Raja Ampat,Benua News.com- Meski Raja Ampat masyhur dengan keindahan alam dan kekayaan laut yang melimpah, ternyata masih menyisakan persoalan akses air bersih di beberapa lokasi, khususnya di Pulau Misool, salahsatu pulau utama dari Kabupaten Raja Ampat. Maka dari itu, Tim Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Bandung (ITB) melakukan program Eksplorasi Sumber Daya air dan Pembangunan Infrastruktur Distribusi Air di Desa Limalas Barat, Kecamatan Misool Timur, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat Daya dari Oktober hingga November 2024.
Program tersebut merupakan bagian dari Pengabdian Masyarakat ITB 2024 di Kawasan 3T, dipimpin oleh Dr. Eng. Ir. Very Susanto, S.T., M.T., anggota Kelompok Keahlian PVG Teknik Geologi ITB. Kegiatan ini juga menyertakan dua mahasiswa program MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) dari ITB, yakni Ali Bahtanazar Umar (Teknik Kimia ‘21) dan Zisqow Jabara Suwanda (Teknik Geologi ‘22).
Program ini merespons kebutuhan mendesak desa yang kekurangan air bersih. Berlokasi di pesisir pantai, dikelilingi laut, pada musim kemarau, sumur-sumur dangkal milik warga banyak yang mengering hingga berdampak pada kesehatan, sanitasi, dan produktivitas pertanian masyarakat. Maka dari itu, dilakukan upaya dalam penuntasan krisis air bersih tersebut.
Kegiatan eksplorasi air tanah hadir untuk menjawab kebutuhan warga desa dan kampung yang kekurangan air bersih. Program ini dimulai dari survey lapangan, observasi hidrogeologi, penentuan titik bor, pengeboran sumur, pengujian sifat fisik air tanah, membangun sistem pemompaan, pembuatan penampungan air dan distribusi air bersih kepada warga sekitar yang membutuhkan.
“Pelaksanaan eksplorasi air tanah ini merupakan respons dari keluhan warga Limalas Barat yang disampaikan Bapak Kepala Kampung, Bapak Yesaya, kepada Direktorat Riset dan Pengabbdian Masyarakat (DRPM) ITB melalui aplikasi Desanesha”, ujar Dr. Very. “Melalui program ini, kami berharap dapat menjawab kebutuhan masyarakat, terutama dalam mengakses air bersih. Tujuan kami bukan hanya sekadar menyediakan infrastruktur, melainkan menciptakan solusi yang berakar pada kebutuhan nyata dan dapat dikelola secara mandiri oleh masyarakat desa dalam jangka panjang,” Dr. Very menambahkan. Tantangan utama pengadaan air bersih pada Kawasan 3T ini adalah pada mobilisasi alat berat dan peralatan pemboran, serta keterbatasan berbagai alat dan bahan yang harus dihadirkan dari kota utama provinsi, Sorong.
Pak Yesaya Moon, Kepala Desa Limalasa Barat, yang akrab disapa Pak Kepala Kampung sangat menyambut baik kegiatan ini. “Kami berterima kasih kepada ITB atas bantuannya dalam membantu warga di sini hingga bisa mengakses air bersih. Air bersih telah lama menjadi kebutuhan mendesak di desa kami dan kami bersyukur karena ada langkah nyata dari ITB untuk menuntaskannya. Kehadiran bapak dosen dan mahasiswa ITHB di desa kami memberikan angin segar dan harapan baru bagi kami. Kami berharap kerjasama ini dapat terus berlanjut di masa depan.”
Dengan diadakannya program ini, diharapkan peningkatan produktivitas dan kesehatan warga karena dapat mengakses air bersih di Desa Limalas Barat. Hasil dari pengeboran ini dapat dialirkan menuju rumah-rumah yang membutuhkan, termasuk daerah pertanian yang mengalami krisis air pada musim kemarau.
Star