5 Masjid Bersejarah Dalam Perkembangan Islam di Sumatera Barat

Masjid-Tuo-Kayu-Jao.jpg

Padang – Sumatera Barat, merupakan daerah yang identik dengan agam Islam, serta memiliki sejarah panjang dengan perjalanan masuknya agama Islam di Indonesia, masuknya Islam ke Sumatera Barat berabat-abat yang lalu, hingga berdirinya masjid-masjid bersejarah di Minangkabau. Tidak hanya menjadi tempat penyebaran dakwah, ada lima masjid yang bersejarah menurut informasi yang digali tim benuanews.com di Sumatera Barat dari berbagai sumber yang ada.

  1. Masjid Tuo Kayu Jao

Masjid tuo Katu Jao yang berlokasi di Nagari Batang Barus, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok Sumatera Barat, diperkirakan sudah berdiri sejak abad ke 17 atau pada tahun 1599 sehingga dinyatakan Masjid tertua di Sumatera. Masjid tuo Katu Jao ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya di Sumatera Barat, Masjid ini memiliki luas 150 meter persegi dan arsitekturnya secara keseluruhan dipengaruhi oleh corak Minangkabau. Tatanan atap pada masjid ini terbuat dari ijuk dengan ketebalan sekitar 15 cm dan memiliki tiga tingkat, Masjid tuo Katu Jao juga sudah beberapa kali dilakukan pemugaran dengan tetap mempertahankan keaslian masjid ini.

Selain itu, masjid ini memiliki 13 jendela yang menandakan jumlah dari rukun shalat dan 27 tiang yang memiliki makna yaitu 24 tiang berasal dari 6 suku disekitar masjid yang memiliki 4 buah unsur pemerintahan adat sedangkan 3 tiang lagi merupakan unsur-unsur agama yaitu imam, khatib dan bilal. Di sebelah Masjid terdapat sebuah tabuh (bedug) yang diyakini seumur dengan masjid tersebut. Pada awal pembangunan Masjid Tuo Kayu Jao, pola bangunan tidak menggunakan paku namun tetap mampu berdiri kokoh.

2. Masjid Raya Syekh Burhanuddin (Masjid Ulakan)

Masjid bersejarah ini diperkirakan dibangun pada tahun 1670 oleh Syekh Burhanuddin dan berlokasi di Nagari Ulakan, Kecamatan Ulakan, Kabupaten Padang Pariaman. Masjid Raya Syekh Burhanuddin ini telah banyak mengalami renovasi, salah satunya adalah pada tahun 2009 dikarenakan masjid ini rusak berat akibat gempa yang mengguncang Sumatera Barat. Proses renovasi tersebut selesai pada tahun 2011 dan menghadirkan masjid dengan tampilan yang lebih megah.

Saat mulai dibangun, bentuk bangunan masjid ini sangat sederhana dengan ukuran 15 x 15 meter dan dibuat dari bahan kayu. Masjid ini mengalami pemugaran pertama kali pada tahun 1760 karena kondisi bangunan yang sudah tidak layak. Pada saat sekarang, masjid ini berdiri di sebidang tanah seluas 55 x 70 meter persegi, berbentuk persegi berukuran 40 x 40 meter dengan ukuran teras 3 x 40 meter, dan bangunannya mampu menampung sekitar 3.000 jamaah ini.

3. Masjid Jami’ Taluak

Masjid yang diperkirakan dibangun pada tahun 1860 hingga 1870 ini bertempat di Nagari Taluak IV Suku, Kecamatan Banuhampu, Kabupaten Agam. Masjid ini memiliki tiga bangunan pokok, yaitu bangunan masjid, mihrab, dan menara. Bangunan masjid mempunyai atap tumpang (susun) tiga dari bahan seng. Atap di bagian mihrab berbentuk kubah

Arsitektur bangunan mesjid ini sangat kental dengan budaya Minangkabau dan dipadukan dengan arsitektur Arab. Dahulu, bagian atap dari masjid ini dibuat dari bahan ijuk lalu diganti dengan seng pada tahun 1920. Pada ruangan utama terdapat 5 buah tiang utama. Empat di antaranya membentuk denah bujur sangkar dan satu tiang berada di tengahnya. Bentuk tiang kubus pada bagian bawah dan persegi delapan pada bagian tengah, dan puncaknya berbentuk pelipit

4. Masjid Raya Limo Kaum

Berlokasi di Jorong Tigo Tumpuak, Nagari Limo Kaum, Kabupaten Tanah Datar, masjid ini diperkirakan dibangun pada tahun 1710. Arsitektur masjid ini umumnya dipengaruhi oleh corak Minangkabau dan bentuk atap merupakan sinkretisme antara Hindu-Budha dengan Islam. Masjid ini berdiri di atas tanah berdenah segi-empat, menggantikan bangunan pagoda yang telah lama ditinggalkan penganutnya karena memeluk Islam.

Selain memiliki hubungan dengan agama Hindu-Budha, masjid ini memiliki banyak tiang penyangga hingga dikenal dengan masjid seribu tiang. Pada bagian atap masjid, dibuat berundak-undak sebanyak lima tingkat dengan permukaan atap yang tidak datar melainkan cekung yang berfungsi untuk mengalirkan air hujan ke bawah. Pada tingkatan teratas terdapat bangunan (puncak) berdenah segi delapan yang memiliki beberapa jendela kaca dengan atap berbentuk limas. Hal menarik dari masjid ini adalah dari atas bangunan masjid dapat terlihat Danau Singkarak di kejauhan.

5. Masjid Bawan Tuo

Masjid tua yang diperkirakan berdiri pada tahun 1800an ini bertempat di Nagari Bawan, Kec. Ampek Nagari, Kab. Agam. Menurut berita, masjid ini pernah dibangun kembali pada tahun 1942 di lokasi yang tidak jauh dari lokasi aslinya karena pada lokasi awal masjid ini berada di kawasan tanah berlumpur dan dikhawatirkan akan terbenam. Untuk konstruksinya sendiri, masjid ini berukuran 40×40 meter yang berdiri di atas tanah seluas satu hektar.

Berdasarkan buku Masjid-masjid bersejarah di Indonesia yang disusun oleh Abdul Baqir Zein, masjid ini merupakan benteng terakhir dari kerajaan Lembah Bawan yang terletak di Nagari Lembah Bawan, Kab. Agam, yang mana adalah daerah terakhir di Sumatera Barat yang berhasil dikuasai oleh Belanda pada tahun 1800an. (sumber wikipedia)

 

scroll to top