Gawat!! Diduga Pekerjaan Gedung Ruang Kelas MAN 2 Pessel Asal Jadi Sudah di PHO, Pelaksana Kegiatan Kabur

IMG-20240612-WA0007.jpg

Pessel, Benuanews.Com
Pembangunan Gedung Ruang Kelas Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Pesisir Selatan (Pessel), sudah di PHO (Provisional Hand Over) meski bangunan itu belum selesai dikerjakan.

Mirisnya lagi, pihak pemborong pun telah kabur dan upah dari sejumlah para pekerja belum dibayarkan (pihak kontraktor). Sehingga saat ini pekerjaan pembangunan Gedung Ruang Kelas MAN 2 Pessel tersebut dilanjutkan oleh pihak Kanwil Kemenag Sumbar.

“Pemborongnya sudah lari ke Jawa. Upah saya belum dibayar sebesar Rp12 juta. Kalau pekerja – pekerja yang lainya, ada yang Rp8 juta, ada Rp10 juta dan macam – macam,” ungkap salah seorang pekerja, Jon, upah jerih peluhnya yang belum diterimanya sebesar Rp12 juta.

Hasil pantauan awak media ini dilapangan pada, Senin (11/6/ 2024) dilokasi pembangunan tepatnya di lingkungan MAN 2 Pesisir Selatan masih terlihat beberapa orang pekerja yang tengah menyelesaikan pekerjaan pembangunan Ruang kelas tersebut.

Dilokasi terlihat kondisi yang tidak tertata sedemikian seperti kayaknya Ruang kelas bagi siswa untuk Belajar, dimana lantai masih belepotan, dinding gedung masih terdapat bolong – bolong, hingga kondisi wc tidak satupun yang bisa dipergunakan.

Kemudian, Jon, mengakui bahwasanya ia diperintahkan untuk memasang tembok bahagian atas bangunan Ruang kelas tersebut oleh pihak Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat bernama Deno.

“Ini deno yang memerintahkan saya, dan upahnya Rp 2 juta dan kemarin berhenti berkerja karena ada masalah dalam pembangunan ini, “ucapnya lagi.

Warga lainnya yang mengaku Bernama Alwirdanto (59) mengatakan bahwasanya atas pembangunan Ruang Kelas MAN 2 Pesisir Selatan tersebut ia berposisi sebagai pemasok material bangunan dan terdapat sejumlah uang material miliknya yang tidak dibayarkan oleh pihak pelaksana kegiatan.

“Uang saya masih ada sekitar Rp 10.000.000 yang belum dibayarkan itu adalah pembelian pasir dan koral,” ulasnya.

Hingga saat ini, ia masih mempertanyakan sejumlah uangnya itu kepada pelaksana kegiatan namun, tidak ada jawaban karena panggilannya tidak pernah dijawab oleh pihak kontraktor.

Dan untuk menyelesaikan pembangunan Ruang kelas tersebut, ia selalu memasok material seperti yang diminta namun, tidak melalui pihak pelaksana kegiatan melainkan melalui pihak Kanwil kemenag sumbar yang bernama Munte.

“Kemarin juga sudah disegel oleh kepolisian dan terhenti sementara pengerjaannya,” sambungnya.

Ia juga menjelaskan bahwasanya sedari awal ia selalu mengingatkan pihak pelaksana kegiatan untuk berhati-hati dan berkerja sesui dengan gambar yang direncanakan.

Akan tetapi, pihak pelaksana cenderung mengabaikan apa yang tertera pada kontrak kerja, sehingga menurutnya banyak hasil kegiatan pembangunan Ruang kelas tersebut tidak akan mampu menahan beban jika digunakan oleh ratusan siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar.

“Coba saja lihat lantai tingkat dua nya, saya kwatir sekali, saya yakin jika dipergunakan sebagai ruang belajar siswa maka akan terban, karena tidak dikunci dengan besi,” ulasnya.

Tidak hanya itu, kejanggalan lainnya adalah rangka baja dan seng yang dipergunakan juga tidak mengacu kepada spesifikasi.

“Karena rangka baja yang dipakai saat ini sudah banyak yang bengkok, begitupun dengan seng, “tutupnya.

Sementara itu, Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Negeri 2 Pesisir Selatan, Ahmad Asdi mengatakan dirinya sebagai penerima manfaat dari bangunan itu tidak tau menahu persoalan pembangunan yang dilakukan oleh pihak pelaksana kegiatan yaitu. PT Mega Kreasi dengan anggaran sekitar Rp 2,8 miliar pada tahun anggaran 2023 silam.

“Saya pastikan diri saya tidak ada keterlibatan dalam pembangunan Ruang kelas MAN 2 Pesisir Selatan, dan sedari awal saya tegaskan hanya akan menerima bangunan siap dipergunakan,” kata Asdi saat diwawancarai media ini diruanganya, Senin (11/6/2024).

Asdi menjelaskan bahwasanya ia mengetahui adanya bantuan tambahan ruang belajar berasal dari Surat Berharga Syari’ah Negara (SBSN) pusat lalu disosialisakan ke seluruh lapisan masyarakat beserta dengan kepolisian dan aparat kamanan.

“Dan setelah itu, pihak pelaksana kegiatan hanya memberitahu kita melalui secarik surat bahwasanya pembangunan ruang belajar akan dibangun,” ujarnya.

Selanjutnya, seiring dalam perjalanan waktu pembangunan dilaksanakan ia menilai terlalu lambat pengerjaan dilakukan karena mengingat akan waktu pemakaian ruang kelas itu untuk tahun ajaran Baru.

“Saya tegur pengawasnya dan meminta untuk segera kebut pengerjaan dengan mengikutsertakan anak nagari dalam pekerjaan itu, dan alhamdulillah direspon,” timpalnya.

Ia juga mengaku bahwasnya ia tidak mengetahui persis apakah bangunan Ruang kelas tersebut sudah di PHO atau belum.

“Ini belum bisa saya pastikan karena tidak ada pemberitahuan apapun dalam bentuk administrasi kepada saya sebagai penerima manfaat dari pembangunan ini, apakah sudah PHO atau belum,” sambungnya.

Pada kesempatan itu, ia berharap bangunan bahwasnya bangunan itu bisa disiapkan oleh pihak pelaksana kegiatan sehingga bisa dimanfaatkan untuk sarana belajar pada tahun ajaran 2024/2025 mendatang.

“Kalau kondisinya masih seperti ini, maka bangunan ini dipastikan tidak akan bisa diergunakan untuk belajar siswa,” bebernya.

Sementara itu, dikenal dengan nama Munte. di informasikan bertindak sebagai Pejabat Pembuat Komitment (PPK) atas pembangunan Ruang kelas MAN 2 pesisir Selatan yang bernilai sekitar Rp 2,8 miliar yang dilaksanakan oleh PT Mega Kreasi.

Hingga berita ini diturunkan Media ini mencoba mengkonfirmasi kepada Munte sebagai PPK, tapi belum menjawab meski telah beberapa kali dihubungi wartawan melalui telpon genggamnya.

Kemudian pesan singkat melalui aplikasi chat WattsAp juga belum dibalas. Kendati begitu kami tetap bakal menghubungi yang bersangkutan untuk keberimbangan pemberitaan.(Wandi)

scroll to top