CALON KEPALA DAERAH DAN KEPEMIMPINAN VISIONER

Oleh : Safrudin Nawazir Jambak*

Ketua fraksi PKS DPRD Agam

URGENSI

Salah satu yang menjadi faktor penentu (key factor) dalam menggerakkan sebuah perubahan untuk menjadi sebuah daerah unggulan (smart regency) dalam kontek otonomi daerah adalah adanya kepemimpinan visioner oleh seroang kepala daerah, tanpa adanya sebuah kepemimpinan visioner daerah akan sulit maju dan berkembang, kering inovasi dan kreatifitas, hanya mengandalkan sumber pendanaan dari dana perimbangan dari pusat (DAU/DAK dll)serta tidak berani berfikir “out of the box thinking”.

Uraian berikut ini mencoba menelisik peran kepemimipinan visioner dalam memajukan sebuah daerah sehingga sudah seharusnya masyarakat memilih calon kepala daerah yang diyakini memiliki visi yang kuat dan keinginan besar memajukan daerah. Jika tidak?, masyarakat hanya terperdaya oleh calon kepala daerah yang sensasional, tebar pesona (rancak dilabuah), ambisi pribadi hanya untuk kepentingan dunia (dunia oriented).

Sebaiknyalah kepemimpinan substansial yang dipilih yang tidak perlu pencitraan diri tetapi secara substansial dirasakan “lakek tanganya”, bekerja dengan orientasi dunia dan akhirat.”kullukum raa’in, wa kullukum mas uulun ‘an raa’iatihi”.setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan ditanya atas kepemimpinanya nanti di akhirat.

TINJAUAN TEORI

Secara teori kepemimpinan visioner   berarti kemampuan pemimpin dalam menciptakan, merumuskan, mengomunikasikan, mensosialisasikan, dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi sosial di antara anggota organisasi lainnya.

Seth Kahan (2002), menjelaskan bahwa kepemimpinan visioner melibatkan kesanggupan, kemampuan, kepiawaian yang luar biasa untuk menawarkan kesuksesan dan kejayaan di masa depan. Seorang pemimpin yang visioner mampu mengantisipasi segala kejadian yang mungkin timbul, mengelola masa depan dan mendorong orang lain utuk berbuat dengan cara-cara yang tepat. Hal itu berarti, pemimpin yang visioner mampu melihat tantangan dan peluang sebelum keduanya terjadi sambil kemudian memposisikan organisasi mencapai tujuan-tujuan terbaiknya.

Corinne Mc Laughlin (2001) mendefinisikan pemimpin yang visioner (Visionary leaders) adalah mereka yang mampu membangun ‘fajar baru’ (a new dawn) bekerja dengan intuisi dan imajinasi, penghayatan, dan boldness. Mereka menghadirkan tantangan sebagai upaya memberikan yang terbaik untuk organisasi dan menjadikannya sebagai sesuatu yang menggugah untuk mencapai tujuan organisasi. Mereka bekerja dengan kekuatan penuh dan tercerahkan dengan tujuan-tujuan yang lebih tinggi. Pandangannya jauh ke depan. Mereka adalah para social innovator, agen perubah, memandang sesuatu dengan utuh (big picture) dan selalu berfikir strategis.

Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan visioner adalah pemimpin yang memiliki pandangan jauh (visi) ke depan, mampu menciptakan tantangan bersama dalam organisasi dan mampu pula memecahkan berbagai persoalan, berfikir startegis dan memimpin langsung berbagai inovasi menuju tujuan organisasi. Pemimpin visioner jelas pantang menyerah dan tidak mudah kalah dan lelah, ia memang bukanlah seorang yang sempurna tetapi ia adalah pribadi pembelajar yang sempurna dengan sebuah tim yang solit dan bersinergi satu sama lain.

Konsep kepemimpinan visioner sejatinya bukanlah sebuah konsep ideal yang tak mungkin bisa membumi yang hanya ada pada tataran teori tetapi sesungguhnya ia adalah sebuah panduan yang bisa dipelajari dan dipraktekan oleh para kepala daerah dan calon kepala daerah, hanya saja hal demikian hanya dapat dilakoni oleh pribadi pembelajar yang senantiasa mau dan mampu menerima kritikan dan masukan bagi kesempurnaan kepemimpinanya, menekan keegoan dan “stars sindrom” yang mendera, mau mendengar dan bekerja sama dengan prinsip sinergisitas.

