PROFIL PELAJAR PANCASILA DALAM PRESPEKTIF PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENUJU LAHIRNYA GENERASI MADANI RANAH MINANG

image_editor_output_image-437823756-1663648637332.jpg

Opini

Oleh : Safudin SS MM
Mahasiswa S3 PAI UIN SMDD Bukittinggi/Anggota DPRD Agam

Paradigma bahwa pendidikan apapun bentuk dan disiplin ilmunya mestilah melahirkan insan beradab adalah amanat Pancasila pada sila kedua yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab”, selanjutnya Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional terdapat dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 yang berbunyi: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Sesuai dengan amanat peraturan perundang-undangan bahwa tujuan utama dari pendidikan nasional adalah menciptakan manusia yang bertaqwa kepada Tuhan YME dan berakhlakul karimah

Sejalan dengan amanat Pancasial dan UUD 1945 pemikiran pendidikan Islam konsep Ta’dib dipopulerkan oleh Syedh Muhammad Naqueb Al Attas menyatakan bahwa pendidikan Islam mestilah melahirkan insan yang berakhlakul karimah dan insan yang sempurna (insan kamil) dengan pemikiran bahwa setiap pribadi muslim mestilah dididik dengan ilmu fardu ain dan fardu khifayah, ilmu fardu ain dimana wajib setiap pribadi peserta didik dimanapun ia belajar dengan ilmu dasar keislaman berupa aqidah,akhlak, fiqh, tasauf,hafalan alquran dan hadist. Buah dari ilmu ini lahirnya akhlakul karimah insan yang beradab, Ilmu fardu khifayah adalah ilmu pengetahuan sesuai bakat dan minat peserta didik yang akan ia pakari/dikuasai kelak ketika dewasa atau pendidikan lanjutnya di perguruan tinggi suatu saat lahir insan profesional dibidangnya masing-masing

Fenomena rendahnya kesadaran beribadah insan pelajar dan generasi muda umumnya terlihat pada sepinya masjid/surau di umumnya seluruh nagari, padahal kesadaran untuk sholat berjamaah pada usia pelajar akan menjadi bekal kesadaran ketika dewasa kelak, “kecil teranja-ranja, besar berbawa-bawa dan dewasa terobah tidak” demikian pepatah memesankan sehingga penanaman keimanan dan ketaqwaan diusia remaja sangatlah penting untuk terlahirnya insan generasi madani

Upaya membangun kesadaran dan kemandirian beribadah pada usia pelajar akan tumbuh dari semaian pendidikan dari tiga area taman pendidikan yakni pertama keluarga, kedua sekolah dan ketiga lingkungan masyarakat pada akhirnya akan berbuah kesadaran dan kemandirian beribadah tanpa disuruh dan selanjutnya menjadi berbunga kesadaran intrinsik dalam jiwa anak, lahirnya adab dan kesopanan berdasarkan Alqur’an dan sunnah serta falsafah Adat Basandi Syara’, Syara’ basandi Kitabullah(ABS SBK) di Sumatra Barat

Ketiga area taman pendidikan baik keluarga, sekolah dan masyarakat perlu bersinergi dan berkolaborasi menciptakan suatu ekosistem pendidikan yang baik untuk menanamkan jiwa keagamaan, keimanan dan ketaqwaan pada diri generasi muda sehingga satu sama lain akan saling melengkapi (komplementatif), maka untuk terciptanya sinergi dan sistem pendidikan keIslaman pada generasi muda dan pelajar sangat perlu kebijakan pembangunan pendidikan keIslaman dengan konsep Ta’dib oleh pemerintah daerah melalui intervensi kebijakan, regulasi dan pembangunan budaya beribadah ditengah masyarakat pelajar yang tentunya jika berhasil akan mewarnai masyarakat pada umumnya

Pada lingkungan keluarga, keluarga merupakan titik tolak awal dan fase terlama interaksi anak-anak dengan orang tua dibanding guru di sekolah dan lingkungan masyarakat, terbangunnya proses pendidikan keagamaan ditengah keluarga sangat menentukan kepribadian anak di sekolah dan masyarakat dan begitu juga sebaliknya karena lingkungan pendidikan akan saling mempengaruhi tergantung mana yang lebih kuat pengaruh dan daya warnanya pada kepribadian anak, oleh karena itu membangun sistem dan kelembagaan pendidikan orang tua/parenting school sebagai satu pilar terlahirnya generasi madani sangatlah penting sebagai upaya membangun generasi madani

