Tingkatkan Mitigasi dan Gerak Cepat Pemulihan Pascabencana

IMG-20220315-WA0044.jpg

Padang, Benuanews.com,- Peristiwa gempa yang terjadi di Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Pasaman Barat pada Jumat (25/2) lalu, menyisakan duka mendalam bagi Sumatera Barat (Sumbar).

Terlebih, bencana gempa 6,1 magnitudo itu, bukan hanya merusak ribuan rumah, fasilitas umum, tapi juga korban jiwa. Apalagi, juga menyertakan bencana lain, seperti longsor dan banjir bandang.

“Kita semua, bersama stake holder terkait, hingga dengan insan kebencanaan terus bergerak memulihkan saudara-saudara kita di Pasaman dan Pasaman Barat,” kata Kalaksa BPBD Sumbar, Jumaidi dalam rapat koordinasi, Selasa (15/3).

Salah satunya, sebut Jumaidi, yakni meningkatkan koordinasi untuk segera menyiapkan hunian sementara (huntara) bagi masyarakat terdampak bencana di Pasaman dan Pasaman Barat. Terutama bagi masyarakat yang rumahnya mengalami rusak berat.

Selain itu, menurutnya gempa pada segmen sesar Talamau waktu itu juga mengingatkan pentingnya untuk terus meningkatkan edukasi dan mitigasi bencana. Terlebih kepada masyarakat terdampak yang masih rawan gempa susulan.

“Mitigas bencana penting, minimal untuk mengurangi risiko. Saya sempat tidur di Timbo Abu waktu itu, tidak ada gempa, tapi getarannya terasa. Jadi kita mengimbau agar masyarakat tetap selalu waspada,” ujarnya.

Juru Bicara BNPB, Fathia Shabrina yang tersambung secara daring, menambahkan, saat ini pemerintah daerah setempat harus lebih fokus untuk memulihkan masyarakat terdampak dengan menyiapkan Huntara. Tujuannya agar masyarakat tidak terlalu lama tidur ditenda pascabencana, yang justru bisa menimbulkan bencana baru.

“Terutama adanya Huntara, agar masyarakat juga bisa beraktivitas seperti biasa, dan tidak timbulnya bencana baru, misalnya warga sakit akibat kena angin malam di tenda, dan lainnya,” jelasnya. 

Sementara, berdasarkan pantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Padang Panjang, hingga saat ini gempa susulan terus terjadi. Setidaknya, telah terjadi 295 kali gempa susulan di pusat yang sama, meskipun hanya dalam getaran skala yang kecil.

“Sejak gempa pertama hingga saat ini terjadi 295 kali susulan, 10 di antaranya dirasakan masyarakat. Kita mengimbau tetap waspada,” kata PMG Muda BMKG Padang Panjang, Syamsir Okriandi saat ditemui usai rapat di Kantor BPBD Sumbar.

Namun di sisi lain, Koordinator Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Sumbar, Hidayatul Irwan mengakui pentingnya edukasi dan mitigasi bencana bagi masyarakat. Terutama bagi yang berada di kawasan yang rawan bencana, seperti gempa, banjir, longsor, dan lainnya.

“Masyarakat sangat perlu diberikan edukasi, sebab mereka tidak tahu seberapa besar ancamannya, yang mereka tahu terasa gempa, longsor, atau galodo (banjir bandang),” jelasnya.

Kerawanan bencana itu juga diakui anggota FPRB Sumbar lainnya, bahwa hingga saat ini masih banyak jalan yang retak dan terban. Termasuk banyaknya titik-titik yang rawan longsor akses menuju daerah yang terdampak gempa di Pasaman dan Pasaman Barat.

Selain itu, BNPB diharapkan untuk menguatkan leading sector tingkat lokal. Terutama dengan pihak BPBD provinsi, kabupaten dan kota, termasuk di antaranya untuk memberikan edukasi atau mitigasi bencana kepada masyarakat secara langsung dan berkelanjutan.

“Kita melihat atas kejadian bencana kemarin, nampaknya lebih mandiri di tingkat lokal, sebab tidak terlalu banyak pihak pusat terjun langsung. Jadi leading sector tingkat lokal harus dikuatkan,” sebut Lany Verayanti, anggota FPRB Sumbar.

scroll to top