Peradaban Pilar Bangsa Yang Merdeka

IMG_20230806_160552.jpg

JAKARTA.(Benuanews.com)-Kemerdekaan adalah hak bagi segala bangsa …., ini salah satu kalimat yang tertera dalam mukadimah UUD 45. Kemerdekaan itu apa? Mengapa memperjuangkan kemerdekaan? Harta benda bahkan nyawa dikorbankan bagi terwujudnya kemerdekaan. Merdeka bukankah bebas lepas dari penjajah? Ya benar namun di balik kemerdekaan itu ada tugas tanggung jawab yang besar, wujud amanah agar bangsa yang merdeka mampu berdaulat, berdaya tahan, berdaya tangkal dan berdsya saing. Peradaban menjadi pilar bagi bangsa yang merdeka.

Apa jadinya tatkala kemerdekaan tanpa peradaban? Merdeka memang bebas namun bukan sebebas bebasnya, melainkam mengemban tugas dan tanggung jawab berat setelah merdeka. Memerdekakan dari penjajahan bangsa asing, jauh lebih mudah daripada memerdekan bangsanya dari : kebodohan, korupsi, kemiskinan, premanisme, radikalisme, pelayanan publik yang buruk dan banyak hal lainnya.

Runtuhnya kemerdekaan suatu bangsa rusak dari ketidakmampuan menjaga peradaban bangsanya sendiri. Saling serang di antara anak bangsa berebut kuasa, saling memaksakan kehendak, saling hujat, saling menjatuhkan dan saling membunuh karakter dsb. Masing masing kelompok merasa paling benar sendiri, menyalah nyalahkan dan menghakimi kelompok lain. Mengeroyok yang lemah untuk dijadikan kambing hitam.

Romo Mangun Wijaya mengatakan : ” Pada pendidikanlah tergantung masa depan bangsa “. Bangsa bangsa yang besar dan maju, mengedepankan dan mengutamakan pendidikkan untuk membangun peradaban dan mengatasi kehancuran bangsanya.

Pendidikan di era digital tentu akan jauh lebih merdeka karena bisa kapan saja, kepada siapa saja, dari mana saja namun cara berpikir, moralitas tetap dijaga. Seringkali banyak orang bertanya sampai kapan suatu bangsa merdeka tetap ada ? Tatkala bangsa yang merdeka tidak mampu memerdekakan bangsanya dari berbagai penyakit anak bangsanya maka cepat atau lambat menguap hilang kemerdekaannya.

Para bapa bangsa yang telah merintis perjuangan  memerdekakan bangsanya dari penjajahan bangsa asing, agar bangsanya memiliki kedaulatan. Bangsa yang berdaulat adalah bangsa yang memiliki kemerdekaan menentukan nasib bangsanya yang diakui, diterima dan ikut dalam politik dunia yang bebas dan aktif. Kemerdekaan menentukan nasib bangsanya tentu saja dengan menata, membangun, mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga memiliki daya tahan, daya tangkal dan daya saing. Semua itu ditunjukkan dari keadilan sosial dan kemakmuran rakyatnya yang merdeka dari :
1. Kebodohan,
2. Korupsi,
3. Kemiskinan,
4. Radikalisme,
5. Intoleransi,
6. Premanisme,
7. Buruknya sistem pendidikan,
8. Buruknya sistem pelayanan publik,
9. Buruknya sistem politik
10. Buruknya sistem penegakan hukum
11. Buruknya perekonomian,
12. Lemahnya dalam industri
13. Lambatnya dalam mengatasi disrupsi
14. Tidak adanya ikon sebagai guru bangsa
15. Saling tidak percaya sesama anak bangsa
Dsb

Point point di atas berdampak ambruknya peradaban akibat ketidakmampuan melindungi, mengayomi dan melayani warganya dari berbagai bencana dan msalah yang mengganggu hidup dan kehidupan bangsa

Sumber daya manusia ( SDM ) adalah aset utama bangsa. Tatkala SDM pembinaannya sarat dengan kolusi, nepotisme maka akan menjadi bom waktu untuk meremukan pilar peradaban.  Pengeksploitasian, pemberdayaan hingga pendistribusian sumber akan menjadi konflik yang tidak sehat, akibat sumber  daya manusia yang lemah.  Kemakmuran, kesejahteraan dan semakin manusiawi rakyatnya mungkin hanya sampai sebatas mimpi. Tiada lagi kekuatan sulit untuk merukunkan.  Kesatuan, Persatuan, Kerukunan, berdampak adanya soliditas yang dilandasi kepercayaan publik yang kuat.

Bung Karno mengingatkan kita semua bahwa:” musuh terbesar bangsa setelah merdeka adalah menghadapi bangsanya sendiri”. Para bapa bangsa menorehkan landasan dalam konstitusi negara yang salah satunya adalah untuk : ” mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara”. Banyak negara yang tidak memiliki sumber daya alam melimpah, namun mereka memiliki sumber daya manusia yang tangguh, mereka mampu mengalahkan negara negara yang kaya akan sumberdaya, demikian juga sebaliknya.

