Bojonegoro,– Pembangunan embung baru dan normalisasi embung untuk mengatasi kekeringan terus diupayakan. Pemkab Bojonegoro melalui Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Sumber Daya Air (SDA) Bojonegoro membangun 10 lokasi embung baru di 2021. Tujuh di antaranya sudah tuntas 100 persen pengerjaan.
Kepala Bidang (Kabid) Air Baku dan Irigasi Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Sumber Daya Air (SDA) Bojonegoro Bungku Susilowati mengatakan, target 16 lokasi dengan tampungan 175.000 m³. 10 lokasi, pengerjaan sudah tuntas 100 persen. Sementara dua lokasi lainnya sedang tahap pengerjaan. Sementara empat lokasi masih proses persiapan pengerjaan.
“Namun dari 16 lokasi tadi, masih ada peluang untuk bertambah. 16 lokasi ini yang sudah kita verifikasi. Jika pengerjaan sudah tuntas, waktu masih memungkinkan sebelum masuk musim hujan, kita akan verifikasi lokasi lain untuk melakukan normalisasi dan pembangunan embung lagi.”
Lanjutnya, 10 lokasi yang sudah rampung 100 persen terbagi dua pengerjaan, yakni tujuh lokasi pembangunan embung dan tiga lokasi normalisasi embung. Untuk pembangunan embung baru, ada di Desa Bumiayu Kecamatan Baureno, Desa Tondomulo Kecamatan Kedungadem, Desa Sidobandung Kecamatan Balen, Desa Ngraseh Kecamatan Dander, Desa Purwosari Kecamatan Purwosari, Desa Bobol dan Desa Klino Kecamatan Sekar.
Sementara tiga lokasi normalisasi embung ada di Desa Purwosari Kecamatan Purwosari, Desa Pungpungan Kecamatan Kalitidu dan Desa Tondomulo Kecamatan Kedungadem.
“Pembangunan embung baru Desa Sobontoro, Kecamatan Balen progres 50 persen. Sementara normalisasi embung Desa Purworejo, Kecamatan Padangan progres pengerjaan juga sudah 50 persen,” jelas Bungku.
Sedangkan empat lokasi proses persiapan ada di Desa Mojosari, Kecamatan Kepohbaru dan Desa Teleng, Kecamatan Sumberrejo untuk pembangunan embung baru. Sementara di Desa Kauman dan Desa Drajat Kecamatan Baureno untuk normalisasi embung.
Adapun kriteria teknis embung dalam rangka memenuhi tujuan Bojonegoro sebagai lumbung pangan negeri di antara lain, lokasi secara elevasi berada di daerah cekungan yang cukup untuk menampung air dengan efek manfaat mampu mengairi sawah. Lalu lokasinya berada di daerah manfaat yang memerlukan air sehingga jaringan distribusinya pendek. Selain itu, lebih baik bila lokasi berada dekat dengan jalan. Serta berada dalam daerah dengan kemiringan 8 sampai 30 persen sehingga air limpasan hujan dapat masuk ke dalam embung.
Mengenai status tanahnya, Bungku menjelaskan, status tanah kas desa dan tanah Solo Valley. Memang disarankan oleh Balai Besa Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo untuk memanfaatkan tanah Solo Valley menjadi embung.
“Pembangunan embung di lahan-lahan Solo Valley merupakan wujud dukungan Pemkab kepada Pemerintah Pusat untuk merealisasikan Solo Valley Werken yang terhubung dengan Bendung Gerak Karangnongko,” imbuhnya.
Sebagai upaya menjaga ketersediaan suplai air baku untuk irigasi atau pertanian di Kabupaten Bojonegoro, Pemkab Bojonegoro melalui DPU SDA telah membangun 522 embung tersebar di 28 Kecamatan Bojonegoro. Adapun rinciannya, 141 embung tanah Solo Valley, 357 embung tanah kas desa, 18 embung tanah negara, 2 embung tanah Perhutani, dan 4 embung tanah asset Pemprov. (Jion/red).