Surakarta (Benuanews.com ) — Masjid Agung Surakarta terletak di Alun-alun utara keraton Surakarta. Nama asli adalah Masjid Ageng Keraton Hadiningrat dibangun oleh Raja Pakubuwono III tahun 1749 memiliki peran penting dalam penyebaran agama Islam di Solo sampai sekarang. Halaman luas hamper 1 hektar dan bangunan utama masjid ukuran 34m x 33 m dengan kemampuan daya tampung mencapai 1800 jemaah.
Pakubuwono III memiliki kehendak setiap pengurus Masjid harus menuntut ilmu terlebih dahulu di Madrasah Mambaul Ulum dengan gelar Tafsir Anom. Masjid Agung menjadi tempat penyelenggaraan acara ritual keraton yang berhubungan dengan agama Islam. Setiap tahun pihak Keraton Surakarta menyelenggarakan acara Maulud Nabi dan Raja membagikan kue serabi sebanyak 1000 yang dibagikan kepada masyarakat.
Berkat peran para raja raja di Surakarta, Masjid Agung Surakarta telah mencetak ulama ulama dan menjadi cikal bakal berdirinya pondok pesantren di beberapa tempat. Masjid Agung Surakarta menjadi symbol dinasti kerajaan Mataram Islam dan tempat bertemunya antara raja dengan rakyatnya
Sejak masa pendemi covid, acara acara keraton di halaman masjid ditiadakan. Masjid ditutup untuk sementara bagi para pengunjung maupun bagi jamaah. Hal ini untuk mengurangi penyebaran virus corona di sekitar keraton. Menurut penjaga, masjid sudah dibuka dengan ketentuan harus mengikuti protocol kesehatan dengan ketat.
Masjid masih nampak sepi baik dari masyarakat yang mau melaksanakan sholat maupun pengunjung umum yang ingin istirahat numpang berteduh. Lingkungan luar masjid merupakan salah satu wilayah pusat perbelanjaan toko emas dan tekstil. Biasanya hampir setiap hari ada orang yang menginap, tetapi masa pendemi ini sudah tidak diijinkan orang menginap. Menurut salah satu penjaga masjid, saat ini pengunjung rata rata kurang 60 orang perhari kurang dari biasanya mencapai 300 jamaah.
Masjid Agung Surakarta juga merupakan tempat berkumpulnya para karyawan pertokoan grosir disekitarnya termasuk para buruh, pedagang kaki lima dan para pembeli luar kota untuk sholat jamaah sekaligus melepas lelah. Dampak dari fluktuasinya korban corona di Surakarta menyebabkan masyarakat mulai malas untuk beribadah ke Masjid Agung Surakarta, akhirnya mereka hanya nongkrong di warung warung kecil yang kurang memperhatikan protocol kesehatan.
Kontributor : Berry