Kedua lingkungan sekolah, jika sekolah berhasil membangun sistem kesadaran beribadah pada diri murid/peserta didik, kadang perkataan guru lebih didengar dan dipatuhi anak dibanding nasehat orsng tua dirumah, sehingga jika guru dan merupakan kewajiban dari sekolah seorang murid lebih termotivasi dan terkondisi untuk melakukan ibadah baik membaca dan menghafal Alqur’an, sholat berjamaah di masjid/surau serta berbagai bentuk sunnah-sunnah harian yang perlu dibuatkan kertas/kartu mutaba’ahnya (evaluasi dan catatan harian), model pengkondisian seperti ini sejalan dengan teori belajar behavioristik dimana motivasi/stimulan akan menimbulkan aksi dan juga bisa digunakan pendekatan model pembelajaran “group dynamic”/dinamika kelompok

Pendekatan metode dinamika kelompok/group dynamic dilakukan dengan menciptakan tim/kelompok di kelas dimana setiap murid tergabung pada satu group yang memiliki struktur pengurus, dimana masing-masing kelompok akan menanggung tanggung jawab bersama bagi keberhasilan semua anggota kelompok dan antar kelompok tercipta semangat kompetisi sehat/fastabiqul khairat untuk keberhasilan kelompok mereka, seorang muaddib/guru bisa saja memberikan reward untuk memotivasi sehingga semua bergerak dan berusaha mencapai target-target dalam kesepakatan baik jumlah hafalan, baca buku, sholat berjamaah, dhuha, tahajjud dan lainya. Dengan semangat dinamika kelompok muaddib/guru akan mengevaluasi dan mengumumkan didepan kelas semacam top three (tiga kelompok terbaik) oleh wali kelas berdasarkan kinerja masing-masing anggota kelompok dan kelompok secara keseluruhan dan untuk keseluruah kelas muaddib/guru PAI bisa bertanggung jawab untuk melakukan monitoring dan evaluasi

Jika sekolah bisa melaksanakan kebijakan sebagaimana penulis maksud, dan pemerintah daerah melalui dinas terkait memberikan dorongan berupa regulasi dan surat edaran kampanye dan penanaman kesadaran beribadah para murid lebih terakselerasi dengan baik, jauh berbeda dengan fenomena yang kita lihat saat ini dimana sangat sedikit para murid/pelajar apalagi di tingkat SLTA yang memiliki kesadaran untuk melakukan pemakmuran masjid/surau di lokasi masing-masing minimal sholat berjamaah dan melaksanakan kegiatan imarah lainya bahkan masih banyak mereka yang hanya sholat lima waktu hanya disekolah saja

Ketiga lingkungan masyarakat, pilar berikutnya dalam pendidikan adalah masyarakat tempat dimana generasi muda/pelajar mengembangkan kecerdasan emosional dan sosialnya, perlu diciptakan suasana dan semangat bersama untuk gerakan masyarakat madani. Hal ini bisa dimulai dengan dorongan dari pemerintah daerah baik kepala daerah, camat, wali nagari dan jorong selanjut pengurus masjid/surau didampingi oleh pendamping gerakan masyarakat madani bisa dari penyuluh agama kemenag, pemuda pelopor nagari madani, PNS muslim setempat, panduan dan pedoman gerakan masyarakat madani agar disiapkan oleh pemerintah daerah sehingga dapat dipedomani oleh berbagai pihak dan disosialisasikan secara massif ke tengah masyarakat

Dengan adanya gerakan kesadaran beribadah dan pendidikan aqidah sebagaimana penulis uraikan diatas sangat sejalan dengan kurikulum merdeka dan adanya profil pelajar Pancasila dimana profil Pelajar Pancasila merupakan sejumlah karakter dan kompetensi yang diharapkan untuk diraih oleh peserta didik, yang didasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila.Kegunaan Profil Pelajar Pancasila
Pertama menerjemahkan tujuan dan visi pendidikan ke dalam format yang lebih mudah dipahami oleh seluruh pemangku kepentingan pendidikan, kedua menjadi kompas bagi pendidik dan pelajar Indonesia dan ketiga menjadi tujuan akhir segala pembelajaran, program, dan kegiatan di satuan pendidikan. Adapun Profil Pelajar Pancasila memiliki 6 dimensi dan beberapa elemen di dalamnya. (1)Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia
(2)Berkebinekaan global(3)Mandiri (4)Bergotong royong (5)Bernalar kritis (6)Kreatif

Dari keenam karakter atau profil pelajar Pancasila yang perlu dikuatkan terlebih dahulu adalah profil pertama yakni keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam makna pendidikan Islam adalah menanamkan jiwa Aqidah/kesadaran tauhid pada murid/peserta didik dan salah satu indikator yang diharapkan sekaligus dapat dilihat adalah kesadaran beribadah secara mandiri dengan membudayakan gerakan pembiasaan beribadah sebagaimana telah kita bahas diatas, Semoga

Wallahua’lam bissawab

scroll to top