Pemberdayaan Kelompok Tani Mitra Tani Mandiri melalui pembinaan dan pelatihan pembuatan pupuk kompos.

whatsapp_image_2021-11-15_at_21.13.15_1.jpg

WAY KANAN (benuanews.com) – Pemberdayaan pada Kelompok Tani Mitra Tani Mandiri melalui pembinaan dan pelatihan pembuatan pupuk kompos bertempat di Kampung Sukarame Kecamatan Gunung Labuhan.

Kegiatan tersebut dihadiri oleh Koordinator Penyuluhan (Korluh) didampingi Petugas Pendamping Lapangan (PPL) Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Pertenakan (TPHP) dan Kelompok Tani Mitra Tani Mandiri.

Dalam kesempatan ini Kepala Bidang Bina Usaha Rohim, S.P., M.M menyampaikan Penggunaan pupuk anorganik diyakini dapat meningkatkan produktifitas tanaman namun penggunaan dalam jangka panjang dapat menurunkan kesuburan tanah. Salah satu usaha untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik yaitu dengan pemanfaatan limbah pertanian dan peternakan untuk dijadikan pupuk kompos.

Bahan pembuatan pupuk kompos di Kampung Sukarame sengat memadai salah satunya limbah kulit kopi dan selama ini tidak pernah dimanfaatkan untuk dijadikan pupuk kompos agar dapat mengurangi penggunanaan pupuk anorganik.

“Kami disini ingin dibimbing dan dibina dalam proses pembuatan pupuk kompos tesebut.” ungkap Ketua Poktan Mitra Tani Mandiri.

Selanjutnya kegiatan dilanjutkan dengan penyampaian pemberian materi dan informasi mengenai teknis bahan-bahan, tata cara pembuatan serta membimbing dalam praktek oleh Syamsuri, S.Sos., M.M,. Pemberian materi pupuk organik sangat penting artinya untuk lebih cepat penguasaan konsep organik tersebut sehingga ketika diberikan praktek pembuatan pupuk organik tersebut, petani kan lebih mudah memahami dan bisa mengembangkannya secara mandiri.

Bahan-bahan yang bisa digunakan seperti kotoran ternak, limbah kulit kopi, hingga batang pohon pisang yang ditebang usai panen, yang biasanya dibuang begitu saja.

Caranya, batang pohon pisang dicacah hingga berukuran kecil, kemudian sebagai aktivator bisa melarutkan EM-4. Lalu disiram merata sampai mencapai kelembapan 60%. Kemudian ditutup menggunakan terpal. Proses dilakukan pembalikan dengan interval setiap tujuh hari sekali selama 24 hari, untuk menyediakan oksigen baru dan penurunkan panas yang bisa lebih tinggi dari 65 °C. Pada hari ke 24 sampai 28, dilakukan pendinginan dan pematangan baru setelah itu pupuk organik siap digunakan.

“Petani diharapkan memiliki keterampilan mengolah pupuk kompos mandiri hiingga dapat menghasilkan suatu prodak pupuk kompos, apalagi bahan-bahannya mudah didapat dan pembuatannya tidak terlalu sulit.”Papar Korluh Gunung Labuhan. (Yudi)

scroll to top