Nias//Benuanews.com Pada Acara Debat Yang di Fasilitas Oleh KPU Kabupaten Nias Ketua Tim Pemenang Pasangan Alinuru Laoli – Faozanolo Zai (AFO) Urut 2, Yosafati Waruwu, S.H, menanggapi pernyataan Ya’atulo Gulo Paslon Urut 1 yang menyebutkan bahwa faktor kegagalan pertanian di Nias adalah karena masalah pupuk, pernyataan tersebut di sampaikan Ya’atulo Gulo saat debat Publik, Sabtu 2 November 2024.
Pernyataan Calon Bupati Nias Ya’atulo Gulõ sesungguhnya justru tidak menjawab persoalan pokok tentang masalah mendasar pertanian dan penanganan pertanian di Kab. Nias.
“Masalah utama pertanian di Kab. Nias bukan pupuk tetapi paling utama adalah rendahnya pengetahuan petani tentang pertanian modren, kurangnya teknologi modern, infrastruktur yang tidak memadai. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dipublish di jurnal Fakultas Pertanian di salah satu perguruan tinggi swasta ternama di Sumatera Utara (2022).” Ucap Yosafati Waruwu, S.H, kepada wartawan, Rabu (6/11/24)
Lanjutnya, dari hasil penelitian tersebut mengungkap tentang usia petani yakni usia 18 – 40 sebanyak 40%, usia 40 – 60 sebanyak 53,33%, usia 60 tahun lebih sebanyak 6,57%. Kemudian, tingkat pendidikan petani di Kab. Nias yakni: tidak sekolah 66,67%, SD 16,67%, SMA 3,33%, diploma 3,33% dan Sarjana 3,33%. Ini hasil riset fakultas pertanian.
“Secara umum persoalan pertanian di Indonesia juga bukan semata-mata soal pupuk tetapi perubahan iklim, hama, rendahnya generasi petani usia muda dan dampak negatif pestisida.” Kata Yosafati
Lebih lanjut Yosafati menyampaikan, karena itulah Alinuru Laoli/Faozanolo Zai memprioritaskan pertanian tanpa mengabaikan program kegiatan pemerintah lainnya, bila terpilih menjadi Bupati/Wakil Bupati Nias. Pertama, memprogramkan tenaga penyuluh pertanian 1 orang untuk 1 desa, bukan 1 orang untuk 3 desa. Kedua, memprogramkan alat mesin pertanian sesuai dengan kondisi lahan dan jenis kegiatan pertanian
“Ketiga, memprogramkan pembuatan pupuk organik untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk non organik berikut dampaknya terhadap lingkungan dan pertanian dalam jangka panjang. Keempat, menyediakan bibit unggul sejak pengadaan hingga penanaman dan perawatan sehingga bibit yang ditanam oleh petani memberi hasil yang maksimal, kenapa program pertanian ini begitu penting karena masyarakat miskin di Kab. Nias berkisar 16% atau sekitar 24 ribu jiwa adalah petani.” Cetusnya
Jadi, bila Calon Bupati Nias Ya’atulo Gulo menyatakan tentang masalah pertanian Kab. Nias karena masalah pupuk justru menyembunyikan persoalan utama dan mendasar. Pupuk hanya masalah ke sekian, kalau Ya’atulo Gulo berbicara tentang pupuk, sesungguhnya dia sedang menunjuk dirinya sendiri tentang optimalisasi pengawasan distribusi pupuk
“Tambahnya, bila ia merasa bahwa pupuk tidak sesuai dengan quota kebutuhan petani Kab. Nias, lalu Ya’atulo Gulo yang mesti introspeksi diri kenapa tidak dapat memperjuangkan quota pupuk untuk memenuhi kebutuhan petani. Atau distribusi pupuk tidak tepat sasaran, berarti pemerintahannya gagal melakukan fungsi pengawasan.” Tegas Yosafati Waruwu, S.H, mengakhiri.