Kaji Ulang Kunjungan Industri SMK LP-KPK Minta Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Kaji Ulang Program Kunjungan Industri SMK

IMG-20251015-WA0279.jpg

Lumajang,Benua News.com – (15 Oktober 2025) Lembaga Pengawal Kebijakan Pemerintah dan Keadilan (LPKPK) Kabupaten Lumajang menyoroti pelaksanaan program kunjungan industri (KI) di sejumlah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Jawa Timur yang dinilai telah bergeser dari tujuan semula. Ketua LPKPK Lumajang, Dodik S, meminta Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur untuk melakukan evaluasi dan kajian ulang terhadap pelaksanaan program tersebut agar kembali pada ruh pendidikan vokasi yang sebenarnya.

Menurut Dodik, dalam praktik di lapangan, istilah kunjungan industri kini sering disalahartikan dan bahkan digunakan sebagai pembenaran kegiatan studi wisata.

“Tujuan utama kunjungan industri sebenarnya mulia, yakni memperkenalkan dunia kerja kepada siswa. Tapi sekarang, banyak sekolah menjadikannya sarana wisata dengan dalih program wajib. Ini jelas penyimpangan tujuan pendidikan,” tegas Dodik yang pernah menjadi anggota Dewan Pendidikan, kepada wartawan, Rabu (15/10/2025).

Dodik menilai, kegiatan yang semestinya fokus pada pengenalan proses produksi, interaksi dengan profesional, dan penerapan teori di dunia kerja justru lebih menonjolkan unsur rekreasi dan hiburan. Akibatnya, manfaat pembelajaran bagi siswa menjadi minim.

Kunjungan Industri vs Studi Wisata: Tujuan Mulia yang Melenceng

Perbandingan antara kunjungan industri dan studi wisata menunjukkan adanya pergeseran makna yang signifikan:

| Aspek| Kunjungan Industri (Tujuan Sebenarnya) | Studi Wisata (Praktik yang Sering Terjadi)

| Tujuan utama | Memberikan wawasan nyata tentang dunia kerja dan proses produksi di perusahaan. | Rekreasi dan hiburan dengan tujuan edukasi yang kurang mendalam. |

| Kegiatan utama | Observasi proses kerja, diskusi dengan profesional, memahami SOP perusahaan. | Mengunjungi tempat wisata dan menikmati fasilitas liburan. |

| Fokus pembelajaran | Peningkatan kompetensi keahlian dan penerapan teori di lapangan. | Pengalaman sosial umum, minim relevansi dengan jurusan siswa. |

| Manfaat bagi siswa | Meningkatkan keterampilan kerja dan motivasi belajar. | Hanya pengalaman rekreatif tanpa nilai karier nyata. |

Penyebab Pergeseran Tujuan KI

LPKPK mencatat beberapa faktor yang menyebabkan kunjungan industri berubah menjadi studi wisata:

1. Prioritas yang salah – Sekolah lebih mementingkan kepuasan siswa dan orang tua daripada substansi pembelajaran.

2. Minim pengawasan – Kurangnya kontrol dari dinas pendidikan dan komite sekolah membuat pelaksanaan KI tidak terarah.

3. Tekanan finansial – Sekolah sering menyesuaikan program dengan biaya tinggi agar terlihat “sepadan” dengan iuran orang tua.

4. Keterlibatan pihak ketiga – Paket dari penyelenggara sering dikemas lebih komersial dengan porsi wisata yang dominan.

Ahli Pendidikan dan Akademisi Angkat Bicara

Mantan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lumajang, Dr. Agus Salim, M.Pd, menilai bahwa niat baik kunjungan industri seharusnya tidak mengabaikan kondisi ekonomi masyarakat.

“Yang penting bukan seberapa jauh perjalanannya, tapi seberapa besar manfaatnya bagi siswa. Jika dirancang dengan bijak, kunjungan industri tetap bisa berharga tanpa memberatkan siapa pun,” ujarnya.

Sementara itu, Dosen STIH Lumajang, Dr. Thomas Jati Nugroho, M.H menegaskan bahwa secara prinsip program kunjungan industri boleh dilakukan, asalkan tujuan dan manfaatnya jelas serta relevan dengan bidang keahlian siswa.

“Tujuannya harus jelas, manfaatnya juga harus nyata. Jangan sampai acara malah didominasi wisata. Kalau begitu, namanya bukan kunjungan industri, tapi studi tour,” tegasnya.

LPKPK Desak Dinas Pendidikan Bertindak Tegas

LPKPK Lumajang berharap Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur segera mengeluarkan pedoman baru agar pelaksanaan kunjungan industri lebih terkendali dan tidak lagi disalahgunakan sebagai ajang wisata.

“Kami minta Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Dr. Aries Agung Paewai, S.STP, M.M, segera melakukan kajian ulang. Bila perlu, buat aturan tegas agar sekolah tidak seenaknya menjadikan kunjungan industri sebagai tameng untuk wisata,” pungkas Dodik.

Menurut LP-KPK, pengawasan dan transparansi perlu diperkuat agar kegiatan yang seharusnya mendidik ini benar-benar memberikan pengalaman nyata tentang dunia industri dan membekali siswa SMK untuk siap kerja, bukan sekadar jalan – jalan.

Star

Redaksi

Redaksi

Satu Pelurumu Hanya Tembus Satu Kepala Manusia...Tetapi Satu Tulisan Seorang Jurnalis Bisa Tembus Jutaan Manusia (082331149898)

scroll to top