.com-Peternakan sapi tradisional, masalah reproduksi merupakan salah satu hal yang sangat penting dan strategis. Peternak sapi tradisional sering mengalami kesulitan dalam mengelola reproduksi sapi secara efektif. Peternak sapi tradisional tidak dapat mengetahui secara pasti kapan sapi betina mereka akan bersiklus, sehingga mereka tidak dapat menentukan waktu yang tepat untuk melakukan inseminasi. Selain itu, peternak sapi tradisional juga sering mengalami kesulitan dalam mengetahui apakah sapi betina telah bunting atau tidak, sehingga mereka sering terlambat dalam menyiapkan persiapan pemeliharaan sapi betina yang bunting.
Permasalahan dalam pengelolaan reproduksi sapi yang belum efektif ini dapat diatasi dengan dilakukannya recording. Namun, banyak peternak yang masih belum menyadari pentingnya recording terhadap reproduksi sapi tersebut.
Recording terhadap reproduksi sapi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencatat data-data reproduksi sapi, seperti tanggal lahir, jenis kelamin, tanggal dan hasil persilangan, serta informasi lain yang berkaitan dengan reproduksi sapi. Recording ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas Ternak sapi karena dapat membantu dalam mengidentifikasi Ternak sapi yang memiliki potensi untuk menghasilkan anak yang berkualitas tinggi.
Selain itu, recording juga dapat membantu dalam mengelola ternak sapi dengan lebih efisien, seperti dengan menentukan saat yang tepat untuk melakukan persilangan, atau mengidentifikasi ternak sapi yang mengalami masalah reproduksi. Dengan melakukan recording terhadap reproduksi sapi, peternak akan memperoleh informasi yang akurat dan terupdate mengenai reproduksi sapi. Hal ini akan membantu peternak dalam mengelola peternakan sapi secara efektif dan efisien.
Berdasarkan permasalahan yang ada di lapangan tentang rendahnya tingkat kesadaran dan pemahaman peternak sapi tentang pentingnya recording reproduksi dapat disebabkan oleh kurangnya tingkat pengetahuan peternak di peternakan tradisional. Hal tersebut yang menarik perhatian penulis agar peternak sapi potong tradisional mau dan mampu menerapkan recording reproduksi terhadap sapi potongnya dan menyusun rancangan penyuluhan mengenai recording melalui penelitian yang berjudul “Rancangan Penyuluhan Pentingnya Recording Reproduksi Pada Peternakan Sapi Potong Tradisional Kelompok Tani Abadi Desa Tunjung Kecamatan Randuagung Kabupaten Lumajang”.
Recording Reproduksi
Recording merupakan suatu kegiatan pencatatan yang dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan yang objektif didasarkan pada fakta-fakta yang ada. Kegunaan utama dari pencatatan ini adalah memberikan informasi tentang ternak secara individu maupun secara keseluruhan yang terutama pencatatan tentang siklus reproduksi, Service Perconception dan Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan system reproduksi
Manfaat dari recording reproduksi itu bagi peternak sapi potong tradisonal diantaranya :
memudahkan identifikasi berapa kali ternak di kawinkan atau inseminasi Buatan (IB)
mengetahui populasi ternak, identitas dan ciri-ciri khusus ternak,
memudahkan peternak mengingat kejadian-kejadian penting pada ternaknya, seperti tanggal kebuntingan dan tanggal beranak
perawatan dan pengobatan pada ternak yang sakit berdasarkan catatan riwayat kesehatannya,
memudahkan peternak mengambil keputusan ataupun tindakan nyata dalam penanganan,
memudahkan peternak melakukan seleksi ternak serta dapat mencegah terjadinya kawin sedarah atau inbreeding
Adapun istilah–istilah dalam Reproduksi yaitu :
Inseminasi Buatan (IB)
Inseminasi buatan atau kawin suntik dilakukan melalui perkawinan silang antara betina lokal dengan semen beku pejantan unggul yang pada umumnya dipilih dari keluarga/bangsa sapi yang didatangkan dari luar negeri dan tujuannya adalah untuk memperbaiki genetic sapi lokal, disamping itu juga menekan biaya produksi karena tidak harus memelihara sapi jantan yang biaya pakan, tempat pemeliharaan, dan perawatannya cukup mahal. (Firdaus, 2009
Service per conception
Service per conception (S/C) adalah angka yang menunjukkan berapa kali perkawinan atau inseminasi yang dibutuhkan oleh ternak sampai menghasilkan kebuntingan (Prihatini,2011).
Conception Rate (CR)
Conception Rate atau angka konsepsi merupakan persentase ternak betina yang bunting pada perkawinan pertama. Angka konsepsi ditentukan berdasarkan hasil diagnose kebuntingan dengan palpasi abdominal (Toelihere,1993).
Calving Interval
Jarak beranak atau Calving Interval merupakan jarak dari beranak satu ke beranak selanjutnya. Pada peternakan sapi yang ideal, kelahiran harus diusahakan 12 bulan sekali.
(M.HADI)