Melihat Kampung Penghasil Kelengkeng

IMG-20240725-WA0127-scaled.jpg

Dayun, Benua news com : Ingin menikmati manisnya buah kelengkeng dan panen langsung di batangnya. Anda datang langsung ke kampung Pangkalan Makmur, Kecamatan Dayun, Siak.

Kampung ini, terdapat 400 kepala keluarga (KK) di setiap halaman rumah warga tumbuh dua batang pohon kelengkeng. Kok bisa begitu, ternyata budidaya kelengkeng ini merupakan inovasi Penghulu Pangkalan Makmur Sugiman satu rumah dua pokok kelengkeng.

“Pertengah tahun 2019, lalu kami anggaran melalui APBD kampung untuk membeli bibit kelengkeng jenis itoh langsung dari Klaten Jawa Tengah,” kata penghulu Kampung, Pangkalan Makmur, Sugiman di Dayun, Kamis (25/7/2024).

Karena waktu menanamnya bersamaan saat ini, usai batang kelengkeng 5 tahun. Karena bibit super batangnya tidak mau besar, namun rindang.

“Saat ini, sedang musim kelengkeng, jadi semua punya warga berbuah semua. Biasanya sebelum musim panen tiba, para pengepul sudah berdatangan ke rumah warga untuk di boking,” sebutnya.

Sugiman bersyukur dengan inovasi ini, kampungnya terkenal, saat musim kelengkeng banyak warga dari luar yang sengaja datang untuk membeli buah, dengan sampai-sampai luar menjuluki kampung ini, kampung kelengkeng.

“Satu batang sekali panen bisa 1 kwintal/100 kg. Kita jual Rp35/ 1 Kilo x 100 kilo kan lumayan dapat Rp3,5 juta warga kita lumayan untuk nambah penghasilan,” kata dia.

Wakil Bupati Siak Husni Merza mengapresiasi penghulu Pangkalan Makmur, Sugiman. Ia bilang ini sebuah inovasi yang bisa di tiru kampung lain.

“Yang di buat Kampung ini, salah satu mendukung program Siak Hijau. Kampung ini bisa menjadi kampung Agro Wisata dan tamannya bisa di kembangkan,” kata Husni.

Sambil mencicipi buah kelengkeng ia mengatakan komoditas kelengkeng kalau di tekuni bisa menjadi penghasilan tambahan bagi warga, selain kelapa sawit.

“Kalau Rp35 ribu perkilo ada 100 kilo kan lumayan. Bisa menambah pendapatan keluarga. Jenis kelengkeng iton ini, kalau bagus cara merawat nya, buahnya besar-besar Bahakan bisa sebesar bola pimpong, maka harganya pun mahal,” pungkasnya.

(Yason zalukhu/infotorial)

scroll to top