JOGJAKARTA.(Benuanews.com)-Hari Santri Nasional (HSN) menjadi momentum tahunan yang penuh makna, khususnya bagi komunitas santri di Indonesia. HSN tidak hanya memperingati perjuangan historis santri dalam memperjuangkan kemerdekaan, tetapi juga menjadi refleksi perjalanan panjang peran santri dalam menghadapi tantangan zaman.
Dengan mengusung tema “Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan” di Hari Santri Nasional 2024 merupakan pijakan penting untuk merenungkan, menguatkan, dan menyusun strategi masa depan umat dan bangsa dalam perspektif keagamaan, pendidikan, dan kebangsaan.
Tulisan ini akan membahas tema tersebut dengan mengintegrasikan teori-teori pendidikan, kaidah ushul fiqh, dan nilai-nilai keagamaan yang relevan dalam konteks tantangan masa depan santri. Dengan demikian, kita akan melihat bagaimana perjalanan panjang perjuangan santri mampu menyambung juang dari masa lalu ke masa depan, berlandaskan pada prinsip-prinsip yang kokoh, serta tetap membumi dalam menghadapi perubahan dunia yang dinamis.
Santri telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sistem pendidikan Islam di Indonesia. Melalui pesantren, santri belajar tidak hanya ilmu-ilmu keagamaan tetapi juga nilai-nilai etika, moral, dan kebangsaan yang menjadi dasar kuat dalam berperan di tengah masyarakat. Dalam konteks pendidikan kontemporer, teori pendidikan kritis yang dikemukakan oleh Paulo Freire dalam Pedagogy of the Oppressed sangat relevan untuk diintegrasikan dengan nilai-nilai pesantren. Freire mengajarkan pentingnya kesadaran kritis (conscientization), yaitu proses di mana individu memahami kondisi sosialnya dan mengambil langkah untuk mengubahnya.
Santri yang memiliki kesadaran kritis tidak hanya menghafal dan memahami teks-teks keagamaan, tetapi juga mampu membaca realitas sosial dan politik. Mereka diharapkan menjadi agen perubahan yang memadukan ilmu agama dengan pengetahuan kontemporer untuk memajukan bangsa. Dalam upaya “menyambung juang,” santri tidak hanya mengulangi narasi masa lalu, tetapi juga membangun kesadaran kritis untuk menghadapi tantangan global, seperti perkembangan teknologi dan perubahan sosial yang pesat.
Dalam kajian ushul fiqh, terdapat kaidah yang sangat penting dalam memandang perubahan dan dinamika zaman, yaitu “الْأَصْلُ فِي الْأَشْيَاءِ الْإِبَاحَةُ” (hukum asal sesuatu adalah mubah atau dibolehkan), kecuali terdapat dalil yang melarangnya. Kaidah ini mengajarkan kepada kita bahwa Islam memberikan ruang bagi inovasi dan perubahan, selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariat.
Dalam konteks Hari Santri Nasional 2024, kaidah ini dapat menjadi landasan dalam memandang inovasi pendidikan, ekonomi, dan sosial yang dilakukan oleh komunitas santri. Menghadapi masa depan yang penuh dengan tantangan, santri dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam memecahkan berbagai masalah sosial, ekonomi, dan politik yang ada. Santri harus siap merengkuh masa depan dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip syariat, tetapi juga tidak anti-perubahan. Semangat menyambung juang adalah semangat yang terbuka terhadap pembaharuan yang selaras dengan tujuan maqashid syariah, yakni menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.
Santri memiliki peran dalam ikut serta membangun Karakter Bangsa , sebagai bagian integral dari bangsa Indonesia, santri telah lama menunjukkan eksistensi perannya dalam hal ini. Pendidikan di pesantren menekankan pentingnya adab sebelum ilmu, yang sejalan dengan teori pendidikan karakter. Thomas Lickona, seorang ahli pendidikan karakter, menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah tentang mengajarkan nilai-nilai moral dan etika yang menjadi landasan dalam bertindak. Santri, dengan pendidikan yang berbasis nilai-nilai Islam, telah menunjukkan bagaimana karakter bangsa yang kuat dapat dibangun melalui integrasi nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.
Santri memiliki tanggung jawab besar untuk menyebarkan nilai-nilai kejujuran, disiplin, kerja keras, dan tanggung jawab, yang menjadi pilar penting dalam membangun masa depan bangsa. Dengan menghayati tema “Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan,” santri harus mampu menjadi teladan bagi generasi muda lainnya, terutama dalam hal semangat belajar dan berkontribusi bagi masyarakat. Inilah makna juang yang disambung dari generasi ke generasi, dari masa lalu hingga kini, dan dari kini menuju masa depan.
Dalam konteks keagamaan, Islam sangat menekankan pentingnya mempersiapkan masa depan. Dalam ajaran keagamaan juga semuanya di minta untuk merperhatikan masa depannya, karena sesungguhnya setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang telah di perbuat, Hal ini mengajarkan bahwa setiap individu, termasuk santri, harus memiliki visi ke depan dan mempersiapkan dirinya untuk menghadapi masa yang akan datang.
