Pemerintah Kabupaten Agam Bahas Hari Jadi

Lubuk Basung (benua) – Pemerintah Kabupaten Agam bahas sejarah Kelahiran atau Hari Jadi Agam melibatkan Pusat Studi Humaniora Universitas Andalas sebagai Tim Ahli Sejarah bersama OPD terkait beserta Ninik Mamak dan tokoh masyarakat lainnya.

Focus Group Discussion atau FGD tersebut terselenggara melalui Bidang Pemerintahan dan Otonomi Daerah Setda Agam di Kepalai oleh Hilton, di Aula Bupati Agam, Lubuk Basung, Kabupaten Agam, Kamis (25/6). Dihadiri Sekretaris Daerah Kabupaten Agam, Martias Wanto, Kepala Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan, Kepala Dinas Kearsipan dan lainnya.

Sementara itu, dari Pusat Studi Humaniora Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas (PSH FIB Unand) hadir Dr. Lindayanti, Dr. Zulqayyim, Dr. Zayardam, Dr. Lindawati, Bahren, S.S, M.A dan Hary Efendi, S.S, M.A.

Sekda Kabupaten Agam, M. Datuak Maruhun menyampaikan, Pemerintah Kabupaten Agam bersama Pusat Studi Humaniora dan Tokoh Masyarakat Agam lainnya, merumuskan hingga nanti akan mengusulkan ke DPRD melalui Peraturan Daerah untuk penentuan dan penetapan Hari Jadi Kabupaten Agam ini.

“Ini merupakan Prioritas utama dari Bupati Agam karena kita belum mendapat kepastian Hari Jadi Kabupaten Agam. Yang ada baru penetapan Hari Kepindahan Ibukota Kabupaten Agam dari Bukittinggi ke Lubuk Basung,” ujarnya.

Di Tahun 2020 ini Pemerintah Kabupaten Agam berkomitmen agar dapat merumuskan dan memetakan Hari Jadi Kabupaten Agam ini. Berdasarkan hasil diskusi dan pemapatan penelitian Tenaga Ahli Sejarah dari Pusat Studi Humaniora Unand, terdapat dua pendekatan teoritis penetapan Hari Jadi Kabupaten Agam tersebut. Yakni dari Histori, Heroik dan Yuridis.

“Berbicara dengan sejarah Agam, kita tidak bisa melepaskan dengan Sejarah Minangkabau. Karena hal ini adalah satu-kesatuan yang sangat berkaitan erat Luhak Agam. Merupakan bagian dari salah satu dari tiga Luhak di wilayah Minangkabau,” ungkap Zulqayyim, Ketua Tim Pusat Studi Humaniora Unand.

Berbicara tentang Agam, bermula dari Sejarah Tiku sebagai pusat Perdagangan tempo dulu. Pada 1600 Masehi, tercatat dalam sejarah melalui penelitian N. Mac Leod menjelaskan Tiku tumbuh dan berkembang menjadi pelabuhan lada utama di Pantai Barat bagian tengah Sumatra. Dan menjadi entreport atau kota dagang bagi orang daratan tinggi Agam (Agamers).

Orang Agam (Agamers) juga berdagang sampai sampai ke Pariaman, Padang dan kota-kota lainnya di Pesisir Barat Pulau Sumatra. Sebaliknya, Tiku juga menjadi pemasok kebutuhan daerah dataran tinggi yaitu kain, ikan kering, garam, minyak kelapa dan lain-lainnya.

Sementara, secara detailnya berdasarkan penelitian E.B. Kielstra mencatat bahwa pada 29 Januari 1665, terjadi penyerangan Logi VOC di Tiku oleh penduduk Tiku dan Pedagang Agam, dibantu Orang Aceh. “Penyerangan tersebut disebabkan ketidaksukaan penduduk lokal dan Orang Minang karena Sistem Dagang Monopoli Penjajah tersebut,” tukuk Zulqayyim (bag)

scroll to top