Jakarta.(Benuanews.com)-Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyelenggarakan program Sekolah Lapangan di dua Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muara Jambi yaitu di situs Kotamahligai serta situs Gedong I.
Selama hajatan Sekolah Lapangan di KCBN Muara Jambi dilakukan berbagai aktivitas seperti identifikasi situs, diskusi bersama pakar, eskavasi, konservasi, pemugaran, hingga penataan lingkungan. Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid menuturkan, KCBN mempunyai arti penting, yakni nilai sejarah peradaban Indonesia. Hal itu pun terdapat pula pada KCBN Muara Jambi.
Khususnya di daerah aliran sungai (DAS) Batanghari, Hilmar menyampaikan, “Dengan berlangsungnya Sekolah Lapangan, generasi muda dapat ikut mengungkap segala aspek perjalanan peradaban Melayu. Sudah menjadi kewajiban serta tanggung jawab seluruh pihak untuk merawat peninggalan sejarah.”
“Melestarikan peninggalan budaya merupakan upaya pemajuan kebudayaan. Dengan diselenggarakannya Sekolah Lapangan di KCBN Muara Jambi ini, diharapkan timbul kesadaran merawat warisan budaya sebagai bentuk harmonisasi alam dan manusia,” tambah Dirjen Kebudayaan.
Apalagi, Hilmar mengatakan, program Sekolah Lapangan ini selaras dengan sasaran Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang dicetuskan Kemendikbudristek. Melalui Sekolah Lapangan, warga perguruan tinggi dapat turun langsung mengimplementasikan teori akademiknya dengan fakta sejarah dan budaya.
“Sehingga akademisi dan mahasiswa tidak hanya berkutat di kelas saja. Namun dapat juga belajar dari lapangan menggali nilai-nilai budaya maupun kearifan lokal yang pernah ada di sepanjang Sungai Batanghari,” ucap Hilmar.
Program Sekolah Lapangan di KCBN Muara Jambi ini juga mendapat tanggapan positif dari Ketua Umum Badan Musyawarah Keluarga Jambi (BMKJ) Wilayah Jakarta Muslimin Tanja. Menurut Muslimin, dengan Sekolah Lapangan di KCBN Muara Jambi bakal memberikan informasi akurat kehidupan budaya Melayu masa lalu.
“Sudah sepatutnya peninggalan budaya Melayu disebarluaskan informasinya melalui temuan penelitian ilimiah. Ada unsur-unsur histori di DAS Batanghari yang itu menjadi kebanggaan Suku Melayu di Jambi,” papar Muslimin.
Muslimin menilai, kinerja pemajuan kebudayaan yang digagas Ditjen Kebudayaan Kemendikbdristek melalui Sekolah Lapangan adalah bukti tanggung jawab pemerintah terhadap aset sejarah bangsanya untuk kepentingan generasi masa depan.
Muslimin menganggap, justru melalui Sekolah Lapangan yang digelar di KCBN Muara Jambi makin memperkuat akar nilai budaya Melayu sebab telah diketahui latar belakangnya secara ilmiah dan rinci sehingga wajib dilestarikan.
Sekolah Lapangan di KCBN Muara Jambi bakal melibatkan arkelog, sejarawan, ahli geofisika, pakar biologi, desainer produk, serta mahasiswa dari lintas perguruan tinggi. Perguran tinggi yang andil dalam program Sekolah Lapangan ini yakni UI, ITB, Universitas Jambi, UIN Sultan Thaha Jambi, dan UIN Raden Fatah Palembang.
Sekolah Lapangan merupakan bagian dari rangkaian Kenduri Swarnabhumi, salah satu festival menjaga tradisi budaya Melayu di DAS Batanghari, yang puncaknya dilaksanakan Agustus mendatang. Program Sekolah Lapangan berlangsung selama dua tahap yakni pra-Sekolah Lapangan pada 14-15 Juli lalu dan dilanjutkan dengan pelaksanaan kegiatan 18-31 Juli. (*)