Warga Timbu Abu Yang Mengungsi di Yaptip Belum Dapat Bantuan Dari Pemerintah

IMG-20220305-WA0017.jpg

Pasaman Barat | Benuanews.com – Sangat memiriskan, Satu Minggu pasca gempa yang melanda Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar), Jumat (25/2/2022) yang lalu, lebih dari 250 orang pengungsi dari Kajai, Timbu abu, Mudiak Simpang, dan Pinagar Bateh Pulai yang saat ini mengungsi di Perumahan Garden Pasaman Baru Yaptip, Nagari Lingkuang Aua, kecamatan Pasaman belum juga mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah.

Ratusan korban gempa tersebut saat ini tinggal di 10 titik pengungsian yang ada di seputaran komplek perumahan. Para korban sangat menyayangkan dan merasa sedih karena hingga saat ini belum juga merasakan perhatian dan kehadiran pemerintah daerah terhadap mereka. Padahal, posko utama tanggap darurat hanya berjarak lebih kurang 1 Km dari tempat mereka mengungsi.

Para pengungsi mengaku kesulitan mendapatkan bantuan karena terkendala administrasi yang mereka anggap berbelit-belit dan mempersulit mereka. Padahal sudah jelas-jelas mereka adalah para korban gempa yang pusatnya di kecamatan Talamau tempat mereka tinggal selama ini.

Salah seorang korban bencana gempa yang berada di tenda pengungsian, Uyun kepada Benuanews.com Jumat (04/03/2022) mengatakan, hingga saat ini mereka yang jumlahnya 75 orang yang ada di pengungsian itu belum juga mendapatkan sedikitpun bantuan dari pemerintah daerah. Padahal, mereka telah melaporkan keberadaan mereka ke pemerintah setempat dan telah mengisi formulir yang diberikan, namun sudah tiga kali di ajukan masih di anggap salah seolah mempersulit mereka disaat situasi sulit yang mereka rasakan pasca gempa terjadi.

“Mintak tolong pak, kami jangan dipersulit lagi. sudah syukur kami bisa selamat dari musibah ini, tolonglah pikirkan nasib kami masyarakat yang susah ini yang juga bagian dari masyarakat Pasbar,”ungkapnya.

Sementara itu, warga komplek yang menampung para pengungsi, Andi mengatakan, satu Minggu pasca gempa hingga saat ini para pengungsi yang berada di pengungsian tersebut belum juga mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah, untung saja banyak bantuan yang datang dari masyarakat komplek yang merasa prihatin terhadap keadaan para pengungsi.

“Sangat diuntungkan banyak swadaya masyarakat yang berdatangan. kalau tidak, kita tidak tau lagi apa yang akan terjadi terhadap para saudara-saudara kita para korban yang juga banyak diantaranya anak-anak dan balita,”katanya dengan penuh rasa sedih.

Sementara itu, diposko pengungsian lainnya yang juga berdekatan dengan posko sebelumnya, masyarakat penampung para pengungsi, Zulkifli mengungkapkan hal yang sama, hingga saat ini korban yang jumlahnya 25 orang yang tinggal ditempatnya belum juga mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah. Padahal sudah tidak sedikit bantuan yang telah disalurkan oleh instansi, ormas, dan pribadi dari dalam dan luar daerah pasca gempa terjadi.

“Kita telah berupaya dan berusaha agar para pengungsi mendapatkan bantuan, namun hingga saat ini kita baru menerima pakaian dalam dari ibuk-ibuk PKK dan menerima bantuan 15 buah nasi bungkus dari pemerintah daerah,”pungkasnya.

Ditempat pengungsian lainnya yang juga berada dalam komplek perumahan, salah seorang korban, Ratna mengaku, saat ini mereka belum mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah, bahkan dia sudah menunggu lebih dari tiga jam di posko utama hanya mendapatkan satu renteng pempers, padahal kebutuhannya jauh dari itu.

“Kami meminta kepada pemerintah daerah agar dapat memberikan bantuan kepada kami disini yang terpaksa tidur diatas lantai,”pintanya.

Ratna menambahkan, adapun kebutuhan mereka saat ini diantaranya beras, tenda, tikar, air minum, peralatan mandi, pempers, pakaian dan makanan siap saji.

“Kepada pemerintah daerah kami mohon bantuannya, karena tidak mungkin kami terus menyusahkan keluarga tempat kami mengungsi yang kehidupannya juga masih pas-pasan,”harap Ratna mengakhiri.
(Saipen Kasri)

scroll to top