Seribu Wajah Pengabdian:Jejak Pak Bhabin,Suami Kami Di Ujung Negeri Desa Air Liki

1000551863.jpg

Merangin.(Benuanews.com)-Desa Air Liki, Kecamatan Tabir Barat, Kabupaten Merangin, memancarkan pesona pedesaan yang menenangkan. Jauh dari hiruk pikuk kota, desa ini adalah hamparan sawah hijau membentang dan ternak yang terpelihara serta digembalakan, menciptakan suasana alami yang khas. Namun, untuk mencapai permata tersembunyi ini, dibutuhkan perjuangan. Terletak sekitar empat jam perjalanan dari Kota Bangko dan tiga jam dari Polsek Tabir Ulu, Desa Air Liki memang berada di “ujung negeri” Merangin.

Akses menuju Desa Air Liki dulunya merupakan tantangan besar.Sebelum pembukaan jalan, satu-satunya cara untuk mencapainya adalah dengan perahu ketek. Kini, meskipun sudah ada akses darat, perjalanan tetap membutuhkan kendaraan khusus seperti sepeda motor atau mobil gardan ganda. Bahkan, warga harus membayar sekitar Rp100.000 per orang untuk keluar desa. Kondisi geografis yang menantang ini menguji kesetiaan para pengabdi yang ditugaskan di sana.

Bripka Suwarsono : Bhabinkamtibmas Penjaga Hati Warga Air Liki

Bripka Suwarsono, Bhabinkamtibmas Desa Air Liki, telah mendedikasikan waktu bertahun-tahun di desa ini. Kesan pertamanya saat tiba di desa adalah kealamian dan kekayaan sumber daya alamnya. Ia mengaku, awalnya ada beragam bayangan saat mendengar penugasan di Tabir Barat, daerah yang dikenal sebagai “ujung negeri” Merangin. Namun, ia telah membuktikan bahwa tugasnya jauh melampaui sekadar menjaga keamanan.

Di Desa Air Liki, Bripka Suwarsono menunjukkan “seribu wajah pengabdian”. Selain sebagai penegak hukum, ia juga sering berperan sebagai penengah dan penasihat bagi warga. Ia teringat salah satu momen paling berkesan saat berhasil menyelesaikan sengketa tanah warisan yang berbatasan dengan hutan, sebuah konflik rumit yang berpotensi memanas namun bisa diselesaikan secara damai di tingkat desa berkat campur tangannya.

“Kendala terbesar awalnya adalah akses jalan. Sebelum jalan dibuka, kami harus menggunakan perahu ketek untuk menuju Desa Air Liki,” Jelas Bripka Suwarsono. Kamis, (12/6/2025).

“Namun, sekarang kami sudah bisa menggunakan motor, bahkan motor gardan dua. Warga sekitar pun jika ingin keluar desa menggunakan mobil gardan dua, dengan biaya Rp100.000 per orang.”

Dalam menjalankan tugasnya, Bripka Suwarsono memegang teguh makna “Power is for service” atau kekuatan adalah untuk melayani. “Itu adalah prinsip yang selalu saya pegang dalam menjalankan tugas sehari-hari di sini,” ujarnya.

Membagi waktu antara tugas dan keluarga adalah tantangan tersendiri. “Tantangan terbesarnya adalah menjaga keseimbangan. Kadang tugas mendesak di desa membuat saya harus mengorbankan waktu penting bersama keluarga. Tentu ada rasa sedih, tapi keluarga saya, terutama istri, selalu memahami dan mendukung,” jelasnya. Dukungan keluarga, khususnya istri, menjadi kekuatan besar baginya dalam menjalankan tugas berat di lokasi yang jauh ini. Jika suatu saat dipindahtugaskan, Bripka Suwarsono berharap bisa meninggalkan jejak sebagai Bhabinkamtibmas yang selalu dekat dan membantu masyarakat. Harapan terbesarnya untuk Desa Air Liki ke depannya adalah terus maju dan menjadi desa yang aman dan sejahtera.
Kisah di Balik Pengorbanan: Sudut Pandang Istri Pak Bhabin

Istri Bripka Suwarsono bercerita tentang perasaannya saat pertama kali mengetahui sang suami akan bertugas di Desa Air Liki. “Tentunya ada perasaan khawatir, apalagi suami saya harus izin selama tiga hari untuk perjalanan pergi-pulang, bahkan menginap,” ujarnya.

“Wajah pengabdian suami saya yang jarang dilihat orang lain adalah pengorbanan waktu dan perhatian untuk keluarga. Seringkali, momen penting bersama keluarga harus dikorbankan demi tugas mendesak di desa,” tambahnya. Pengorbanan terbesar yang ia dan anak-anak rasakan adalah jarak dan waktu yang memisahkan mereka.

Namun, ia belajar mengelola rasa cemas dan khawatir dengan selalu memberikan dukungan penuh. “Momen yang paling membanggakan adalah saat suami saya berhasil menyelesaikan masalah warga. Itu menunjukkan bahwa pengabdiannya benar-benar bermanfaat,” ungkapnya bangga. Harapan terbesarnya untuk suami adalah agar kariernya terus cemerlang dan tetap menjadi kepala keluarga yang baik.

Suara Pemuda dan Perangkat Desa : Dampak Kehadiran Pak Bhabin

Rano Saputra, seorang pemuda Desa Air Liki, sangat mengapresiasi kinerja Pak Bhabin. “Selama Bapak Bhabin bertugas di Air Liki, beliau sangat mengayomi masyarakat dan peduli akan masyarakat,” tuturnya. Rabu, (18/6/2025).

Menurut Rano, Pak Bhabin sangat peduli pada adat istiadat dan selalu siap membantu masyarakat jika ada masalah atau konflik. “Contohnya, beliau menyelesaikan masalah perkelahian antar warga kampung. Beliau antusias dan mau memediasi antar warga, dan konflik itu selesai,” ungkap Rano.

Ia menambahkan bahwa masyarakat merasa kehadiran Pak Bhabin sudah tidak sungkan lagi, seperti keluarga sendiri, dan Pak Bhabin cepat tanggap terhadap isu serta permasalahan di desa.

“Beliau bahkan membantu gotong royong jalan, di mana masyarakat dalam pembukaan jalan desa beliau terlibat aktif dan mau menginap di desa sampai jalan itu selesai,” imbuhnya.

Senada dengan Rano, Piter Mardoni, Kaur Keuangan Pemerintah Desa Air Liki, menegaskan sinergi dan kerja sama yang erat antara Pemerintah Desa dengan Pak Bhabin dalam menjaga keamanan dan ketertiban. “Program atau kegiatan desa sangat terbantu oleh peran aktif Pak Bhabin,” kata Piter. Rabu, (18/6/2025).

Sebagai contoh, Piter menceritakan bahwa Pak Bhabin menunjukkan kemampuannya sebagai problem solver dalam penyelesaian sengketa lahan.

“Dari Pemerintahan desa, yang membedakan Pak Bhabin ini dengan petugas sebelumnya atau Bhabinkamtibmas di tempat lain adalah kontribusi paling signifikan beliau yang mendukung kelancaran program-program pembangunan dan administrasi di Desa Air Liki,” pungkas Piter Mardoni.

(Rido Asran)

scroll to top