DUMAI, Benua news.com : Disebut-sebut sebagai bos Mafia minyak di kota Dumai, bisnis Nasron Sitinjak kian menggurita dari laut hingga ke darat. Namun hingga kini pesatnya usaha para pemain minyak unprosedural tersebut seolah tidak tersentuh oleh penegak hukum.
Dari laut, Sitinjak memiliki beberapa armada kapal pompong untuk menjalankan bisnisnya mengambil dan mengepul minyak dari tengah laut baik di perairan Dumai hingga ke selatan morong.
Sedangkan di darat, Nasron Sitinjak memiliki beberapa gudang yang berjejer hingga ke kawasan Duri, Kabupaten Bengkalis. Menurut berbagai sumber gudang Sitinjak sudah memiliki 6 gudang untuk mengepul minyak BBM.
Maret 2023 lalu, salah satu gudang milik Sitinjak di KM 10, Kelurahan Bukit Timah dibongkar paksa oleh masyarakat sekitar karena disinyalir menjadi tempat sarang maksiat. Warga mendapati beberapa kali wanita berseliweran keluar masuk gudang.
Merasa resah akan hal itu, warga dan ketua RT, hingga tokoh masyarakat setempat melakukan sweping dan menutup paksa gudang tersebut.
“Kami sering mendapat informasi adanya praktik maksiat di dalamnya, serta adanya aktifitas illegal yang akan membawa petaka bagi kami. Oleh karena itu aksi ini kami lakukan dalam rangka menyelamatkan kampung, terutama di kawasan KM 10,” ujar Rozali Usman, salah satu tokoh Agama yang ikut mendampingi aksi warga, Rabu.
Tidak lama berselang sebelum penutupan paksa gudang milik sitinjak di KM 10. KPP BC Dumai telah berhasil melakukan penggerebekan terhadap kapal tongkang yang merapat ke kapal tanker di selat morong tidak jauh dari pelabuhan Dumai November 2022 lalu.
Petugas KPP BC menjelaskan mereka sempat kesulitan dan beradu argumen karena aktifitas kapal kayu yang dicurigai tersebut mendapatkan pengawalan oleh aparat.
Kemudian hasil tangkapan Bea Cukai tersebut dilimpahkan ke Pol Air, namun oleh kepolisian setempat dilepas kembali karena tidak cukup bukti adanya praktik pelanggaran hukum dan administrasi.
Atas penanganan hasil tangkapan KPP BC Dumai saat itu, Pol Air ditenggarai sudah main mata dengan para mafia sehingga tidak ada penindakan hukum secara tegas yang dilakukan.
Hingga kini, bisnis mafia minyak bernama Sitinjak masih terus tumbuh subur dan leluasa beroperasi baik di darat maupun di laut. Tidak adanya tindakan penegakkan hukum yang dilakukan patut diduga adanya kerjasama para mafia dengan oknum aparat.
Dugaan itu diperkuat dimana saat ada operasi gabungan untuk menyisir sejumlah gudang BBM selalu dalam keadaan tutup bahkan tidak ada aktifitas sama sekali. Berkali-kali patroli gabungan selalu gagal mengungkap praktik mafia tersebut.
Hal itu wajar terjadi. Karena informasi operasi terlebih dahulu bocor kepada para pemain minyak sehingga mereka berkesempatan untuk kucing-kucingan dengan petugas.
(Agus/Team)