Tatkala SDM tidak unggul tidak berkarakter, pendidikan sebatas kewajiban apalagi untuk gagah gagahan dengan mengkoleksi gelar, maka hasilnya akan menjadi bumerang dan merek akan menjajah bangsanya sendiri. Dalam pendidikan yang menjadi hal utama adalah guru yang menjadi kunci pendidikan. Tatkala para guru memdapatkan kemuliaan yang sebagaimana semestinya maka para guru menjadi sang pencerah. Menjadi ikon bagi pembangunan karakter bangsa. Patriotisme dibangun dari pendidikan berbasis pada literasi dan moralitas bagi kemajuan bangsa dan negaranya. Kita bisa bercermin pasca Hirosima dan Nagasaki dibom atom, Kaisar Hirohito dari Jepang waktu itu menanyakan :” berapa guru yang tersisa”. Kaisar tidak bertanya berapa pasukan yang tersisa, Kaisar menyadari bahwa guru guru akan menjadi kekuatan membangun kembali bangsanya bahkan untuk mampu menandingi bangsa pengebomnya.

Kemerdekaan memang harus memerdekakan terutama pada mewujudkan keutamaan hidup berbangsa dan bernegara yang termaktub pada sila sila Pancasila. Bangsa yang merdeka bersatu berdaulat adil dan makmur menjadi cita cita bangsa. Kesatuan dan persatuan bangsa bersama kita pulih dan bangkit untuk bangsa yang lebih kuat.

Kemerdekaan yang tidak memerdekakan terefleksi :” yang bejat malah terhormat, naik derajat dianggap bermartabat dan hidup berkelimpahan penuh berkat”. Kekuasa dan kekuasaan yang merdeka tanpa moral dan sebatas demi kepentingan kelompok atau pribadinya maka kepercayaan publik akan pudar. Di situlah runtuhnya pilar peradaban bangsa yang merdeka namun tidak memerdekakan.

Suksesi kepemimpinan dalam pemilu, sejatinya merupakan hal biasa  dalam bangsa yang modern dan demokratis. Kuasa dan kekuasaan memang menjadi idola, karena di situ ada kekuatan dan kewenangan untuk mendominasi pemberdayaan sumber daya. Ada pepatah mengatakan : ada kuasa bagai dewa, kuasa tiada mulailah gila. Siapa yang mengajarkan kenistaan ? Apakah orang lain? Bangsa asing? Atau kutukan? Semua itu dari diri kita sendiri yang tidak mampu mengisi kemerdekaan yang memerdekakan?
Banyak hal untuk menjawab pertanyaan dan sangat kompleks. Tatkala keutamaan tidak ditemukan, yang ideal berbeda bahkan bertentangan dengan yang aktual.

Seni budaya penjaga peradaban dapat menjadi pendekatan bagi memerdekan bangsa yang merdeka.  Nenek moyang dan para leluhur leluhur kita mewariskan nilai nilai bagi bangsa ini. Mereka hidup bersahaja namun mereka dan paham akan potensi konflik dan memahami cara mengatasi konflik itu. Seni dan budaya mereka ajarkan. Ini sebagai keseimbangan atau harmoni dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Mereka menurunkan denga rasa kecintaan, kebangaan sehingga ada transformasi melalui. Menurunkan bukan memaksakan apalagi  hafalan melainkan mengajak anak, cucu mencicipi manis indah dan nikmatnya seni budaya. Mereka memberi  teladan dalam tindakan yang mereka lakukan. Keteladanan ini menjadi panutan dan menginspirasi. Melihat, mendengar, merasakan, memahami hingga ikut serta melakukan apa yang orang orang tua lakukan.

Seni budaya inilah peradaban bangsa merdeka yang memerdekakan. Seni milik kaum akademisi? Seni haruskah sebatas dalam keindahan atau tata ruang megah nan mewah? Seni hanya di istana dan gedongan ? Seni milik kaum bisnis yang banyak uang? Seni itu ada pada rasa bukan sebatas tempat rupa atau kehormatan. “Seni iku semlempit mlempit” ada dalam semua lini dan sisi kehidupan manusia yang sadar demi semakin manusiawinya manusia. Mengalirkan air, menata sawah menanam pohon, membuat pagar rumah, ke pasar bahkan tidur yang penuh syukur di kolong jembatanpun ada seninya. Nyanyian blero, sliring, sumbang fals sekalipun ini ada rasa. Rasa pelipur lara melepas beban atas belenggu ini itu yang memenatkan. Pelepasan inilah menjadi jalan tengah agar tetap manusiawi, mencerdaskan, merukunkan, memberi ruang dialog yang tetap menjaga kebersamaan dalam kewarasan hidup dan kehidupan yang harmoni.

Kasar halus baik buruk indah jelek itu hanya rasa. Itulah sebenarnya adanya cipta, karsa, dan karya.  Seni bukan untaian kata namun segala sesuatu yang berhubungan dengan pikiran, jiwa, rasa dan indera mampu berfungsi menjaga manusia dan kemanusiaannya. Beradab itu mampu menahan diri untuk tidak anarki. Mampu menunjukkan penyelesaian konflik dengan cara beradab dengan memberikan jaminan dan perlindungan HAM. Mampu memberikan pelayanan publik yang prima dan bebas dari KKN juga dari narkoba. Karena yang merusak SDM adalah tidak manusiawi meremukan pilar bangsa yang merdeka.

(Lembah Someah di hari merdeka ke 78)

scroll to top