Oleh :M.Khudri Rajo Nan Sati.
Biasonya ada tukang pakang sepeda motor, oto dan tanah. Kini bentuknya sudah ada tukang pakang gala adaik.
Entah siapa yang memulai, pernah terdengar mulai dari SBY sampai kepada laki Megawati, dapat oleh tukang pakang gala adaik.
Pernah pula saya dengar dulu, Neil Amstrong austronuot Amerika pertama yang mendarat di bulan dengan pesawat apolonya, ditawari oleh tukang pakang gelar adaik dengan panggilan Datuk Rajo Dilangik Manjinjiang Bumi.
Tapi waktu “test wawancara” dia gagal, karena tidak pandai berbahasa Minang, sebab syarat jadi Datuk itu harus pandai berbahasa Minang, pandai pasambahan, petatah petitih, tahu ereng dan gendeang, mengerti sindir menyindir, tentu saja harus tahu dengan kata yang empat, kata mendaki, kata menurun, kata mandatar dan kata melereng.
Neil Amstrong orang Amerika, belum pernah tinggal di negeri keturunan Iskandar Dzurkanain ini. Mana tau dia, siapa Maharajo Dirajo, apalagi Datuk Ketemunggungan dan Datuk Perpatih Nan Sabatang, pasti tak paham dia adat Bodi Chaniago dan Koto Piliang…
Ada syarat penting yang tidak dimiliki oleh Neil Amstrong, sehingga tim penguji mengagalkan dia, ketika ditanya dia, apakah saudara bersunat? Jelas tidak, karena dia tidak se Syari’at dengan Minangkabau, yang beradat dan ber Islam, Adat Bersandi Syarak, Syarak Bersandi Kitabullah.
Namun entah siapa yang melonggar longgarkan syarat jadi Datuk ini, sehingga entah anak siapa dia, asal kaya dan berpangkat, mau pula dia memberikan uang banyak atau mobil pajero misalnya, maka gelar Datuk apa saja boleh dia terima.
Beberapa orang yang tak ada hubungan darah dengan ranah Minang dilewakan kedatuk an nya, walau banyak berturo turo, tetap saja dia bisa memakai saluak, padahal saya saja yang bergelar Rajo Nan Sati, bersuku Melayu saya, tak boleh memakai kopiah bersiring itu.
Kepatang ini diberikan gelar Bandaro Alam, kepada kepala Upeh ranah Minang ini. Bandaro itu bendahara bahasa Indonesianya, artinya orang banyak pitih, pemegang kunci puro, kaya balindak orangnya. Bandaro Alam, pitih dunia raya ini yang dikuasai nya,..
Benar kiranya, ketika tukang hitung saku saku orang umumkan bahwa beliau itu kepala Upeh terbanyak pitih nya se jagat nusantara.
Rupanya ada orang bingik ke dia, diintip lah dimana dia mencetak uang, maka murah saja dia beli marwah Minangkabau? Ooo ternyata menjual candulah rupa nya Datuk Bandaro ini. Dia kepala Upeh, ditangkap oleh Upeh Betawi, yang perangai nya belum tentu baik pula lagi dari Datuk Jadi Jadian ini….
Sampai disini tak tau lagi apa yang akan katakan….
Gelak gelak saja saya 😀😀😀😀