Wisata Religi Jamaah Masjid Ikhwatun Parupuk Tabing Ke Masjid Keramat Danau Kerinci

IMG-20220621-WA0004.jpg

Padang, Benuanews.com,- JAMAAH masjid Ikhwatun Kelurahan Parupuk Tabing Padang amat terkesan dengan desain dan sejarah Masjid Keramat Desa Pulau Tangah Danau Kerinci yang sudah berusia 305 tahun atau tiga abad lebih.
Menurut pengurus masjid H. Bustami, Masjid Keramat dibangun pada tahun 1718 semasa penjajahan Belanda. Semua bahan bangunan terdiri dari kayu asli Kerinci dan dicari bersama-sama oleh masyarakat setempat. Para tukang bangunan dan pekerja juga masyarakat Pulau Tangah sendiri. Bagi masyarakat di sini dulunya masjid ini merupakan tempat beribadah yang utama, dan wadah belajar agama bagi generasi masa itu serta pusat pengembangan agama Islam.
Rombongan sangat terpesona menyaksikan masjid ini. Kesan yang tampak pada Masjid Keramat sangat unik dan begitu historikal.
Hal ini dirasakan oleh sekitar 21 orang Jamaah Masjid Ikhwatun yang melakukan Wisata Religi ke Kabupaten Kerinci selama 3 hari dari tanggal 17 s. d 19 Juni 2022 lalu.
H. Bustami lebih jauh menjelaskan walaupun Masjid Keramat sudah berusia 3 abad lebih namun konstruksi, desain dan semua bahan bangunannya masih asli, dan belum ada yang diubah. Inilah yang menimbulkan rasa kagum. “Tonggak-tonggak ini dan bahan bangunan lainnya masih orisinil semua. Masyarakat dan pemerintah sepakat untuk mempertahankannya. Kita ingin Masjid Ini sebagai pengetahuan bagi generasi mendatang terutama dari segi budaya dan agama di daerah Kerinci, tuturnya.
Menurut keterangan Bustami kepada H. Jufri Syahruddin yang didampingi Ketua Masjid Ikhwatun AKBP (Purn) Suyanto, S. Sos MM, dan Buya Dr. H. Muslim Tawakkal serta Ustadz Siril Firdaus, M. Ag dan rombongan, Masjid Keramat tidak mempan dimakan api. “Dulu pernah terjadi musibah kebakaran di sini, alhamdulillah berkat kekuasaan Allah masjid ini tidak tersentuh api”, katanya mengenang.
Saat ini Masjid Keramat telah menjadi salah satu cagar budaya di Kerinci yang harus dilestarikan dan merupakan objek wisata yang ramai dikunjungi wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Setelah menerima berbagai penjelasan, rombongan meninjau Masjid Agung Pondok Tinggi di Sei Penuh. Tampilan dan sejarah masjid Pondok Tinggi sangat mirip dengan Masjid Keramat.
Menurut pengurus masjid H. Junaidi Masjid Pondok Tinggi didirikan pada tahun 1874 atau sudah berusia 248 tahun. Masjid Pondok Tinggi masih lebih muda usianya dibandingkan dengan Masjid Keramat.
H. Junaidi mengungkapkan bahwa masjid ini dahulu bernama Masjid Pondok Tinggi dan semua bahan bangunan asli kayu. Desain masjid memang mirip dengan Masjid Demak dan pernah jadi berita nasional.
Akan tetapi, saat Bunga Hatta berkunjung ke sini nama masjid mengalami perubahan sedikit menjadi Masjid Agung Pondok Tinggi. Lantainya sudah diganti dengan keramik dan tonggak-tonggaknya diberi penyangga agar lebih kokoh. Bung Hatta menyarankan desain Masjid jangan diubah agar bisa diwariskan kepada generasi berikutnya.
Masjid tersebut memang sekarang seringkali menjadi objek kajian bagi mahasiswa ketika membuat skripsi, tesis dan disertasi. Dengan mempertahankan bentuk aslinya, masjid tersebut bukan saja sebagai pusat pengetahuan melainkan telah mejadi ikon wisata di Sei Penuh Kerinci.
Pimpinan rombongan Dr. H. Jufri Syahruddin, M. Pd Bagindo Kayo menuturkan bahwa wisata religi ini merupakan program inti masjid Ikhwatun yang bertujuan menanamkan rasa cinta terhadap alam ciptaan Allah dan dalam upaya meningkatkan keimanan dan ketaqwaan para jamaah.
Di Kerinci sejumlah masjid bersejarah telah dikunjungi oleh rombongan seperti Masjid Keramat, Masjid Agung Pondok Tinggi dan Masjid Raya Baiturrahman.
Selama di Kerinci, selain mengunjungi dan meninjau berbagai masjid bersejarah, rombongan juga meninjau pabrik teh PTP VI di Kayu Aro. Ketika mengunjungi pabrik ini anggota rombongan yang kebanyakan ustadz dan muballigh itu sangat puas atas keterangan yang diberikan secara detil tentang proses pengolahan teh dan kopi oleh manajemen pabrik yakni Firdaus dan Agung.
Anggota rombongan mendapatkan penjelasan bahwa pabrik teh Kayu Aro memiliki lahan suas 3300 hektar dengan tenaga kerja sebanyak 800 orang lebih dengan dua jenis produksi yaitu produk ekspor dan lokal serta kopi. (ist)

scroll to top