JAWA TENGAH (Benuanews.com). Waryanti (47th) seorang pedagang jalanan (PKL) di barat lapangan tempat wisata keluarga Kota Kudus, wajahnya terlihat sedih. Pengunjung sepi dan ia terpaksa jualan karena terpepet keadaan. “Saya dan teman-teman sudah lama tidak jualan, baru buka 3 hari berjalan muncul kebijakan tempat wisata ini ditutup oleh pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab)”, jelasnya kepada reporter Benuanews pada Senin (28/12/2020).
“Kami berharap dalam libur panjang Nataru ini bisa mendapatkan keuntungan yang kebih baik seperti tahun 2019 lalu, tetapi sekarang tidak lagi kayaknya”, kata Pardi pedagang mainan anak di dekat Candi Kudus, yang sudah mangkal di lokasi ini lebih dari 15 tahun. “Kemarin pihak Satpol PP sudah mengingatkan kami agar sementara tidak jualan sampai tanggal 1 Januari 2021”.
Berdasarkan pantauan Benuanews, beberapa daerah destinasi wisata di di wilayah Provinsi Jawa Tengah ditutup termasuk wisata alam pegunungan, pesisir pantai, wisata air, wisata kuliner, wisata religi, wisata satwataru serta wisata mainan anak dan keluarga. Baik wisata yang dikelola oleh pemerintah maupun wisata yang dikelola oleh swasta.
“Lebih dari delapan daerah yang ditutup termasuk wilayah Kabupaten Demak, Kabupaten Kudus, Jepara, Rembang, Purworejo, Wonogiri dan ada beberapa kabupaten yang ditutup sebagian obyek wisatanya seperti di Kabupaten Klaten dan Pemalang”, kata Sinoeng N. Rachmadi Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah. “Sebanyak 88 daya tarik wisata di wilayah Jateng ditutup, imbuh Sinoeng
Dijelaskan pula bahwa penutupan ini sesuai dengan instruksi Gubernur sebagai upaya untuk menutup akses yang bisa menimbulkan klaster persebaran virus corona-19. Gubernur Jawa Tengah menegaskan kepada seluruh masyarakat untuk tidak membuat acara keramaian saat libur Nataru. Masyarakat dihimbau untuk tetap di rumah saat pergantian tahun baru. ”Semua sudah sepakat dan pihak kepolisisan akan bertindak tegas jika masyarakat tetap beraktivitas yang dapat menimbulkan keramaian”, ujar Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa tengah kepada wartawan pada bulan lalu
Secara terpisah beberapa pelaku usaha UMKM yang bergerak pada makanan kering untuk oleh-oleh pada umumnya mengeluh karena penjualan sepi dari pembeli. “Sampai hari ini saya baru mendapat omset Rp. 1.635.000/4 hari. Di tahun lalu omset perhari menghasilkan sekitar Rp.3-7 juta perhari”, kata Junaidi produsen rambak petis di Kota Kudus. “Modal awal belum pulih dari pemasukan para penjual eceran. Masa pendemi ini omset turun apalagi tempat-tempat wisata ditutup. Libur akhir tahun biasanya menjadi moment dimana modal produksi dapat kembali dan keuntungan lumayan bagus”, ujar Tarminto produsen pakaian anak dan daster.
(Kontributor: Barry)