CIRI VISIONERY LEADERSHIP

Secara substansial para ahli telah merumuskan minimal terdapat 10 ciri kepemimpinan visioner (visionery leadership) yang perlu menjadi referensi masyarakat dalam memilih pemimpin, atau bagi kepala daerah yang sedang menjabat serta calon Gubernur, calon Bupati/wali kota sehingga sukses dalam membawa daerah menjadi daerah unggulan  yang berdaya saing tinggi ditengah kemajuan teknologi saat ini di era revolusi industri ke 4/4.0, di era yang sangat cepat berubah. Berikut ciri kepemimpinan visioner menurut para ahli :

1 Wawasan akan Masa Depan

Visi yang kuat dan jauh kedepan penting dimiliki seorang pemimpin/calon pemimpin, mereka mampu menciptakan mimpi bagi orang yang dipimpinya serta berjalan dalam peta yang dibuat bersama untuk tercapainya visi tersebut, pemipin visioner adalah pendiri peradapan maju,”mambangkik batang tarandam”, menggerakkan masyarakat menuju kemajuan dalam berbagai bidang baik untuk kepentingan dunia apalagi akhirat, jadi visinya tidak hanya semata kemakmuran dunia saja.

2. Keberanian dalam Melangkah dan terobosan

Pemimpin visioner memiliki kepercayaan diri dalam melangkah, tidak peragu dan cermat dalam memperhitungkan setiap kebijakan. Keberanian melangkah juga diiringi dengan berfikir lateral/menyamping artinya ia berani keluar dari “status quo”, (out of the box thinking), banyak kebijakan dan aturan dari pemerintah pusat yang memenjara semangat otonomi daerah, kekpuan dan kurangnya kordinasi antar lembaga dipusat menyebabkan daerah menjadi seolah kembali ke zaman sentralistik, maka kepemimpinan visioner mampu berselancar ditengah kerumitan permasalahan tersebut.

3. Kemampuan Mengakomodir dengan Baik/siap mendengar

Banyak kepentingan yang bertabrakan dalam organisasi/birokrasi, para pemipin visioner mampu mengakomodir semua kepentingan dengan seksama, mampu menempatkan skala prioritas dan diterima oleh semua stakeholders. Mampu melahirkan sebuah keputusan yang beribawa dan diteladani oleh bawahan. Apalagi kesiapan mendengar keluh kesah para anggota DPRD yang nota bene terusan dari keluh kesah para konstituen mereka sehingga pemipin/kepala daerah dapat piawai mengakomodirnya dengan taat azas dan aturan.

4. Visi yang Jelas dan Mimpi yang Terealisasi

Karna jabatan kepala daerah hanyalah lima tahun, segarusnya visi pada RPJMD tidaklah boleh terlalu muluk, dan seharusnya visi tersebut mempertajam visi yang telah tertuang pada RPJP 20 tahunan, Perumusan visi yang jelas dan simpel sangat mudah untuk mengukur tingkat keberhasilanya diakhir priode menjabat

5. Implementasi Visi kepada Aksi

Visi yang dibuat oleh pemimpin yang visioner bukan hanya sekedar slogan dalam awang-awang namun mampu diimplementasikan dalam sebuah aksi nyata kedalam program dan kegiatan yang diserap oleh para kepala Dinas/instansi.

6. Nilai Spiritual yang Kuat

Nilai spritual yang kuat atau keimanan dan ketaqwaan seorang pemimpin visioner terlihat dari kesholehan pribadinya, ia tampil dengan alami menjadi seorang yang taat beribadah dan bisa diteladani dalam sisi integritas dan akhlak yang mulia, pemimpin visioner tidaklah semata cerdas dari sisi intelektual tapi ringkih spritual, ia mestilah orang yang paling bisa diteladani dalam sisi agama juga disamping kecerdasan emosional dan intelektual. Untuk kasus Sumatra Barat negri yang berfalsafah Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah (ABS SBK) tentulah dirindukan pemimpin yang memiliki spritualitas yang kuat.

7. Relationship yang Efektif

Mampu menjalin hubungan yang efektif dengan berbagai kalangan, kolega dan juga bawahan melalui motivasi serta nasihat yang diberikan secara natural dan spontan. Pemimpin visioner memiliki pendekatan kemitraan dan menciptakan rasa berbagi visi serta makna dengan orang lain. Mereka menunjukkan rasa hormat yang lebih besar bagi orang lain dan berhati-hati dalam mengembangkan semangat tim.

8 Inovatif dan Inisiatif

Pikiran yang kreatif melalui setiap paradigma baru serta inisiatif dalam melakukan aksi sehingga mampu memberikan suntikan motivasi dan inspirasi pada anggota untuk mencontoh aksi pemimpin tersebut.

9 Integritas Tinggi

Dari pancaran nilai spritualitas yang tinggi akan muncul kepribadian yang berintegritas tinggi juga, pemimpin visioner selalu menjaga “muruah” nya dihadapan bawahan dan juga pejabat tinggi , ia memimpin langsung sikap bersih dari segala bentuk korupsi dan kolusi dalam penyelenggaraan pemerintahan yang ia pimpin.

