Kelurahan Gurilla,Pematangsiantar.BenuaNews.com – Proses Okupasi Lahan PTPN – lll masih berlangsung,dimana masih ada sebagian penggarap dan juga warga yang sudah menerima uang pengganti lahan dan bangunan yang sudah di selesaikan oleh pihak perkebunan melalui program Suguh Hati PTPN- lll.
Adalah Parlindungan Simanjuntak dan Dippos Pasaribu Dua orang warga penggarap yang sudah menerima suguh hati (tali asih) akan tetapi terus menerus mendapatkan intimidasi yang dilakukan oleh sejumlah warga yang menolak tawaran suguh hati yang diberikan PTPN III. Hal ini, membuat pemilik bangunan kecewa dengan aksi sejumlah warga itu dan memilih untuk melaporkan hal tersebut ke Polres Siantar, Jumat (25/11/2022) siang.
“Sejumlah warga sengaja melakukan pengrusakan dengan cara membanting jendela rumahku dan menendang pintu rumah, barang – barang rumah sudah kupindahkannya bang,tapi ada yang mau ku bongkar dan kubawa.
Tapi mereka yang sebagian tidak ku kenal kerap mengancam dan malahan merusak jendela,pintu dan rumah kami.Ada kok rekaman video nya.” Ujar Dipos,warga yang sudah menerima Suguh Hati kepada awak media pada Jumat sore(25/11/2022),di kantor AFD IV kelurahan Gurrilla,Kecamatan Siantar Sitalasari.Kodya Pematangsiantar
“Sedih kali kami bang,masak masa depan keluarga ku mau orang yang menggatur,saya kerap menerima ancaman,dipropokasi dan terus di intimidasi.Mungkin karena saya memilih menerima uang tali asih(Suguh Hati),dari pihak perkebunan.Terus terang yang saya rasakan keselamatan saya dan keluarga terancam.Makanya saya datang kemari untuk melapor dan minta perlindungan pada penegak hukum,” urai P.Simanjuntak di depan SPK Polres Pematangsiantar.Jumat(25/11/2022)
Menanggapi hal tersebut, Asisten Personalia Kebun (APK) Bangun, Doni Manurung mengatakan bahwa pihaknya tidak pernah memaksa masyarakat untuk menerima suguh hati yang ditawarkan. “Kita kecewa dengan sikap masyarakat yang menolak suguh hati. Mereka datang tidak ada paksaan, setelah menerima suguh hati mereka berangkat dengan membawa uang suguh hati. Bahkan ada masyarakat yang membongkar bangunannya sendiri serta mengambil barang yang mereka anggap masih bisa dimanfaatkan,” kata Doni.
Ia menambahkan, saat ini sudah 71 rumah sudah dirobohkan dengan persentase sekitar 95 persen dari lahan yang selama ini dikuasi masyarakat seluas 66,6 hektar. “Sudah mencapai 63 hektar lahan yang sudah kita bersihkan. Hasil identifikasi, ada beberapa orang yang sebelumnya tidak pernah berada di garapan, mereka bergabung dengan masyarakat yang menolak suguh hati, seolah-olah mereka adalah massa kiriman,” katanya.
Saat kegiatan pembersihan lahan, beberapa massa terlibat perkelahian hal ini dipicu karena massa yang menolak suguh hati menutup akses jalan warga. Aksi penutupan jalan ini membuat warga emosi hingga akhirnya terlibat perkelahian. Warga yang emosi memukul wajah salah seorang pria dari kelompok penggarap hingga terluka.
Aksi ini membuat massa penggarap kesal dan mencoba menyerang balik. Anggota Polres Siantar dengan sigap melakukan pengamanan dan membawa pelaku serta korban ke Polres Siantar untuk dilakukan mediasi oleh pihak kepolisian.
Kapolres Siantar, AKBP Fernando mengatakan saat ini pihaknya sudah menerima laporan dari warga yang rumahnya dirusak oleh sejumlah orang. “Iya (Laporan warga, red) cuma saya belum kroscek langsung ke SPKT. Kalau warga yang terlibat perkelahian kita bawa ke mako untuk diselesaikan. Tadi memang dipicu karena akses jalan warga ditutup, mungkin karena dendam makanya sempat ada aksi pemukulan. Cuma kita sudah lakukan mediasi, tadi saya juga sempat mintai keterangan antara si pemukul dengan korban,” kata perwira dua melati emas ini kepada awak media usai apel pasukan pengamanan.
Pihaknya juga menghimbau kepada seluruh tim pengamanan untuk tetap melakukan pengamanan dengan hati dingin dan tidak mudah terprovokasi oleh sejumlah warga. “Selalu kita tekankan kepada anggota pengamanan agar tidak terprovokasi. Karena kehadiran kami di sini bukan berpihak kepada siapapun, posisi kami berada di tengah dan tugas kami menjaga keamanan selama proses okupasi,” katanya mengakhiri.
(Dedi Sinaga)