Langkah Kecil Hendra Gusti dilahan kritis, Tanam cabe organik, memanfaatkan limbah pasar dan kotoran sapi

IMG-20230324-WA0015.jpg

Dharmasraya, Benuanews
Nagari Koto Gadang, Kecamatan Koto Besar, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera barat.

Nagari yang banyak ditanami lahan sawit dan karet,Hendra Gusti mencoba beralih bertanam cabe bersama warga.

Hendra Gusti yang berusia 54 tahun, bekerja sebagai petani semejak usia 17 tahun dan sekelompok kecil warga tetap memilih jalan hidup sebagai petani sawit dan karet.

suatu siang,Hendra Gusti sedang berkumpul bersama petani lainnya di sebuah gubuk terbuka berdinding kayu.
Untuk melepaskan penat yang ditemani segelas kopi makanan ala petani seperti rebus pisang dan ubi kayu maupun penganan ringan lainnya.

Di gubuk itu,hamparan tertanam sawit maupun kebun karet milik masyarakat koto Gadang.

Tidak jauh dari itu gudukan kotoran sapi (bokasi) dari kotoran hewan,dan pupuk organik cair dari limbah pasar dan air kencing sapi berjejer jerigen plastik sedang dan terbungkus plastik.Tumpukan pupuk alami itu adalah bakal pupuk sebagai nutrisi tanaman cabe.

Hendra Gusti dan kawan-kawan biasa berbincang soal pertanian dan tentu saja hal remeh-temeh lainnya di gubuk yang teduh itu.
Lahan yang mereka tempati adalah milik pribadi

Melihat masa peralihan kebun sawit (reflenting)yang mana dulu tanah subur royo_royo tentunya setelah ditanami sawit lahan tersebut menjadi lahan yang tandus,lahan tersebut, di antaranya untuk bertani dan bercocok tanam berbagai jenis tanaman untuk tanaman tumpang sari.

” kata Hendra,Pola pertaniannya masih menggunakan penyubur kimiawi, mengingat kondisi saat ini para petani susah untuk mendapatkan pupuk maka beralih lah ke pupuk serba organik yang bahan baku nya mudah didapat dan harga nya relatip murah.

menjadi petani sawit atau pun karet sudah iya tekuni semejak remaja” Akhirnya saya mencoba bertani tanaman cabe dilahan kritis Dengan memanfaatkan limbah pasar dan kotoran hewan (sapi) kata hendra yang tamatan SMP ini.

Sebelum mencoba menjadi petani cabe ia pernah pula mencoba tanaman jagung di lahan bekas tanaman sawit, tanaman tetap tumbuh bagus,namun serangan hama babi hutan,panen jagung diusia dini terpaksa dilakukan dari pada tidak mendatangkan hasil ,” katanya berdalih.

Sekarang tanam campak di lahan kritis cabe organik dengan memanfaatkan limbah pasar dan kotoran hewan.

pengelolaan tanah syarat tumbuh tanaman baik itu meliputi berapa paktor, pertama cahaya matahari,kedua air, ketiga unsur hara,ke empat bibit yang unggul.

Tentu ini metode tanam campak dilahan kritisperlu perlu pembajakan tanah kembali, dari eks perkebunan sawit tersebut,

Disini Hendra Gusti hanya mengunakan metode mengali lobang kurang lebih 20 cm, dengan kedalaman 20 cm dengan posisi meruncing kebawah seperti lupis.

praktik pertanian alami minim biaya (zero budgeting agriculture).
Model bertani tersebut mengandalkan bahan-bahan alami yang umum ditemui dipasar seperti ,buah buahan,kotoran sapi untuk dijadikan pupuk.

Untuk mendapatkan pasokan kami berkeliling masuk kampung mendatangi pemilik ternak, sampai ke kampung tetangga, untuk membeli kotoran ternak. Setelah terkumpul, baru diproses di sini,” katanya.

Bahan itu dicampur dengan pupuk organik dan kencing sapi di oplos menjadi satu, ditumpuk selama dua bulan, dan diaduk setiap dua minggu sekali dengan kedap udara.

Pemakaian bahan alami itu membuat petani tak perlu bergantung pada mekanisme harga pupuk produksi pabrikan.

Masa tanam hingga panen dengan pola pertanian alami itu sedikit lebih lama dibandingkan dengan cara bertani yang mengandalkan pupuk kimiawi. Padi, misalnya, baru bisa dipanen setelah berusia 40 hari atau 10 hari lebih lama daripada biasanya. Tanaman palawija juga baru bisa dipanen lima hingga sepuluh hari lebih lama.

Pola pertanian yang ia ajarkan memicu kontroversi juga. Banyak petani yang seolah sudah ”dimanjakan” produk pabrik.

Hanya sedikit warga yang baru lahan ditanami cabe menerapkan pola pertanian alami. Namun selalu ada langkah kecil sebelum berlari.
Langkah itu sudah dimulai oleh Hendra Gusti dan kawan kawan di Nagari koto gadang gadang Sitiung 4 Blok D

kesan selama ini oleh masyarakat bertani dilahan tanaman eks perkebunan sawit, untuk tanaman lama pertumbuhan nya karena tanah nya keras,hasil tidak menjanjikan.

langkah itu telah di buktikan oleh Hendra Gusti bertaman cabe di lahan kritis tanam cabe organik dengan memanfaatkan limbah pasar dan kotoran hewan.

Semoga langkah ini membawa seluruh untuk mengikuti langkah nya,karena tidak ada kata terlambat oleh petani untuk berbuat demi kedaulatan petani yang sejahtera.

Liputan Rahmad

scroll to top