Pengungsi Merapi Ditengah Pendemi dan Tekanan Ekonomi

WhatsApp-Image-2020-11-15-at-20.40.38.jpeg

Klaten (benuanews.com) –  Namanya Sri, seorang ibu setengah baya merasa tidak takut terhadap ancaman yang bisa datang kapan saja secara tiba-tiba. Menjadi buruh penambang pasir merupakan kegiatan sehari-hari sebagai penghasil ekonomi. Kali Woro Kemalang Klaten sudah tak asing baginya.

Dia mewakili sekelompok pekerja tambang pasir manual di daerahnya. Matanya berkaca ketika reporter benuanews menyapa pada Sabtu (14/11/2020). Tidak disangka ia bercerita kalau kondisi keluarga yang harus mengungsi di tengah pendemi covid sementara keluarga membutuhkan rangkaian kebutuhan sehari hari. Makan minum harus tersedia tetapi tabungan untuk biaya beli paketan hand phone anak-anaknya lebih diprioritaskan.

Walaupun Merapi ditetapkan status siaga di level 3, dia merasa tenang saja. “Mau tidak mau saya harus bekerja demi kebutuhan ekonomi keluarga”, kata Sriyatun salah satu buruh tambang illegal. Dengan penghasilan Rp. 48 ribu perhari, bahaya bak tidak dihiraukan. Bagaikan siap untuk menanggung resiko apapun yang terjadi akan dihadapi. “Secara naluri kami manusia juga takut apabila Merapi meletus lagi”, keluhnya. Peristiwa masa lalu saja membuat keluarga besarnya bercerai berai mengungsi tanpa ada kejelasan persisnya dimana.

Berbeda dengan Mujinah yang juga pekerja musiman sebagai buruh penambang pasir di Kali Gendol. “Kami juga waswas dalam bekerja karena status Gunung Merapi siaga III, tapi kalau ndak kerja kebutuhan keluarga kurang tercukupi”, katanya. “Para penambang pasir sudah dilarang oleh Pemerintah Klaten, mungkin sebentar lagi kami sudah tidak bekerja” keluhnya. Para pekerja kalau sore hari pulang ke tempat pengungsian di Balai Desa Balerante yang sudah disiapkan oleh pemerintah.

“Bantuan sembako yang berisi beras, minyak goreng, gula dan the telah dibantu dari Sekretariat Presiden mulai Senin (09/11/2020) dan dibagikan kepada setiap keluarga pengungsi” kata salah seorang pengungsi. Bantuan paket sembako dianggap mampu mengurangi beban para pengungsi terutama kebutuhan makanan sehari-hari. “Kami berharap bantuan ini terus berlanjut selama kami dalam posisi menjadi pengungsi”, kata Pak Warseno.”Kami akan bekerja apa lagi apabila matapencaharian kami terpaksa ditutup oleh pemerintah. Sementara anak kami yang jualan makanan di pinggir jalan juga terkena dampak penutupan karena kondisi Gunung Merapi yang status siaga”, lanjutnya.
Diceritakan pula bahwa pihak BPBD Klaten telah siap memenuhi kebutuhan pengungsi. Tiap dusun diminta ada coordinator untuk melakukan pendataan terhadap kebutuhan para pengungsi. “Bantuan diharapkan bukan hanya tikar tetapi alas yang kualitas baik diutamakan bagi para pengungsi lansia serta anak-anak”, Kata Wardoyo salah seorang relawan kebencanaan dari masyarakat.

“Agar tidak menjadi klaster baru kiranya ada lembaga lain selain BPBD yang ikut bergerak membantu barak-barak pengungsian, tiap keluarga sendiri sendiri atau masyarakat yang rentan disendirikan”, kata Suwito juga salah seorang relawan. “Satuan Satgas covid selalu siap untuk melakukan tes swab bagi pengungsi”, pungkasnya

Kontributor:barry

scroll to top