Irjen Pol.A Rachmad W orang nomor satu di polda Sumsel dipakaikan sal habaib dan ustadz


Banyuasin.(Benuanews.com)
Kegiatan silahturrahmi sekaligus jumat curhat menjadi momen tersendiri Kapolda Sumsel Irjen Pol A.Rachmad Wibowo SIK bersama Wakapolda Sumsel Brigjen Pol M Zulkarnain SIK MSI bersama PJU Polda Sumsel saat menyambangi di kampus 3 Ponpes Muqimussunnah yang terletak dijalan melaburi desa kenten laut Kabupaten Banyuasin Kamis (12/1) malam

Kedatangan orang nomor satu di Polda Sumsel disambut dengan hangat gegap gempita oleh para habaib para alim ùlama kota Palembang khususnya kiyai NU dengan memberikan dan memakaikan Syal (burdah red) berwarna putih kepundak Irjen Pol A.Rachmad Wibowo SIK dilantunkan bacaan sholawat dan zikir dengan beriringan sembari memasuki majlis Zikir serta ucapan marhaban dan sapaan 1300 santri sembari diiringi Hadroh ponpes sekota palembang dan kabupaten Banyuasin membuat hati bergetar karena diterangi cahaya dan pakaian serba putih dan pemberian serta pemakaian syal bukti kecintaan antara seorang sahabat dengan sahabat dan perwujudan pemuliaan kepada tamu .

Saat diwawancarai dengan seorang Alumni Universitas ternama diMesir asal Palembang yang tidak mau disebutkan (Identitasnya Red). ” “Dia menyebutkan ini mengingatkan kita. didalam kitab “Tarikh al Madinah al Munawarah”. Setelah wafatnya Khalifah Umar bin Khattab sahabatnya Rosullulloh Muhammad SAW dan Utsman bin Affan, Pada Waktu Sayyidina Ali bin Abi Thalib lebih senang hidup menyendiri,jauh dari lingkungan kehidupan masyarakat kota.
Pernah pada suatu malam,Sayyidina Ali duduk menyendiri di dalam rumahnya. Di malam itu udara dingin mulai menyengat tubuh, sedangkan tubuhnya hanya dibalut pakaian biasa dan burdah(syal) usang yg melilit di lehernya. Mata beliau tertunduk kebawah sambil bertasbih memuji kebesaran dan keesaan Allah SWT tak henti-hentinya.

Tiba-tiba seorang laki-laki mngetuk pintu rumahnya. Tamu itu dikenal di masyarakat dengan sebutan Abu Maryam. Setelah dibukakan pintu,ia dipersilahkan masuk, seraya duduk bersila di hadapan Sayyidina Ali sambil kedua tangannya memegang lutut beliau.
Dengan penuh tawadhu’, ia berbisik kepada Sayyidina Ali: “Wahai amirul mukminin,ada satu hal yang ingin aku sampaikan kepadamu.” Sayyidina Ali pun berkata: “Silahkan sebutkan apa saja keperluanmu wahai Abu Maryam.” Kemudian Abu Maryam berkata: “Buanglah burdah(syal) yang kau lilitkan dilehermu. Sesungguhnya burdah itu sudah usang dan tak pantas seorang amirul mukminin seperti engkau mengenakannya.”
Mendengar ucapan Abu Maryam tersebut Sayyidina Ali menangis tersedu-sedu. Hal ini membuat Abu Maryam menjadi malu dan bingung karena telah melontarkan kata-kata yang menyinggung perasaan beliau Setelah Sayyidina Ali mulai reda dari tangisannya beliau pun berkata: “Ya Aba Maryam, sesungguhnya setiap kali aku mengenakan burdah(syal red) ini, timbul kecintaanku yg meluap-luap kepadanya. Burdah ini hadiah dari sahabatku yang paling aku cintai.”
Abu Maryam penasaran ingin tahu siapa gerangan teman beliau yg paling dicintainya baik dalam suka maupun duka Ia langsung bertanya: “Siapa gerangan temanmu yg paling engkau cintai itu wahai amirul mukminin?”.
Sayyidina Ali pun menjawab: “Umar bin Khattab, Umar bin Khattab, sahabatnya kekasih Allah muhammad rosullulloh tidak lain Umar.bin khottob aku rindu dengan sahabat ku” Kemudian beliau menangis lagi sambil mengusap air mata beliau dengan ujung burdah (syal).(Alamsyah)

scroll to top