Pasar Tradisional Sepi Pembeli, Berjualan Melalui Daring Lebih Menguntungkan

WhatsApp-Image-2020-10-24-at-19.15.54.jpeg

SoloRaya-JaTeng-( Benuanews). Sejumlah pasar tradisional penjual kebutuhan rumah tangga masih sepi pembeli. Keluh mereka “Kapan pendemi covid-19 akan berakhir”, tanya Sriatun (32th) penjual bumbu dipasar Legi Solo kepada benuanews Sabtu (24/10/2020). Pemasukan keuangan sangat minim, habis untuk biaya transportasi dari rumah ke pasar tempat lapak daganganya. Biaya untuk angsuran di Bank tempat mereka maninjam modal juga belum terbayar.

Lain halnya di Pasar Palur Karanganyar, Suyatmi (47th) Penjual bumbu dapur dan sayur segar di atas sepeda motornya dengan kerangjang. Setiap pagi stand by di dekat pasar mulai jam 06.00 hingga jam 12.00 siang. “Sudah 5 bulan ini saya jualan seperti ini”, jelasnya kepada benuanews Sabtu (24/10/2020). Dia melayani pembeli yang tidak bisa pergi ke pasar karena berbagai hal, seperti para ibu ibu pegawai kantoran. “ Mereka memesan apa saja yang dibutuhkan seperti gula, sayur, ikan, daging, sabun cuci, ya apa saja kami layani dan kami antar ke rumahnya atau ke kantornya”, kata bu Suyatmi.

Pasar sepi pembeli karena takut tertular corona karena di pasar mau tidak mau pasti akan berkomukasi dengan banyak orang. Walaupun pasar ditutup, masih saja ada pembeli tetapi tidak ramai sebelum pendemi covid. Menunggu lapak di pasar saja dagangan tidak laku seperti biasanya. Penjualan dengan cara daring melalui SMS, facebook, whatsapp dan diantar ke rumah pembeli merupakan alternative baru. Pembeli lebih senang dan tidak perlu repot untuk pergi ke pasar.

Harga dagangan tidak dinaikan menyesuaian dengan harga standart, jika diantar ke rumah ditambah ongkos kirim minimal Rp. 5 ribu rupiah. Bagi penjual melalui daring mendapatkan keuntungan ganda, dapat laba dari penjualan dagangan dan hasil dari imbalan biaya transport. Rata rata omzet penjualan sekitar Rp. 100-200 ribu, dan jika pembelinya ada 10 orang maka akan medapatkan biaya ongkos kirim sebesar Rp. 50 ribu rupiah.

Taslim (29th) bukan penjual bumbu di pasar, tapi setiap pagi sejak jam 07.00 sudah siap di depan pintu pasar Daleman Kabupaten Sukoharjo. Dengan modal hand-phone melayani pembeli lewat pemesanan whatsapp. Dia mendata nomor WA kawan kawan yang dikenalnya, mencoba menawarkan berbagai macam kebutuhan rumah tangga. “Umumnya membeli non bumbu”, jelasnya kepada benuanews. Taslim hanya menanti pemesanan yang dibutuhkan. Menjual jasa kepada para pembeli dan mengkomunikasikanya dengan para penjual di pasar. Setiap hari penghasilan mencapai Rp. 75-125 ribu rupiah.

“Dulu saya kerja di pabrik tekstil tapi kena peraturan pengurangan tenaga kerja”, ceritanya. Rumahnya dekat pasar dan ide ini didapat dari beberapa kawannya yang suka minta tolong dibelikan sesuatu di pasar. Penjualan melalui medsos menjadi alternative dan bisa menjadi peluang kerja baru tetapi bukan ojek online.

(Kontributor:barry)

scroll to top