Jacob Ereste : Penyelesaian Drama Dari Duren Harus Mampu Meredakan Traumatik Warga Bangsa Indonesia

IMG-20220825-WA0305.jpg

Banten,Benua News.com-Drama sebabak itu pun belum juga mereda, karena masih banyak pemain yang berada di belakang layar belum dipentaskan. Mulai dari pembantu tata rias hingga anak panggung maupun teknisi layar dan penata cahaya sampai sponsor utama penyusunan narasi yang mungkin saja terkesan amatiran itu. Dan teror terhadap Mantan Kabagresrim Mabes Polri, Susno Duaji hendaknya pun dihentikan.

Yang pasti, semua pihak agar dapat memetik hikmah untuk dijadikan referensi pembanding, bahwa semua bermula dari ketamakan dan rakus yang patut direnungkan.

Tak hanya dalam arti materi, tapi juga kekuasaan yang kebih substantif sifatnya meracuni birahi yang alfa terhadap rasa rasa syukur. Padahal, jika mau dibanding, apanya sih yang kurang, kalau bukan rasa syukur yang luput untuk memuji cinta dan kasih Tuhan yang tiada tara melimpahnya itu.

Satu bulan lebih — 8 Juli 2022 sampai hari ini — drama dari “Duren Tiga” itu menguasai semua media massa, hingga ada yang jengah dan terlelah. Apalagi sampai hanyut dalam alur cerita ler adegan yang rumit dan kusut.

Ada Pak RT yang terabaikan dalam naskah cerita itu, hingga mereka yang terlibat sebagai pembawa jenazah ke rumah sakit dan divisum dengan skenario yang lain, hingga kehadiran pejabat tinggi proses penyampaian jenazah kepada pihak keluarga yang sedang sangat bersedih. Lalu siapa aktor pejabat tinggi yang pasang aksi di rumah duka itu?

Sejumlah alat yang ikut terlibat dalam adegan visum-visuman awal itu pun, sehingga visum ulang harus dilakukan dan sungguh telah membuktikan hasilnya visum berulikutnya jauh berbeda, sungguh cukup meyakinkan adanya skenario tersendiri yang dibuat oleh sang sutradara dadakan lain yang perlu mendapat perhatian tersendiri.

Lantas dalam skenario besar yang beranjak dari beragam latar belakang sindikasi narkoba serta judi, sungguh fantastik dan dramatik.

Agaknya, karena itu hikmah dibalik drama besar “Duren Tiga” makin melebar setting dan narasi ceritanya, ternyata sangat banyak peran pendukung dari mereka yang dianggap kroco sampai terbilang maha dewa dalam suatu kerajaan yang justru penuja level 303 itu.

Di kalangan wartawan, level dari 303 itu lebih sakti dari 86 yang memiliki banyak para kurawa. Jadi, permainan dalam level 303 ini jelas kelasnya memang mempunyai struktur serta tata kerja yang sistematis dan rapi jali.

Setidaknya, saat Pangeran Sutanto menduduk Posisi Kapolri, suara lantang memberantas perjudian dan usaha haram lainnya nyata diwujudkan dalam tindakan yang tegas, tidak ada drama perselingkuhan dan lelucon atau sanepo “jeruk makan jeruk”. Ketika itu Jendral Sutanto keras dan tegas memberikan ultimatum kepada semua Kapolda yang tak sanggup melaksanakan instruksinya akan sicopot.

Pendek kata, sampai bentuk penyelesaian kasus penyuapan saat menangani kasus LC Fiktif yang diduga kuat menyeret petinggi Polri yakni Brigjen Pol Samuel Ismoko, Kombes Irman Santosa, dan Kabareskrim Komjen Pol Suyitno Landung, disapa bersih oleh Jendral Sutanto. Jadi sosok Polisi yang idealis dan penuh dedikasi untuk bangsa dan negara Indonesia tidak cuma Jendral Hoegeng Imam Santoso. Karenanya, setiap orang masih bisa berharap banyak pada Kapolri, Jendral Listyo Sigit Prabowo mau menjaga reputasi baik Polri maupun dirinya sebagai sosok yang akan segera memasuki purna tugas dengan baik, sebagai bukti nyata dari kelulusan dan ketulusan hati seorang abdi negara dalam menunaikan tugasnya dengan sempurna.

Toh, nyaris tidak ada mata warga bangsa Indonesia yang luput mengikuti “Drama Dari Duren Tiga” itu sampai hari ini. Apalagi narasi persidangan etik tokoh utama dari drama besar itu segera dimulai. Artinya, hanya mungkin kecuali bagi mereka yang tak punya televisi dan hp untuk bisa terus menginguk kisah nyata itu seperti melalui halaman media sosial kita yang riuh menyajikan kisah dramatik yang kelak akan menjadi catatan kelam sejarah di negeri ini.

Karena itu, penyelesaian kasus yang sebenarnya harus dapat menebus kegundahan dan kecemasan warga bangsa Indonesia.

Begitulah upaya penyelesaian “Drama dari Duren Tiga” itu jangan sampai membuat traumatik warga bangsa yang sedang berupaya bangkit dari beragam keterpurukan dalam tatanan dunia global yang semakin berat menyajikan tantangan yang semakin beragam dan membuat kebingungan.

Star

Redaksi

Redaksi

Satu Pelurumu Hanya Tembus Satu Kepala Manusia...Tetapi Satu Tulisan Seorang Jurnalis Bisa Tembus Jutaan Manusia (082331149898)

scroll to top