*OUT OF THE BOX* Dalam Mengimplentasikan Program Link And Match

IMG-20200907-WA0002.jpg

*OUT OF THE BOX*
Oleh : Muhammad Naidin *)
Pemerhati dunia Pendidikan*)

Makassar (Benuanews.com), Pada tanggal 23 september 2019 Presiden Joko Widodo mengumumkan dan melantik para menteri yang mengisi kabinet Indonesia Maju periode 2019 – 2024, yang menarik dari pemilihan menteri-menteri tersebut beberapa diantaranya mengundang kontroversi publik, salah satu menteri yang menarik perhatian publik adalah MENDIKBUD Nadiem Makarim. Publik penasaran karena selama ini Nadiem Makarim dikenal sebagai Bos Go-Jek sebuah perusahaan rintisan berbasis teknologi, beliau tidak memiliki background politik dan background karier di dunia Pendidikan.
Tentu Presiden Jokowi punya alasan mengangkat seorang Nadiem Makarim sebagai Mendikbud, sebagaimana dilansir oleh media bahwa “dibutuhkan orang yang berani membuat terobosan, berani tidak rutinitas, keluar dari pola lama sehingga memunculkan sebuah loncatan-loncatan besar yang akan mengimplementasikan inovasi-inovasi di bidang pendidikan” (CNBC Indonesia). Maka tidak heran kalau saat ini kita mendengar istilah-istilah baru seperti misalnya “Kampus Merdeka – Merdeka Belajar” dan lain sebagainya, yang barangkali istilah-istilah tersebut kita tidak pernah mendengar sebelumnya. Selain itu sang mentri juga dituntut bisa membuat terobosan menjalankan visi Presiden Jokowi, bagaimana menciptakan link and match antara dunia pendidikan dan dunia kerja.

Setidaknya dihampir waktu yang bersamaan, saya menyempatkan diri mengikuti tiga Webinar yang membincangkan tema terkait dunia pendidikan antara lain ;
1).Sarasehan Virtual IKA Perikan Unhas, dengan Tema : “Presepsi Alumni Perikanan di dalam Era Keseimbangan Baru”.
2).Webinar Universitas Halu Oleo, dengan Tema : “Kampus Merdeka – Merdeka Belajar” Mampukah Memperbaiki Mutu Pendidikan Indonesia ?
3).Webinar Seri-4 IKA FIKP Unhas, dengan Tema : ”Tantangan Dunia Kerja di Era Millenial, Siapkah Alumni FIKIP UNHAS ?

Dari tiga kegiatan virtual tersebut, bisa disimpulkan bahwa dibutuhkan peran dunia pendidikan dalam menyeleraskan kebutuhan dunia kerja bagi lulusannya. Hal ini tentu sejalan dengan visi yang diharapkan Presiden Jokowi kepada mendikbud untuk menciptakan Link and Match antara dunia pendidikan dan dunia kerja.

Kenapa tema Link and match kembali mengemuka, padahal kalau kita tahu bahwa tema tersebut bukanlah tema yang baru diperbincangkan. Sebelumnya program tersebut sudah pernah dicetuskan Pak Mentri Prof. DR (ING) Wardiman Djojonegoro, pemrakarsa Link and Match (1993 – 1998). Apakah dalam kurun waktu sekitar 27 tahun program Link and Match seakan hanya mengalami proses evolusi dan tidak menghadirkan solusi yang significant, serta memberi kesan bahwa akselerasi dunia pendidikan kita tidak bisa memenuhi kebutuhan dunia kerja yang bergerak begitu cepat. Maka tidak mengherankan kalau Presiden Jokowi mengharapkan Mendkibud Nadiem Makarim untuk melakukan terobosan, memunculkan sebuah loncatan – loncatan besar dan berani untuk Out of the box dalam mengimplentasikan program Link and Match.

Tentu harapan besar ini tidaklah cukup hanya dibebankan kepada Kampus sebagai bagian dari dunia pendidikan, tetapi dibutuhkan sinergitas dan kolaborasi kepada semua stakeholders yang akan diharapkan banyak melahirkan terobosan-terobosan yang mendukung program link and match. Sinergitas pihak Internal dan Eksternal kampus pun diharapkan bisa lebih Up to date, walau harus dengan pendekatan yang out of the box, demi untuk mempercepat akselerasi dunia pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja yang melaju begitu cepat di bawah arus zaman Millenial saat ini.

Reporter/editor : Rustanbenuanews

scroll to top