*Karnita Ratu Sarungu Bawa Misi #RATUCAN pada Pemilihan Puteri Indonesia Sulsel sebagai Delegasi Luwu Utara*

Screenshot_20251122_232618-1.jpg

LUWU UTARA-Benuanews.com-Satu lagi puteri asal Luwu Utara yang mencoba peruntungannya di ajang Pemilihan Puteri Indonesia Sulawesi Selatan mewakili Kabupaten Luwu Utara.

Adalah Karnita Ratu Sarungu. Gadis 23 tahun ini akan mengikuti Pemilihan Puteri Indonesia, kontes kecantikan terbesar tingkat Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel).

Ratu, begitu Karnita akrab disapa, membawa misi bertema “Cinta Budaya Melalui Rongkong”. Ia menyebutnya dengan istilah #RATUCAN, yang merupakan akronim dari “Ratu to Collaborate, Educate, and Give a Change”.

“Saya menyebut tema advokasi saya sebagai #RATUCAN, yaitu sebuah gerakan yang saya bawa sebagai bentuk kecintaan saya terhadap warisan leluhur Luwu Utara, yaitu Batik Rongkong,” kata Ratu, Sabtu (22/11/2025), di Masamba.

Tak salah kemudian ia mengangkat tema tersebut pada ajang Pemilihan Puteri Indonesia Sulsel. Pasalnya, Luwu Utara merupakan daerah yang sangat kaya akan budaya dan pariwisata.

Salah satu kekayaan budaya lokal yang dimiliki Luwu Utara adalah tenun Rongkong yang kemudian dijadikan sebuah batik yang sangat indah memesona yang disebut sebagai Batik Rongkong.

Diketahui, tenun Rongkong telah mendapatkan mendapatkan sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) dari Kementerian Hukum dan HAM pada 3 Februari 2020 silam. Sehingga ada jaminan atas perlindungan hak cipta tenun Rongkong.

Itulah kemudian salah satu yang mengilhami Ratu untuk melestarikan kekayaan budaya Luwu Utara ini pada kontes kecantikan yang mulai dilaksanakan sejak tahun 1992 silam tersebut.

“Bagi saya, Batik Rongkong bukan sekadar kain. Ia merupakan cerita hidup tentang alam, nilai kebersamaan, serta kearifan leluhur yang diwariskan dengan penuh kesabaran,” jelasnya.

Kendati demikian, di tengah arus transformasi kehidupan yang mengedepankan teknologi, terjadi perubahan mendasar dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Salah satunya adalah budaya.

Di mana, di tengah derasnya perkembangan zaman, keindahan budaya lokal kini mulai memudar seiring perkembangan peradaban manusia. Salah satunya adalah hilangnya semangat pelestarian budaya dari ingatan generasi muda.

Nah, melalui advokasi tersebut, alumnus Universitas Cokroaminoto Palopo ini berkeinginan untuk menghadirkan kembali keanggunan Batik Rongkong sebagai identitas dan kebanggaan daerah.

“Gerakan ini saya wujudkan melalui tiga pilar utama, seperti yang saya sebutkan di awal tadi, yaitu #RATUCAN, dengan melibatkan tiga dimensi, yaitu kolaborasi, edukasi, dan perubahan,” jelasnya.

Dimensi yang pertama, kata dia, adalah collaborate atau kolaborasi, yang berarti terbangunnya kolaborasi antara pemerintah daerah, UMKM, sekolah, komunkitas pemuda, dan pelaku kreatif untuk meningkatkan ekspor dan inovasi Batik Rongkong.

Sementara educate atau edukasi, lanjut dia, adalah sebuah proses untuk menghadirkan edukasi tentang sejarah, filosofi, dan makna motif Batik Rongkong agar generasi muda lebih memahami tentang nilai-nilai kebudayaan, sehingga lebih mencintai kebudayaan sendiri.

“Dimensi terakhir yang saya angkat adalah give a change atau dimensi perubaha. Di mana kita menginisiasi gerakan kecil yang berdampak, seperti pameran, kelas budaya, kolaborasi fashion, dan kampanye digital #RATUCAN untuk memperluas jangkauan pelestarian budaya,” terangnya.
Masih lanjut Ratu, advokasi #RATUCAN tersebut ia jalankan dengan mengedepankan niat yang tulus untuk melestarikan kekayaan budaya Luwu Utara, utamanya Batik Rongkong.

“Advokasi ini saya jalankan dengan penuh ketulusan agar Batik Rongkong tidak hanya dipakai, tetapi juga dihayati sebagai cerminan dari identitas bangsa dan daerah kita,” imbuhnya.

Sebagai langkah awal untuk menyosialisasikan #RATUCAN ini, dirinya langsung melakukan touring ke Kecamatan Rongkong untuk melihat dan mencari tahu lebih dalam mengenai batik Rongkong.

“Di sana, saya bersama tim menjelajahi Rongkong selama dua hari satu malam. Kami menelusuri beberapa lokasi atau tempat pembuatan tenun dan batik Rongkong,” terang Ratu Sarungu.

Persiapan apa saja yang dilakukan oleh Ratu dalam menghadapi ajang Pemilihan Puteri Indonesia Sulsel? Ia menyebutkan beberapa hal yang perlu disiapkan, di antaranya adalah latihan public speaking, catwalk, personal branding, serta pendalaman budaya.

“Saya juga membangun kolaborasi dengan pemerintah daerah, komunitas, dan UMKM. Termasuk menyiapkan kampanye digital #RATUCAN, serta menguatkan kembali program advokasi menjadi lebih terstruktur lagi,” terangnya.

Gadis kelahiran Salulemo, 8 Mei 2002 ini berharap, melalui advokasi #RATUCAN, nilai-nilai budaya lokal dapat kembali hidup di dalam hati sanubari generasi muda, para pelanjut cita-cita bangsa.

“Ketika budaya ini dirawat, identitas bangsa ikut terjaga. Nah, melalui advokasi #RATUCAN, Batik Rongkong diharapkan kembali hidup dalam hati generasi muda, dan menjadi kebanggaan Luwu Utara,” tegasnya.

Sebelumnya, Ratu dan timnya, telah sowan ke Bupati Andi Abdullah Rahim pada 12 November 2025 untuk meminta dukungan dan doa restu dari orang nomor satu di Luwu Utara tersebut.

“Alhamdulillah, beliau sangat mendukung kami, serta mendoakan agar kami memberikan yang terbaik dalam ajang prestisius bagi para perempuan terbaik Indonesia ini,” pungkasnya. (LHr#)

scroll to top