Karanganyar-Jawa tengah (benuanews.com) — Dalam new-normal, aktivitas ekonomi masyarakat di Desa Plesungan, Kecamatan Gondangrejo Karanganyar mulai tumbuh kembali setelah mengalami vacum selama 5-6 bulan masa pendemi covid-19.
Desa yang terletak tidak jauh dari Kotamadya Surakarta mulai menunjukan mobilitas masyarakat cukup tinggi dengan tetap mematuhi protocol kesehatan minimal pemakaian masker. Pertokoan, pasar desa, penjual makanan dan warung-warung mulai ramai pembeli.
Tidak diduga sebelumnya kalau akan ada musibah pendemi covid-19, tetapi perencanaan pembangunan desa dari tahun ketahun memang tersepakati antara masyarakat dengan pemerintahan desa melalui musrenbangdes.
“Roadmap dana desa dari pemerintah pusat sesuai dengan Undang Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014, telah diupayakan oleh pemerintah Desa Plesungan agar memiliki manfaat bagi pembangunan daerah dan ekonomi desa”, kata Waluyo SH sebagai Kepala Desa Plesungan.
Dana desa telah mampu membangun Pasar Desa, Pengolahan Sampah, Koperasi Masyarakat serta didirikanya Badan Usaha Milik Desa (BUM-Des). Pasar desa dapat mengakomodasi masyarakat setempat untuk berjualan berbagai kebutuhan rumah tangga. Area pertokoan kecil dan warung makan telah dibangun.
Masyarakat sebagai produsen pun juga bisa men-supplay hasil produksinya. Sebagai daya dukung untuk capital access bagi masyarakat, aparat desa telah membentuk koperasi simpan pinjam yang tidak memaksakan keanggotaannya. Siapa saja boleh menjadi anggota koperasi terutama bagi masyarakat yang memiliki usaha produktif.
“Pembangunan sarana dan prasarana BUMDes telah mengeluarkan biaya sekitar Rp.1,2 milyar” kata kepala desa.
Luasan lahan membangun program BUMDes sekitar 4 hektar yang diperuntukan area pembangunan kolam renang, area restoran, tempat pertemuan serta area kolam pemancingan.
Sebelum pendemi covid rata rata pengunjung hari Sabtu-Minggu mencapai 900 orang dengan omzet pemasukan kotor Rp. 75 juta per bulan. Sabtu 10/10/2020 survey benuanews, kegiatan BUMDes sudah mulai didatangi pengunjung tidak kurang dari 250 orang dengan pemasukan omzet sekitar Rp. 25-35 juta.
Pembangunan pengolahan sampah untuk menampung sampah rumah tangga masyarakat desa memakai lahan seluas 400 meter.
“Sampah organic diolah menjadi pupuk kompos dan dikemas untuk dijual ke masyarakat internal dulu”, kata kepala desa.
Sedangkan sampah anorganik seperti kantong plastic dan botol dikumpulkan untuk dijual kepada Bank Sampah.
Masyarakat dalam kondisi tetap mematuhi protocol kesehatan, sudah mampu melakukan aktivitas perekonomian kembali. “Minimal ada sisa dari biaya hidup untuk membayar angsuran ke koperasi atau Bank akibat sebelumnya menganggur tidak kerja” kata seorang ibu pemilik warung makanan di BUMDes.
Kontributor : barry