Melalui tema HSN 2024, “Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan,” santri diingatkan untuk selalu memiliki visi yang jelas dalam setiap langkah perjuangan. Visi ini harus dibangun dengan dasar yang kokoh dalam ajaran agama, namun tetap responsif terhadap perkembangan zaman. Ushul fiqh, dengan kaidah-kaidah yang dinamis, memberikan ruang bagi santri untuk selalu berpikir kritis dan inovatif, tanpa meninggalkan prinsip-prinsip agama yang menjadi fondasi.
Kaidah “ما لا يتم الواجب إلا به فهو واجب” (sesuatu yang diperlukan untuk menyempurnakan kewajiban, maka ia juga menjadi wajib) mengajarkan bahwa santri harus mempersiapkan segala aspek yang diperlukan untuk mencapai tujuan masa depan. Pendidikan, teknologi, dan keterampilan sosial adalah beberapa di antaranya yang menjadi bekal wajib bagi santri dalam menghadapi tantangan masa depan.
Santri memiliki Perjalanan Juang Masa Depan yang panjang terbentang di hadapan matanya , seperti perahu yang berlayar di samudra waktu, Terhimpun doa, terpancang juang di tepian cakrawala, Angin masa membawa riak gelombang harapan, Namun kokoh ia dalam keyakinan dan iman. Para santri, adalah pewaris perjuangan para ulama, Di pundaknya beban masa depan terletak, Tangan-tangan kecilnya yang dulu menggenggam tasbih, Kini membangun jembatan juang menuju masa depan yang cerah.
Santri adalah benih-benih yang ditanam di tanah subur sejarah, Mengakar kuat, memanjangkan tunas juang, Merangkul ilmu dari kitab-kitab suci, Dan menyentuh langit dengan impian yang mulia.
Dalam diri para santri, bersua harapan bangsa, Dengan doa yang tulus dan usaha yang tiada henti, Masa depan adalah cermin dari kebajikan hari ini, Dan juang yang disambung adalah jembatan bagi generasi nanti.
Hari Santri Nasional 2024 dengan tema “Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan” adalah momentum penting bagi komunitas santri untuk merenungkan kembali peran dan tanggung jawab mereka dalam membangun bangsa. menjaga warisan juang para pendahulu, sekaligus mempersiapkan diri untuk menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Semangat juang yang disambung harus selalu berlandaskan pada prinsip-prinsip syariat dan nilai-nilai moral, dengan visi yang jelas menuju masa depan yang lebih baik.
Dengan demikian, HSN 2024 bukan hanya perayaan simbolis, tetapi juga titik tolak bagi santri untuk terus mengasah kemampuan, memperkuat karakter, dan menjadi agen perubahan yang konstruktif dalam membangun bangsa. Tantangan zaman bukanlah penghalang, melainkan peluang bagi santri untuk berperan aktif dalam merengkuh masa depan yang gemilang.
Sejarah telah mencatat, pada 22 Oktober 1945, santri-santri di bawah komando ulama besar Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari mengeluarkan fatwa Resolusi Jihad yang menyerukan perlawanan terhadap penjajah yang ingin kembali menguasai Indonesia pasca-Proklamasi Kemerdekaan. Resolusi ini menjadi tonggak penting dalam sejarah perjuangan bangsa, di mana ribuan santri turun ke medan pertempuran untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, terutama dalam Pertempuran Surabaya.
Perjuangan santri tidak berhenti pada masa kemerdekaan saja. Dalam setiap fase pembangunan bangsa, santri selalu hadir memberikan kontribusi nyata, baik dalam bidang pendidikan, sosial, maupun politik. Inilah yang dimaksud dengan menyambung juang — yakni meneruskan tradisi perjuangan yang telah diwariskan oleh para pendahulu, sekaligus mengadaptasi semangat tersebut untuk menjawab tantangan zaman.
Nasionalisme santri yang didasari oleh semangat keagamaan dan kecintaan kepada negeri adalah kekuatan yang sangat dibutuhkan dalam membangun masa depan Indonesia. Dalam peringatan Hari Santri Nasional 2024 ini, kita kembali diingatkan akan pentingnya menyambung juang dari para ulama dan pahlawan terdahulu, serta merengkuh masa depan dengan optimisme dan tekad yang kuat. Nasionalisme santri bukan sekadar slogan, tetapi adalah ruh perjuangan yang mengakar kuat dalam sanubari setiap santri. Santri akan terus berada di garda terdepan dalam menjaga, membangun, dan memajukan Indonesia, sebagai wujud dari iman dan cinta mereka kepada negeri ini.
Seperti halnya air yang mengalir tanpa henti, perjuangan santri akan terus berjalan, meretas masa depan yang lebih gemilang untuk Indonesia tercinta.
Penulis: Rizky Firnanda.S.Pd (Mahasiswa Pascasarjana IAIPM UII Yogyakarta)