Kepemimpinan Oleh Rudi Rahmad Ginting

IMG-20210906-WA0014.jpg

Kepemimpinan adalah suatu keahlian yang mahal harganya, dan sangat penting dalam upaya memajukan organisasi. Banyak sekali contohnya, orang-orang besar yang berhasil memajukan organisasi karena memiliki kemampuan hebat, yang diperoleh melalui latihan, pendidikan, dan belajar dari keberhasilan orang lain. Padahal dulu, kepemimpinan diyakini sebagai bakat atau pemberian Tuhan.

Kepemimpinan itu pada dasarnya seni memerintah orang lain. Sehingga kita perlu memaklumi bahwa tidak semua orang bisa menjadi seniman hebat yang menghasilkan karya seni agung. Tetapi seniman besar bisa berasal dari manapun, dari latar belakang apapun. Kepemimpinan adalah keahlian yang bisa dipelajari. Semakin maju peradaban manusia, diskursus tentang kepemimpinan telah dikaji banyak ahli.

Banyak sekali persoalan yang mesti dihadapi pemimpin. Salah satunya mengelola dinamika dan perbedaan anggota organisasinya.

Dalam menjalankan kepemimpinan, seorang pemimpin tangguh perlu sekali memperhatikan anak buahnya. Dia tidak saja berambisi mengejar target dan tujuan organisasi, melainkan mampu memberdayakan anggota organisasi lain agar mau bekerja bersama. 

Dalam tataran praktis, pemahaman kita tentang pemimpin seringkali dikaburkan dengan penguasa. Padahal pemimpin dan penguasa memiliki perbedaan. Ciri dasar pemimpin itu mampu mengerahkan segenap sumberdaya organisasi untuk mencapai keberhasilan, sekaligus menyiapkan anak buahnya untuk menjadi pemimpin berikutnya.

Istilah kerennya adalah regenerasi kepemimpinan. Pemimpin hebat takkan takut menghadapi anggota hebat yang bakal menggantikan dirinya. Justru dia senang, karena bisa saling belajar. 

Sementara penguasa adalah sosok yang hanya menguasai orang lain, tanpa keinginan memberdayakan anak buahnya. Penguasa hanya mengejar target organisasi tanpa memikirkan nasib yang dialami orang lain, apapun resiko dan kerugian yang bakal mereka tanggung. Dalam sejarah peradaban manusia, sosok-sosok seperti itu banyak sekali. Sehingga kita perlu kejelian melihat perbedaan antara keduanya.

Dalam upaya memajukan oranisasi, kita tidak saja mementingkan aspek teknis, melainkan juga budaya yang ada dalam organisasi tersebut. Budaya organisasi dapat berbeda-beda, sehingga tidak bisa disamakan antara satu dengan yang lain.

Bisa saja orang dalam sistem demokrasi menertawakan negara dengan sistem monarkhi karena dianggap kolot dan terbelakang. Tetapi orang-orang yang memuja kerajaan bisa balik menertawakan sistem demokrasi, karena demokrasi yang menempatkan kebenaran berdasarkan suara mayoritas adalah konyol. Sistem apapun sebenarnya tidak masalah selama tujuan utama bernegara itu tercapai: kesejahteraan masyarakat.

Sebagai pemimpin yang baik, kita perlu memiliki pemikiran cerdas dalam membuat keputusan. Pengembangan organisasi dapat dengan mudah dilakukan, jika para pemimpin memiliki inisiatif agar tidak salah melangkah.

Tindakan ceroboh bisa membahayakan sehingga penentuan keputusan haruslah berdasarkan banyak pertimbangan. Antara anggota yang bekerja di belakang meja dengan mereka yang di lapangan, harus ada kesamaan pandangan agar target-target bisa dengan mudah digapai

scroll to top