Pasaman benuanews Menancapkan program prioritas dalam menjabarkan Visi Misi daerah, perlu dilakukan setiap pemimpin yang mengepalai pemerintahan kabupaten dan kota maupun provinsi, dalam setiap periode pemerintahannya.
Uraian rincinya dapat dituang dalam RPJM (Rencana Pembanguan Jangka Menengah) Daerah, dan RPJMN secara nasional, oleh Presiden.
Dikatakan menengah, lantaran tempo validitasnya cuma lima tahun.
Sebelum mematron prioritas pembangunan, seorang calon pemimpin harus kenal dulu daerah yang mau dipimpinnya. Dan dari situlah mereka bisa menyusun visi misi dan RPJM-nya, sesuai dengan apa yang dibutuhkan daerah dan masyarakat daerahnya.
Seperti halnya Bupati Pasaman H. Benny Utama, saat pencalonan di Pilkada Pasaman 2020 lalu, Haji Benny sudah mulai menyusun RPJM Daerahnya, yang digodok dari kemasan inti dalam Visi daerah, yakni mewujudkan Kabupaten Pasaman yang lebih baik dan bermartabat.
Selanjutnya, setelah resmi dilantik menjadi Bupati Pasaman 26 Februari 2021 lalu, Bupati Benny Utama bersama tim kerjanya berhasil menetapkan 10 program prioritas yang diunggulkan dalam periode pemerintahannya.
Dari 10 prioritas itu, pada point ke 3 tertulis “Pasaman Terakses”, dengan dua peogram unggulan diatasnya masing-masing Pasaman Berimtaq dan Pasaman Berbudaya.
Agaknya Bupati Pasaman dua periode ini ingin mereposisi status Pasaman sebagai daerah pinggir atau pinggiran, atau kabupaten terujung Sumatera Barat, yang berbatas langsung dengan Propinsi Sumatera Utara dan Riau.
Patut diakui, H. Benny Utama cukup jeli menangkap peluang dalam program pembangunan daerahnya. Karena memang seharusnyalah Pasaman tak mesti larut berlama-lama dengan status daerah pinggir yang kurang elok tersebut.
Bupati Benny Utama sepertinya tahu, bahwa selama ini ‘Orang Pasaman’ telah mejadikan Sumut dan Riau sebagai sentra putaran ekonomi dan bisnisnya.
Ke Riau tempat memasarkan produksi perikanan, sayuran dan hasil pertanian, sementara ke Kota Medan tempat pemasaran hasil bumi dan perkebunan, juga tempat asal barang industri dan pabrikan yang banyak dipasarkan di Pasaman.
Begitupun kabupaten dan kota tetangga Pasaman, yakni Pasaman Barat, 50 Kota, dan Payakumbuh.
Ke pabrik di Pasaman Barat diantar hasil kebun kelapa sawit Pasaman, dan ke 50 Kota diantar 20 hingga 30 ton produksi jagung petani Pasaman per-hari, dan dari Payakumbuh didatangkan aneka makanan ringan, telur, dan ayam potong.
Terakhir, dengan dimulainya pembangunan jalan Tol Sumatera, yang khabarnya salah satu pintu tol-nya ada di Suliki Kabupaten 50 Kota.
Peluang ini agaknya yang ingin ditangkap dan dimaksimalkan oleh Bupati Pasaman Benny Utama.
Dengan mengusung program Pasaman Terakses dalam skala prioritas pembangunannya, Bupati Benny teiah mulai membangun dan memfasilitasi akses transportasi baru (baca: Jalan Tembus) ke daerah-daerah tetanggga Pasaman.
Diawali dengan memperpendek jarak antara Pasaman dan Pasaman Barat, dengan memfasilitasi pihak provinsi membangun jalan Daliak – Talu, serta ruas Jalan Rao – Rokan Hulu, Riau, di priode pertama jabatan bupatinya 2010 – 2015 lalu, dan kini tengah dikebut pula pembukaan dan pembangunan jalan tembus Bonjol – Suliki Kabupaten 50 Kota.
Dan di periode pertamanya dulu, Bupati Benny Utama juga sempat berjuang keras untuk dilakukannya pelebaran dan peningkatan jalan Rimbo Malampah, yang menghubungkan Pasaman dengan Pasaman Barat di wilayah Selatan.
Alhasil, dengan banyaknya pintu masuk dan keluar dari dan ke Pasaman, maka daerah seluas 4000 km persegi ini, telah berhasil terelokasi, dari ‘adagium’ daerah pinggir menjadi kawasan tengah.
Seperti pernah dipidatokan Bupati Benny Utama dalam suatu acara, bahwa dirinya bertekad ingin mewujudikan Pasaman yang lebih baik dan bermartabat, seraya menghantarkan Pasaman dari daerah pinggir menjadi kabupaten tengah, yang mudah diakses dari seluruh daerah tetangganya.
Kini, dengan terbukanya banyak akses transportasi yang lebih cepat, mudah dan tentunya lebih murah, diharapkan pergerakan ekonomi masyarakat Pasaman lebih kencang dan lebih maju.yunefrizal