Pessel, Benuanews. Diduga karena hanya tidak mau berbelanja dagangan dengan kepala sekolah, seorang tenaga pendidik, Suarni Yenti, bidang study pendidikan agama islam (PAI), di SD N 50 Pulai, nagari Lakitan tengah, kecamatan lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan, mengaku diperlakukan tidak baik oleh pimpinannya.
Suarni Yenti mengungkapkan, bahwasanya awal persoalan itu, muncul karena ia tidak mau berbelanja barang dagangan dari kepala sekolah, kemudian ditambah dengan persoalan lainnya yang memicu kondisi tidak lagi harmonis dan kondusif dalam proses belajar dan mengajar anak.
“Boleh, sebenarnya kalau tidak ada uang dibayar dengan cara di cicil, tapi saya tidak mau, karena banyak hal yang sangat penting dari pada belanja barang yang ditawarkan kepada saya,”kata dia, Rabu (6/10).
Dan bermula dari hal demikianlah, lanjut Suarni Yenti mengatakan muncul berbagai perbuatan yang tidak layak diterimanya dari kepala sekolah, mulai dari tidak difasilitasinya bahan untuk pendidikan agama islam, hingga tidak diberikannya fasilitas seperti lemari dan buku khusus pendidikan agama islam.
“Empat tahun lamanya saya tidak diberikan meja kerja, pengadaan bahan ajar buku agama islam juga tidak mencukupi jumlah murid, telah saya sampaikan keluhan namun tidak ditanggapi sama sekali,”bebernya.
Kemudian, persoalan bahan akreditasi yang dimaksud, saya sudah sampaikan dan serahkan jauh sebelum masa dan proses akreditasi dilakukan, namun kepala sekolah tidak mampu meluangkan waktunya hanya untuk menandatangani dan cenderung memilih mengantarkan anaknya ke padang panjang ketimbang menandatangani bahan yang disodorkan.
“Jadi saya itu dipermainkan dengan perbuatan, caranya lembut namun mematikan, begitulah kondisinya,”ujarnya.
Tidak sampai di situ, ia juga mengaku tidak nyaman jika berada di lingkungan sekolah, karena saat ini yang terprovokasi tidak hanya tenaga pendidik namun juga peserta didik.
“Jadi anak murid sekarang ini ada yang berani mengeluarkan kata kata kotor kepada saya, bahkan ada yang (mampacaruikan) saya, makanya saya tidak betah disekolah,”sebutnya.
Ia mengakui, bahwasanya selama 21 tahun dirinya menjadi tenaga pendidik di sekolah tersebut baru selama kepemimpinan 4 tahun belakangan yang mengalami perbuatan seperti itu.
“Selama ini kami seperti ini saja dengan kepala sekolah sebelum ini, tidak ada masalah, ini masalah pribadi dikaitkan dengan hubungan kerja, sudah jelas tidak professional,”kesalnya.
Ia meminta pejabat yang berwenang untuk membantu dalam menyelesaikan persoalan di lingkungan sekolah itu dengan objektif dan professional.
“Karena banyak dikalangan tenaga pendidik yang termakan opini dari kepala sekolah, dan tidak lagi objektif, makanya yang harus turun tangan adalah pejabat dari dinas,” tutupnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah (Kepsek) SD N 50 Pulai Lakitan Tengah, Yolmi Sasri, saat dikonfirmasi membenarkan, adanya kekisruhan di sekolah tersebut. dan itu akibat dari ketidaksenangan seorang guru terhadap dirinya.
“Oh, iya pak, itu adalah buah dari ketidaksenangan salah seorang guru kepada saya, dan akhirnya ada surat laporan ke pihak kepolisian sekitar 16 september silam,” kata dia, Rabu (6/10) diruanganya.
Ia menerangkan, bahwasanya awal persoalan muncul pada saat persiapan sekolahnya dalam rangka peningkatan akreditasi sekolah, dengan persyaratan meng-upload atau meng unggah bahan guru kedalam aplikasi, tapi tidak dipenuhi oleh guru yang bersangkutan, dan pada akhirnya terpaksa meng unggah bahan guru tenaga honorer.
Dan setelah proses akreditasi sekolah selesai, pihaknya tmenggelar rapat evaluasi diruangan kepala sekolah dan majelis guru pada 16 sepetember silam.
“Dan setelah rapat usai, saya mempertanyakan kepada guru pendidikan agama islam ini, apakah saya ada kesalahan atau apa, jikalau ada mari bersama-sama kita carikan solusi, dan terjadilah cek-cok disana dengan guru mata pelajaran olahraga, akhirnya terjadilah perlakuan yang tidak mengenakkan dari guru tersebut,”kata dia.
Ia mengatakan, atas kejadian tersebut ia meminta kedua belah pihak untuk menyelesaikan secara baik-baik dan kekeluargaan.
“Tidak tahunya sudah ada yang membuat laporan polisi, ya saya kaget saja, mau gimana lagi,”katanya.
Dan atas peristiwa itu, pihak dinas pendidikan dan kebudayaan setempat juga turun tangan dalam menyelesaikan persoalan itu, namun pemanggilan yang dilakukan oleh pejabat terkait tidak diindahkan oleh guru terkait (red- Suarni Yenti).
“Dan ia mengelak pada saat pejabat dari dinas pendidikan turun ke lapangan,”sebutnya.
Ketika ditanya, terkait dengan fasilitas yang diberikan oleh pihak sekolah melalui dana bantuan operasional sekolah (BOS) terhadap guru yang bersangkutan, ia menjawab tidak ada persoalan dan selalu difasilitasi.
“Saya selalu memfasilitas buku dan lemari, masing-masing dua unit per lokal nya, dan saya tegaskan, guru yang satu ini memang melawan, saya tidak ada yang membedakan guru guru, tapi apa faktor penyebabnya kami tidak tahu, dan saya pun Ingin cepat selesai masalah ini,” tegasnya.
Terkait dengan upaya yang bakal dilakukannya sebagai pimpinan disekolah itu, ia mengakui telah melakukan berbagai upaya, mulai dari melakukan pemanggilan, melapor ke pengawas dan kordinasi sebagai atasan.
“Semuanya saat ini saya serahkan saja kepada atasan saya yaitunya pengawas, koordinator kecamatan dan Dinas pendidikan dan kebudayaan,”tuturnya.
Kemudian, terkait adanya aktivitas berdagang yang dilakoni oleh kepala sekolah dikalangan tenaga pendidik di lingkungan sekolah ia menampik hal demikian, dan menyebut hanya sebatas membantu saja.
“Kalau saya berdagang memang benar adanya, tapi saya menjual barang dagangan tidak disekolah, kalau ada yang minat silahkan datang ke rumah saya dan itu sifatnya menolong,” tutupnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pesisir Selatan, Suhendri membenarkan adanya persoalan di sekolah tersebut.
Dikatakanya, persoalan itu ia ketahui setelah adanya laporan dari Kordik daerah setempat.
“Ya benar, memang terjadi persoalan di sekolah itu. Laporan saya terima dari kordik,” kata Suhendri, Kamis (7/10).
Terkait persoalan itu, kata Suhendri, pihaknya telah turun kelapangan guna investigasi.
“Awalnya dengan kepala sekolah. Dan sekarang dengan Guru Agama dan Olah Raga.
Ia mengatakan, saat ini pihaknya sedang menelusuri rekan jejak guru agama dan pada intinya sedang melakukan mediasi.
“Kita tidak mencari siapa yang salah. Namun kita menyelesaikan masalah karena kasus seperti ini juga ada yang terjadi,”tutupnya.(MW)