Mendulang Rupiah ,Dengan  Beternak Ulat 

IMG-20210721-WA0017.jpg

Payakumbuh . Kegagalan bukan  membuat seseorang untuk menyerah pada nasib ,sempat gagal menjalani usaha Ikan Lele akibat “dipukul” Pandemi Covid-19, Yosep Hariadi (28) beralamat di Kelurahan Bulakan Balai Kandi (BULBA) Kecamatan Payakumbuh Barat Kota Payakumbuh Banting stir jadi peternak Ulat Maggot. 

Meski terkesan sepele dan menjijikkan, tapi tak disangka hasil usahanya berupa telur dan ulat maggot itu telah dipasarkan hingga ke Pulau Dewata Bali. Sehingga, usaha tersebut terus berkembang pesat meski ditengah Pandemi. 

Satu hari saja, dari usaha yang baru dijalani dua tahun itu, bapak dua orang anak yang hanya Tamatan SMA itu bisa menghasilkan telur ulat Maggot 50 hingga 100 gram sehari. Sehingga ia bisa meraup untung ratusan ribu rupiah perhari nya. 

” Awalnya saya menjalani usaha ternak lele. Namun karena dampak Pandemi Covid-19 dan harga pakan yang terus naik, terpaksa usaha tersebut harus terhenti ditengah jalan. Hingga saya mencoba ternak ulat Maggot. Sebab usaha ini memiliki peluang yang cukup bagus, selain permainan yang tinggi, masyarakat yang menggeluti usaha ini belum banyak.” Sebut Yosep, baru-baru ini di usaha ternak miliknya yang tidak jauh dari Gedung DPRD Payakumbuh.

Ia juga menambahkan, ulat Maggot hasil usahanya banyak dibeli para peternak unggas dan ikan untuk campuran makanan/pakan, sebab ulat diyakini memiliki protein yang tinggi. 

” Hasil usaha saya berupa ulat Maggot biasanya dibeli untuk dijadikan campuran pakan/makanan bagi unggas dan ikan, sebab kandungan protein ulat ini cukup tinggi. Sementara untuk telur biasnya saya jual secara online ke berbagai daerah di Indonesia secara Online.” Ucapnya. 

Telur Maggot yang berasal dari lalat warga hitam dengan sebutan Black Soldier Flying (BSF) biasanya dibeli untuk diternakkan kembali. 

Yosep menyebut bahwa ia mendapatkan ilmu beternak ulat/Maggot itu dengan cara belajar secara otodidak dari Media Sosial. Hingga ia beranikan diri untuk membuka usaha sendiri. Namun usaha yang memiliki peluang bagus itu terkendala dengan tidak adanya alat yang bisa ia gunakan untuk memotong/cacah sampah organik sebagai bahan makanan ulat Maggot. 

” Untuk makanan ulat/Maggot biasnya saya cari di Pasar Tradisional Ibuah, yakni berupa sisa-sisa sayuran dan buah-buahan. Kebutuhan bisa mencapai 500 Kilogram perhari. Untuk mencacah sampah organik itu saya lakukan secara manual. Semoga ada perhatian berupa bantuan dari Pemerintah Daerah.” Tutupnya. (Yuni ).

scroll to top