JOKOWI, DEMIKAN MEREKA MEMANGGILNYA

IMG-20220629-WA0418.jpg

Benua News.com-Dalam merta drama duka terjadi. Minggu, dinihari 26 Juni 2022, dentuman keras suara bom terdengar di kota Kiev. Meski teramat jauh jarak Ibu kota Ukraina itu dari pusat pertempuran, sesekali, rudal jelajah milik Rusia mampu menembus barikade pasukan anti rudal militer Ukraina.

Dari ketinggian, dari atas laut Kaspia, pada dini hari itu pesawat-pesawat tempur Rusia melepaskan beberapa rudal jelajah miliknya. Pagi sejuk itu berubah menjadi trauma.

Satu orang tewas dan empat orang terluka dalam serangan rudal itu. Sebuah lubang raksasa bekas rudal itu menghujam hadir menjadi saksi.

Dua ledakan lain juga terdengar di Kiev dalam waktu hampir bersamaan. Ada tidaknya korban atas ledakan itu masih belum jelas.

Konon 14 rudal jelajah telah dilepas oleh pesawat-pesawat itu, demikian menurut Wali Kota Kyiv Vitali Klitschko.

Membayangkan rudal jelajah itu mampu menembus ibu kota Ukraina hanya berjarak 3 hari dari waktu kunjungan Presiden Jokowi, adakah itu bukan sesuatu yang harus menjadi prioritas bagi keamanan kepala negara?

Menurut New York Post, serangan Rusia ini dilakukan di tengah pertemuan para pemimpin negara G7 di Jerman. Menurut Klitschko, serangan itu adalah jenis serangan simbolis menjelang pertemuan puncak NATO di Madrid.

Hari ini Presiden Jokowi sedang menuju Polandia. Dari Polandia menuju Ukraina akan beliau lalui dengan kereta api. Pada situasi perang, wilayah udara tak memberi ruang bagi pesawat apapun. Akan butuh waktu selama 12 jam atas perjalanan kereta tersebut.

Meski Presiden dikawal oleh 39 prajurit istimewa sebagai individu-individu terbaik negeri ini miliki, meski pemerintah Ukraina memberi izin tak terbatas atas jumlah peluru boleh dibawa dan bahkan senjata laras panjang dapat digunakan para pengawal Presiden, itu tak berarti sudah aman.

Tak ada daulat hukum di sana. Tak ada jaminan apapun pada wilayah dengan status darurat perang. Siapapun serta merta bisa menjadi ancaman dan maka, semakin sedikit pasukan militer Ukraina terlibat dalam pengawalan itu pernah disyaratkan oleh paspampres.

Akan ada puluhan bahkan ratusan potensi terjadinya hal-hal tak kita inginkan terkait kunjungan ini. Pun bahkan bila ada sosok kuat atau kelompok tak suka padanya, tak suka Indonesia aman, tak suka dengan caranya hadir disana, pintu atas makna sebuah “kecelakaan” terbuka lebar.

Bahwa beliau bukan satu-satunya pemimpin negara yang pernah hadir di sana dan ternyata aman-aman saja, itu bukan alasan kita abai. Itu cerita berbeda.

Ke 9 pemimpin negara yang pernah hadir di sana adalah para pemimpin Eropa. Pun pada ide mereka hadir, mereka tak hadir sebagai pendamai namun lebih pada bentuk dukungan. Cara datangnya pun, mereka selalu ramai-ramai kecuali perdana menteri Inggris.

Di sisi lain, mereka memiliki banyak hal strategis pada dekat letak negara mereka dengan Ukraina. Mereka jelas memiliki banyak hal yang lebih menguntungkan. Jokowi berbeda, selain berasal dari negeri yang jauh, beliau juga satu-satunya pemimpin dari Asia.

“Tapi koq tetap nekad?”

Bila kunci resesi dunia yang sudah di depan mata itu dapat digagalkan ada di sana, di tengah perang itu, dan tak ada satupun pemimpin dunia yang berani mengambilnya, beliau terlihat tak keberatan mengambil beban itu. Sebagai Presiden RI, dia siap mengemban amanat UUD 45 pada artikel turut serta dalam perdamaian dunia.

Di sisi lain, posisinya sebagai presidensi G20 sekaligus anggota Champion Group from Global Crisis Response Group yang dibentuk Sekjen PBB pun seolah memberi mandat. Presiden Joko Widodo memilih untuk berkontribusi dalam masalah geopolitik tersebut.

“Tapi bukan berarti ceroboh dong?”

Dengan tak mengabaikan posisi bahaya, Menlu Retno Marsudi pun telah melakukan komunikasi intensif dengan baik pada pihak Ukraina maupun Rusia. Selain itu, dia juga melakukan komunikasi dengan berbagai pimpinan organisasi internasional lainnya.

Di antaranya pada Presiden Palang Merah Internasional Peter Maurer dan Under-Secretary-General for Humanitarian Affairs and Emergency Relief Coordinator pada United Nations Regional Office for Central Africa (UNOCA) Martin Griffiths.

Selain itu, komunikasi juga dibangun pada pihak Sekretaris Jenderal United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) Rebeca Grynspan, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu, dan terakhir Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres.

Perempuan mungil itu memang luar biasa lincah. Beliau bergerak dengan sangat gesit demi aman sang Presiden menjalankan mandat yang tersemat dalam dirinya.

Kepedulian Presiden Jokowi terhadap isu kemanusiaan sekaligus mencoba memberikan kontribusi menangani isu pangan yang semakin mengkhawatirkan adalah dengan mendorong perdamaian antara Rusia dan Ukraina.

Dampak perang tersebut dirasakan semua negara terutama negara berkembang dan berpenghasilan rendah. Terus mendorong spirit perdamaian, adalah kunci yang tak diambil oleh banyak pemimpin dan namun si kurus itu berani menjemputnya meski tergolek di tengah medan perang.

Dari Polandia kereta bergerak. Menembus kelamnya malam langit eropa timur yang sedang berduka dan lalu menerjang siang negeri yang tengah terluka, Jokowi tak mencari mudah.

Dia tahu ada potensi mustahil di sana. Dia juga tahu bahwa tak semua pihak senang dengan apa yang sedang dia kerjakan. Tapi dia pun tahu potensi yang ada dalam dirinya akan sia-sia tanpa keberaniannya untuk hadir di tengah perang itu. Dan maka, dia datang.

Serta merta media seperti Reuters, AFP, hingga Aljazeera tanpa sungkan menjuluki Jokowi sebagai juru damai. Dari Kuala Lumpur pun terdengar suara “negeri kita butuh sosok seperti Jokowi”. DIA adalah Presiden ke 7 Republik Indonesia.
.
.
RAHAYU
.
Karto Bugel

Redaksi

Redaksi

Satu Pelurumu Hanya Tembus Satu Kepala Manusia...Tetapi Satu Tulisan Seorang Jurnalis Bisa Tembus Jutaan Manusia (082331149898)

scroll to top