10. Strategis dan Sistematis

Pemimpin yang visioner adalah mereka yang berfikir strategis, berfikir tidak ada yang tidak mungkin dalam melakukan berbagai inovasi dalam segala bidang pembangunan, ia mampu mengubah paradigma lama, dan menciptakan strategi yang “di luar kebiasaan”, mengubah pemikiran konvensional dengan pemikiran yang lebih sistematis serta mampu berfikir lateral (out of the box thinking)

KEPEMIMPINAN VISIONER DAN SEMANGAT KEWIRAUSAHAAN

Pemimpin visioner jelas sangat dibutuhkan bagi kemajuan sebuah daerah, apalagi saat ini permasalahan pembangunan di daerah sangatlah komplek, dengan keterbatasan kemampuan keuangan daerah terutama yang tidak memiliki sumber kekayaan alam melimpah, disamping memiliki visi yang kuat, seorang kepala daerah/calon kepala daerah dituntut seorang yang mampu menerapkan spirit kewirausahaan kedalam pemerintahan, kenapa demikian? Sebab pemerintahan yang berjiwa wirausaha ( entrepreneurial government) akan mampu secara jeli menangkap peluang yang muncul dari suatu keadaan tertentu.

Selanjutnya ia mampu menterjemahkan peluang tersebut menjadi sebuah ide cerdas dan kemudian merealisasikan ide tersebut menjadi sebuah aktivitas penciptaan nilai (value-creating activities) dan terakhir, seorang kepala daerah yang berjiwa entrepreneur haruslah bisa jualan, mampu memasarkan produk, layanan, ide, dan gagasan kepada stakeholder-nya dalam rangka value-creation di atas. Jadi keyword-nya adalah ”value creation”, sebagai contoh bagaimana kota Padang mampu menciptakan nilai pariwisatanya sehingga berdaya saing tinggi di Sumbar.

Seorang kepala daerah/calon kepala daerah yang memiliki visi yang kuat( visioner) mestilah memahami konsep “entrepreurial government” sehingga ia mampu menerapkan semangat/spirit kewirausahaan kedalam pemerintahan meski orientasi dan tujuan pemerintah dan perusahaan tidaklah sama namun pemerintah yang jeli dan selalu berpikir keras untuk melihat dan memanfaatkan peluang yang muncul dalam rangka value-creation.

Jika sebuah entitas bisnis  value-creation adalah penciptaan laba, sementara kalau organisasi pemerintahan adalah penciptaan kemakmuran dan peningkatan kualitas hidup masyarakatnya: pertumbuhan ekonomi,  peningkatan pendapatan asli daerah (PAD), peningkatan PDRB dan PDRB per kapita, peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)standar kesehatan, pendidikan, dan daya beli masyarakat.

Dalam hal ini menarik untuk disimak apa yang dirumuskan  Michael Porter, seorang maha guru strategi, Menurutnya, semua upaya yang dilakukan oleh sebuah pemerintahan haruslah diarahkan untuk membangun keunggulan bersaing negara. Lebih lanjut ia mengatakan, membangun keunggulan bersaing ini tak lain adalah upaya meningkatkan produktivitas (nilai output yang dihasilkan per unit input yang digunakan) yang pada gilirannya akan menaikkan kualitas dan standar hidup masyarakat dalam jangka panjang.

Hal lain yang menonjol dari jiwa kewirausahaan adalah semangat efesiensi dan efektifitas, nah semangat ini sejatinya juga penting ditumbuh-kembangkan dalam sebuah pemerintahan, kepala daerah atau calon Cakada yang berjiwa wirausaha pastilah akan memipin langsung semangat efesiensi dan efektifitas dalam pemerintahan, sebagai contoh banyak kemubaziran yang kadang kurang disadari dalam keseharian, soal pemakaian listrik dikantor, AC, bahan habis pakai, BBM dan sebagainya. Termasuk soal “maintenance”/pemeliharaan aset yang kadang sangat kurang terpehatikan karna semangat wirausaha belum membudaya dibirokrasi.

Oleh karena itu karakter kewirausahaan agaknya penting juga dimiliki oleh seorang kepala daerah/calon kepala daerah sebagai bentuk visi kedepan. Pemimpin visioner bukanlah hanya seorang pemimpi yang mana secara konsep visi dan misinya sangatlah melangit dan memukau tetapi tak seberapa terealisasi, yang lebih parahnya berbeda visi dengan program pembangunan yang ia jalankan bak jaka sambung naik bendi, ga’ nyambung akhi, atau main gasing di halaman mak pono, ga’ “mecing” bro!!. Bayangkan jika bola banyak mati ditangan pemimpin?, disandra oleh ego dan kepintaran sendiri, parahnya lagi terkena pula virus “stars sindrom” dimana ia hanya mabuk pujian dan penghargaan sementara secara substansial tidaklah menggigit. Jika hal ini yang terjadi sia-sialah uang rakyat membiayai Pemilhan Kepala Daerah (PILKADA) yang jumlahnya ratusan miliyar rupiah, semoga saja tidak (*)

scroll to top